(Arthur Schopenhaur)
Ditinjau Perpektif Islam
Dosen Pengampu :
1. Prof. Dr. H. Abudin Nata. M.A
2. Prof. Dr. Abdul Mu’thi. M.Ed.
3. Suparto S.Ag. M.Ed. Ph.D
Arthur Schopenhauer adalah seorang filsuf Jerman. Ia lahir pada 22 Februari 1788 di
Danzig, Polandia. Keluarga Schopenhauer sangat kental dengan tradisi Belanda.
Berbicara Biografi Arthur Schopenhauer tentu tidak luput dengan riwayat pendidikan yang
pernah beliau tekuni. Tahun 1809 Schopenhauer mulai menempuh jejang pendidikan di
University of Gottingen dan mengambil fakultas kedokteran. Masa kuliah Schopenhauer tidak
hanya mengambil kedokateran saja melainkan juga mengambil ilmu filsafat dan melewati masa
pendidikan selama 2 tahun di Gottingen.
Schopenhauer pada tahun 1762 hingga 1814 pernah belajar di University of Berlin yang diajar
oleh Dosen bernama Johann Gottlieb Fichte dan Friedrich Schleiermacher. Unversitas ini banyak
mengajari Schopenhauer tentang beberapa bidang keilmuan. Bidang ilmu yang pelajari adalah
fisika, astronomi, psikologi, zoology, fisiologi, arkeologi, dan sastra.
Saat usia Schopenhauer saat menginjak 25 tahun, beliau telah menyelesaikan disertasinya dengan
judul yang ia ambil berupa “The Fourfold Root of the Principle of Sufficient Reason”. Tahun
1813, Schopenhauer berpindah ke Rudolstadt disertasinya hingga kemudian beliau dianugerahi
sebagai gelar doctor filsafat.
Karir Arthur Schopenhaur
Tahun 1814, Schopenhauer memulai karirnya sebagai penulis. Karya pertama yang
beliau terbitkan yaitu pada tahun 1818 berupa buku dengan judul The World as Will and
Representation yang memiliki arti Dunia sebagai Kehendak dan Gagasan. Pada tahun 1820,
ia bekerja sebagai Dosen di kampus Universitas Berlin. Disana, ia mengajar kuliah tentang
pemikiran filsuf terkenal dari Hegel.
Karya Schopenhauer yang paling melambung tinggi adalah buku dengan judul
Senilia. Buku tersebut merupakan salah satu penghargaan bagi Schopenhauer. Di tengah masa
tuanya Schopenhauer menghabiskan waktu untuk sendiri menikmati warisan berkat
kekayaan ayahnya
Keahlian Arthur Schopenhaur
Nativisme berpandangan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak
lahir, faktor lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak
(pesimisme pedagogis).
Oleh karena itu, hasil pendidikan ditentukan oleh bakat yang di bawa sejak lahir, dan menurut
aliran ini keberhasilan belajar ditentukan oleh individu itu sendiri. Dengan demikian, jelaslah
bahwa menurut aliran ini perkembangan manusia dalam menjalani hidupnya bergantung pada
pembawaannya (faktor hereditas). Dalam perspektif hereditas perkembangan individu sangat
dipengaruhi oleh hal-hal berikut:
1. Bakat
Bakat ini dapat diumpamakan sebagai bibit kesanggupan atau bibit kemungkinan yang
terkandung dalam diri anak. Setiap anak memiliki bermacam-macam bakat sebagai
pembawaannya.
2. Sifat Keturunan
Menurut Arthur, bahwa kemungkinan seorang anak yang mempunyai potensi hereditasnya
rendah, maka akan tetap rendah meskipun ia sudah dewasa atau telah terdidik. Pendidikan
tidak akan dapat merubah manusia, karena potensi itu bersifat kodrati. Pendidikan yang tidak
sesuai dengan bakat dan potensi anak didik, adalah pendidikan yang tidak berguna bagi
perkembangan anak itu sendiri.
Teori Pemikiran Arthur
Schopenhaur
Teori disiplin mental teistik berasal dari psikologi daya. Menurut teori
ini, individu atau anak memiliki sejumlah daya mental seperti daya
untuk mengamati, menanggapi, mengingat, berpikir, memecahkan
masalah, dan sebagainya. Belajar merupakan proses melatih daya
tersebut, kalau daya-daya tersebut terlatih maka dengan mudah dapat
digunakan untuk mengahadapi atau memecahkan masalah. Teori
disiplin mental humanistic bersumber pada psikologi humanisme klasik
dari Plato dan Aristoteles.
2. jika dihubungkan dengan ajaran Islam, tampak pandangan nativisme tidak sepenuhnya
diterima. Islam mengakui bahwa manusia memiliki kemampuan jasmani, akal dan rohani
yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut baru merupakan potensi atau bahan yang
masih harus dibentuk. Sebagaimana dapat dipahami dari ayat yang artinya: Dan Allah
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan
Dia member kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS Al-Nahl
78).
Kata pendengaran dapat dipahami sebagai kemampuan psikomotorik atau pancaindera,
penglihatan sebagai kemampuan kognitif, dab hati sebagai kemampuan afektif. Selanjutnya
perintah bersyukur pada akhir ayat tersebut mengandung arti agar kemampuan kognitif, afektif
dan psikomotorik tersebut diberdayakan sebagaimana mestinya melalui kegiatan pendidikan,
sehingga kemampuan daya cipta, rasa, karsa tersebut dapat diaktualisasikan dan diwujudkan
dalam berbagai bentuk karya budaya dan peradaban yang berguna bagi manusia
Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan analisis sebagaimana tersebut di atas dapat dikemukakan beberapa
catatan kesimpulansebagai berikut.
Pertama, bahwa pemikiran pendidikan Arthur Schopenhaur adalah bercorak filsufis, yakni
bertumpu pada pemikiran filsafat tentang manusia sebagai makhluk yang sejak kelahirannya
telah membawa berbagai potensi kejiwan yang dapat diberdayakan dalam kegiatan pendidikan.
Kedua, bahwa kegiatan pendidikan atau belajar menurut Schopenhauer bertolak dari teori
disiplin mental teistik, disiplin mental teistik, disiplin mental humanistik, naturalisme dan
apersepsi, yang masing –masing memiliki karakter yang hampir bersamaan. Pada disiplin
mental teistik pada potensi jiwa anak : mengingat, memahami, menganalisis, dan sebagainya,
posisinya terspisah – pisah : sedangkan pada disiplin mental humanistik semua potensi tersebut
harus dibina secara keseluruhan (hoslistik). Selanjutnya pada naturalisme disamping anak
memiliki potensi tersebut juga memiliki keinginan untuk belajar dan berbuat sendiri dan tugas
guru adalah menciptakan atmosfer akademik, dan dalam apersepsi seluruh hasil kerja berbagai
potensi tersebut dapat disimpan dalam otak yang selanjutnya dapat digunakan untuk
mempelajari bidang lainnya.
Ketiga pemikiran Arthur Schopenhauer menuruts islam sudah baik, namun belum cukup.
Pemikiran tersebut terlalu mengandalkan dari dalam dan kurang menghargai usaha pendidikan
dan lingkungan.