Anda di halaman 1dari 27

Chapter 14

ASURANSI
Pengertian Asuransi

Insurance is the pooling of fortuitous losses by transfer of such risks to insurers,


who agree to indemnify insureds for such losses, to provide other pecuniary
benefits on their occurrence, or to render services connected with the risk.

Asuransi adalah penyatuan kerugian yang tidak disengaja dengan mentransfer


suatu risiko, kepada perusahaan asuransi, yang setuju untuk memberi ganti rugi
kepada tertanggung atas kerugian tersebut, untuk memberikan manfaat
keuangan lainnya atas kejadian yang dialaminya, atau untuk memberikan
layanan yang terkait dengan risiko tersebut.
Pengertian Asuransi Menurut Undang-Undang di Indonesia
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Bab I Pasal 1 Ayat 1 memberikan definisi
asuransi, sebagai berikut.
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung,
dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung, karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin
akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti,
atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal
atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
skema asuransi
Premi

Peserta Object yg diasuransikan: Asuradur


(Tertanggung)  Peristiwa (accident)
(Penanggung)
 Kepentingan (interest)

Manfaat

4
KARAKTERISTIK ASURANSI

Program asuransi
mengandung 4 1. Pooling of losses
(empat) karakteristik
yang mendasar
2. Payment of fortuitous losses

3. Risk transfer

4. Indemnification
Pooling of losses
 Pengumpulan atau pembagian kerugian adalah inti dari asuransi. Pooling adalah
penyebaran kerugian yang ditimbulkan oleh beberapa kerugian di seluruh kelompok,
sehingga dalam prosesnya, kerugian rata-rata diganti dengan kerugian aktual.
 Selain itu, pengumpulan (pooling) melibatkan pengelompokan sejumlah besar risk
exposure, sehingga hukum jumlah besar (the law large number) dapat beroperasi untuk
memberikan prediksi yang akurat secara substansial tentang kerugian di masa depan.
 Idealnya, harus ada sejumlah besar unit eksposur yang serupa, tetapi tidak perlu identik,
yang memiliki bahaya yang sama.
 Dengan demikian penyatuan (pooling) menyiratkan, pertama: pembagian kerugian oleh
seluruh kelompok dan kedua: prediksi kerugian di masa depan dengan beberapa akurasi
berdasarkan hukum jumlah besar (the law large number)
Payment of fortuitous losses

Kerugian hendaknya bersifat kecelakaan dan tidak memihak. Idealnya, kerugian harus tidak
terduga dan tidak diharapkan oleh tertanggung dan di luar kendali tertanggung.
Risk transfer

Transfer risiko merupakan elemen penting lain dari asuransi, dengan pengecualian asuransi
diri, esensi asuransi sejatinya selalu mengandung makna transfer risiko. Transfer risiko
berarti bahwa risiko murni ditransfer dari tertanggung kepada perusahaan asuransi, yang
biasanya keadaan posisi keuangannya lebih kuat untuk membayar kerugian dari pada pihak
tertanggung.
Indemnification
Ganti rugi berarti bahwa pihak tertanggung akan dikembalikan ke perkiraan posisi
keuangannya seperti sebelum terjadinya kerugian.
Karakteristik obyek yang dapat diasuransikan
Dari sudut pandang
perusahaan asuransi 1. There must be a large number of exposure units
(insurer), idealnya terdapat
6 (enam) pesyaratan suatu 2. The loss must be accidental and unintentional
obyek dapat diasuransikan
3. The loss must be determinable and measurable

4. The loss should not be catastrophic

5. The chance of loss must be calculable

6. The premium must be economically feasible


There must be large number of exposure units

 Unit yang terancam risiko harus dalam jumlah besar. Persyaratan pertama agar suatu obyek yang terancam
kerugian dapat diasuransikan adalah jika jumlah unit yang terancam adalah dalam jumlah besar.

 Idealnya harus terdapat banyak unit yang terancam risiko dalam kelompok yang sama, meskipun tidak harus
identik unit-unit oleh bahaya atau kelompok bahaya yang sama. Contoh, sejumlah rumah tinggal dalam suatu
kota dapat dikelompokkan untuk tujuan atau keperluan asuransi rumah tinggal.

 Tujuan persayaratan pertama ini adalah agar perusahaan asuransi dapat memprediksi besarnya potensi
kerugian berdasarkan hukum jumlah besar (the law of large number). Data kerugian dapat dikompilasi dari
waktu ke waktu, dan kerugian untuk setiap kelompok rumah tinggal dapat diprediksi secara lebih akurat.
Sehingga biaya kerugian yang ditanggung dapat disebarkan secara merata kepada semua unit tertanggung,
sesuai dengan kelas yang dijamin oleh asuransi.
The loss must be accidental and unintentional
 Kerugian yang terjadi harus karena kecelakaan dan tidak disengaja. Persyaratan kedua ini, agar supaya risiko
bisa dijamin oleh perusahaan asuransi adalah bahwa kerugian yang terjadi adalah karena kecelakaan, tidak
disengaja.

 Idealnya, kerugian yang terjadi harus bersifat kebetulan dan di luar pengendalian dari pihak tertanggung. Ini
artinya, jika pihak tertanggung secara sengaja menimbulkan kerugian, maka dia tidak berhak mendapat ganti
rugi.

