Anda di halaman 1dari 12

Etika dalam Praktik Investasi dan

Pasar Modal

Ansar (202130152)
Jonathan Andrew L (202130140)
Pasar Modal
Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang
biasa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri. Baik pasar modal
maupun pasar uang adalah merupakan bagian dari pasar keuangan (financial market).
Pasar modal dapat juga didefinisikan sebagai tempat, tidak terbatas hanya secara fisik, di
mana orang membeli dan menjual surat berharga atau instrument keuangan, seperti
saham, surat utang, dan produk keuangan lainnya.

Menurut UU Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, Pasar Modal merupakan kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian dari suatu negara
karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi
keuangan.
Manfaat Pasar Modal
1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus
memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal
2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya
diversifikasi
3. Menyediakan leading indicator bagi tren ekonomi negara
4. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah
5. Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme, menciptakan iklim
berusaha yang sehat
6. Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik
7. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek
8. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan denan resiko yang bisa
diperhitungkan melalui keterbukaan , likuiditas dan diversifikasi
9. Investasi
10. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha, memberikan akses kontol social
11. Pengelolaan perusahaan dengan klim keterbukaan, mendorong pemanfaatan
manajemen professional
12. Sumber pembiayaan dana jangka Panjang bagi emiten
Teori Utilitarianisme dalam Pasar Modal
Utilitarianisme berasal dari Bahasa latin “utilis” yang berarti “bermanfaat”.
Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi
manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu atau 2 orang melainkan
masyarakat sebagai keseluruhan.

Teori utilitarianisme berlaku apabila memberikan manfaat bagi masyarakat


secara keseluruhan tanpa merugikan pihak lain akibat perbuatan perorangan
atau kelompok. Unsur keterbukaan di pasar modal adalah salah satu contoh
Utilitarianisme.
Faktor yang mempengaruhi pelanggaran etika

1. Kebutuhan Individu/golongan
2. Tidak ada pedoman
3. Perilaku dan kebiasaan individu yang terakumulasi dan tidak dikoreksi
4. Lingkungan yang tidak etis
5. Perilaku dari komunitas
Fungsi Prinsip keterbukaan Pasar Modal

Menurut Bismar Nasution, ada 3 fungsi prinsip keterbukaan pasar modal:

1. Prinsip keterbukaan berfungsi untuk memelihara kepercayaan publik terhadap pasar.


2. Prinsip keterbukaan berfungsi untuk menciptakan mekanisme pasar yang efisien
3. Prinsip keterbukaan penting untuk mencegah penipuan (fraud).
Praktik Penyimpangan Pasar Modal
1. Penipuan
Seperti membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta material atau tidak mengungkapkan
fakta material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi
pada saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan
kerugian untuk diri sendiri atau pihak lain atau dengan tujuan memengaruhi pihak lain untuk
membeli atau menjual efek.
2. Manipulasi Pasar
Adalah tindakan yang dilakukan oleh setiap pihak secara langsung maupun tidak dengan maksud
untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai perdagangan, keadaan pasar,
atau harga efek di bursa efek.
Contoh manipulasi pasar yang sering terjadi di pasar modal:
• Insider Trading
• Marking The Close
• Painting the Tape
• Cornering the Market
• Pools
• Wash Sale
Etika bagi Investor
Dalam melakukan investasi di pasar modal kebanyakan investor mencari dan
memfokuskan perhatiannya terhadap investasi yang aman dan menjanjikan
keuntungan yang tinggi, hanya sedikit yang memperhatikan investasi yang
beretika.
Apabila investor akan melakukan investasi yang berdasar etika, hendaklah
perhatian utamanya ditujukan kepada produk dan jasa perusahaan tersebut.
Misalnya, jangan melakukan investasi di perusahaan yang memproduksi
bahan-bahan yang mengakibatkan penyakit atau merusak lingkungan.

Selanjutnya, memperhatikan bagaimana dana yang diperoleh perusahaan


tersebut disalurkan, misalnya investasi di reksadana dapat menjadi investasi
yang tidak beretika apabila dana yang dihimpun diinvestasikan di
perusahaan-perusahaan yang produksinya mengakibatkan penyakit atau
merusak lingkungan.
Pendekatan yang digunakan bagi Investor yang tidak
menjalankan bisnis sendiri

• Pendekatan Negatif
Pendekatan negatif ini disebut juga teori penghindaran, di mana para investor yang beretika,
akan menghindari investasi di bidang atau perusahaan yang tidak disukainya, atau bertentangan
dengan prinsip etika bisnis yang dianutnya atau juga melakukan kegiatan bisnis di bidang-bidang
yang melanggar ketentuan lingkungan, produksi zat kimia yang berbahaya, produksi senjata, atau
melakukan investasi di negara-negara yang melakukan pelanggaran hak-hak asasi manusia.
• Pendekatan Positif
Dalam hal ini para investor hanya akan melakukan investasi pada bidang usaha atau bisnis yang
sesuai dengan etika bisnis yang dianutnya. Dalam penerapannya investor dapat menyusun daftar
perusahaan atau bidang bisnis yang dipandang sesuai dengan etika bisnis yang umum.
• Pendekatan Aktif
Dengan pendekatan ini para investor akan melakukan investasi di bidang bisnis yang menurutnya
tidak sesuai dengan etika bisnis yang umum dianut, dan dalam melakukan investasi di bidang itu
terkandung tujuan untuk mengambil alih kontrol terhadap perusahaan tersebut untuk
selanjutnya melakukan perubahan agar perusahaan tersebut menjalankan bisnis sesuai dengan
etika bisnis yang umum.
Konsekuensi Praktik tidak terpuji di Pasar Modal

1. Kerugian Pemodal atau investor, terutama investor berskala menengah ke


bawah, yang dirugikan dengan aksi manipulative
2. Jika praktik tidak terpuji tersebut berlangsung terus-menerus tanpa ada
system yang mampu mendominasi dan membongkarnya, penetrasi
industry pasar modal akan semakin modal.
Contoh Kasus Praktik Penyimpangan
• Kasus Marking the Close PT Finan Corpindo Nusa

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memberikan sanksi kepada PT Finan Corpindo Nusa. Sanksi
diberikan karena berdasarkan hasil pemeriksaan otoritas bursa terhadap transaksi saham PT
Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI) periode Januari-Agustus 2009, Finan Corpindo melakukan marking
the close. Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI Uriep Budhi Prasetyo dalam
penjelasan tertulis bursa di Jakarta, Selasa 10 November 2009 mengatakan, marking the close
itu dilakukan untuk menciptakan harga agar penutupan saham Ratu Prabu berada pada tingkat
tertentu. Ketika dikonfirmasi, Direktur Utama Finan Corpindo Nusa Edwin Sinaga mengatakan,
pihaknya sudah memberikan penjelasan kepada BEI terkait temuan bursa mengenai pembentukan
harga yang tidIak sesuai mekanisme pasar tersebut.

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Wan Wei Yiong, mengatakan pihaknya
telah bertemu dengan pihak Finan Corpindo tersebut. Selanjutnya, bursa juga memberikan sanksi
dengan mengumumkan di keterbukaan informasi bahwa perseroan telah melakukan marking the
close. Menurutnya, hal tersebut merupakan bagian dari pembinaan, walau demikian dia
menuturkan jika pihaknya tidak mengenakan sanksi denda atas kasus tersebut. Selain dipaparkan ke
publik, pihaknya juga akan melaporkan ke Bapepam.
Contoh Kasus Praktik Penyimpangan
• Kasus Insider Trading Sari Husada

Kasus ini terjadi baru mencuat ke permukaan umum pada tahun 2005. Diduga telah terjadi indikasi
praktek insider trading yang dilakukan oleh direksi Sari Husada. Akar dari kasus ini adalah ketika
manajemen Sari Husada mengeluarkan kebijakan ESOP (Empoyee Stock Option Program, yaitu
kebijakan penjualan saham perusahaan kepada karyawan dengan harga yang lebih murah) sebesar
5% (94 juta lembar) dari keseluruhan sahamnya. Saham dari ESOP yang seharusnya dibeli oleh
karyawan, malah mayoritas dibeli pihak komisaris, direksi, dan manajer senior (dengan rincian 3
komisaris (44,8%), 5 direksi (42,5%), dan para manajer (12,7%). Namun, selang berapa waktu
kemudian manajemen sari Husada mengeluakan kebijakan Share Buy Back (pembelian kembali)
sebesar 10% dari saham yang diterbitkan. Dari dua kebijakan yang saling bertolak belakang tersebut
timbul celah yang menguntungkan bagi pembeli saham ESOP kerena harga pembelian kembali lebih
tinggi daripada harga penjualan (selisih tersebut sebesar Rp365,6 per lembar saham). Dari kasus ini,
Bapepam hanya memberikan sanksi administratif sebesar 2.885 miliar kepada 9 pihak orang dalam
yang memperoleh keuntungan dari praktek tersebut.

Anda mungkin juga menyukai