 Kerugian harus bersifat kebetulan (accidental) karena hukum jumalh besar (the law of large number) adalah
berdasarkan kejadian acak (random).

 Kejadian yang disengaja, bukan kejadian acak, sebab pihak tertanggung mengetahui kapan kerugian akan
terjadi. Dengan demikian, prediksi pengalaman yang akan terjadi di masa depan sangat tidak akurat, jika
kerugian yang disengaja atau bukan kerugian acak banyak terjadi.
The loss must be determinable and measurable
 Kerugian harus dapat ditentukan dan diukur. Persyaratan ketiga agar unit berisiko dapat
ditanggung perusahaan asuransi adalah bahwa kerugian harus bisa ditentukan dan diukur
besarnya.
 Ini berarti kerugian harus pasti penyebabnya, kapan terjadinya tempat kejadiannya, dan
jumlahnya. Pada kasus asuransi jiwa, umumnya semua persyaratan ini sangat mudah
diminta.
 Penyebab dan saat kematian seseorang dengan mudah dapat ditentukan, dan orang tersebut
ditanggung asuransi, jumlah nominal polis asuransi adalah sama dengan jumlah yang harus
dibayar oleh perusahaan asuransi kepada ahli waris tertanggung yang meninggal dunia
dalam masa pertanggungan.
 Namun terdapat juga kerugian yang sulit ditentukan dan diukur. Sebagai contoh adalah
polis asuransi pertanggungan kecelakaan (cacat tubuh karena kecelakaan), perusahaan
asuransi berjanji membayar benefit bulanan kepada orang cacat, jika definisi cacat yang
dinyatakan dalam polis asuransi terpenuhi. Mungkin saja seorang tertanggung dengan
sengaja mencacatkan dirinya atau pura-pura sakit agar dapat menagih uang pertanggungan
dari perusahaan asuransi.
The loss should not be catastrophic;
 Kerugian bukan karena bencana. Persyaratan keempat dalam asuransi adalah bahwa kerugian yang terjadi
bukan karena bencana alam. Ini artinya unit-unit yang ditanggung asuransi tidak mengalami kerugian dalam
jumlah besar-besaran dalam waktu yang bersamaan.
 Seperti telah dikemukakan di muka, bahwa salah satu esensi asuransi adalah pooling. Jika sebagian besar atau
semua unit yang terancam bahaya kerugian dalam kelas (kelompok) tertentu secara simultan mengalami
kerugian, berarti teknik pooling akan rusak dan tidak bisa bekerja sebagai mana mestinya.
 Premi harus ditambah melampaui batas yang diperbolehkan dan teknik asuransi tidak layak lagi dengan
perjanjian yang lama, di mana kerugian segelintir disebarluaskan kepada seluruh anggota dalam kelompok.
 Perusahaan asuransi idelanya ingin menghindari semua kerugian karena bencana besar-besaran, sayang sekali
dalam dunia nyata hal semacam ini adalah tidak mungkin. Hal ini terjadi, karena kerugian akibat bencana
selalu terjadi secara periodik seperti banjir, gempa bumi, angin topan, kebakaran hutan, termasuk terorisme
dan lain-lain.
 Untungnya ada dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk menghadapi kerugian akibat bencana alam.
 Pertama, adalah re-asuransi, di mana perusahaan asuransi dijamin oleh perusahaan asuransi yang lebih besar
dari kerugian bencana alam. Re-asuransi adalah sama dengan mengalihkan sebagian atau seluruh
pertanggungan asuransi semula dari sebuah perusahaan asuransi kepada perusahaan asuransi lain.
The chance of loss must be calculable
 Kemungkinan terjadinya kerugian harus dapat ditaksir (dikalkulasi). Persyaratan kelima adalah bahwa
kemungkinan terjadinya kerugian harus dapat dihitung atau dikalkulasi.
 Perusahaan asuransi harus mampu menghitung rata-rata frekuensi terjadinya kerugian dan rata-rata kekejaman
(severity) kerugian secara akurat. Tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah. Persyaratan ini perlu agar
perusahaan asuransi dapat menentukan premi (harga) asuransi secara wajar.
 Perusahaan asuransi harus dapat membebankan besarnya premi yang cukup untuk menutup semua tuntutan
dan biaya-biaya asuransi ditambah dengan sejumlah keuntungan (profit) sepanjang periode pertanggungan
asuransi.
 Akan tetapi, selalu ada kerugian tertentu yang sulit ditanggung perusahaan asuransi swasta karena besarnya
kerugian yang sulit diprediksi dan mendatangkan bencana kerugian yang luar biasa (catastrophic). Contohnya
adalah tsunami, banjir besar, kebakaran hutan yang meluas, siklus terjadinya pengangguran secara tidak
teratur, dan lain-lain. Dalam hal ini, tanpa bantuan pemerintah, kerugian tersebut tidak mungkin ditanggung
oleh perusahaan asuransi swasta.
The premium must be economically feasible
 Nilai premi harus layak secara ekonomis. Persyaratan keenam (terakhir), agar suatu unit
yang terancam kerugian dapat diasuransikan adalah bahwa besar premi asuransi harus
layak secara ekonomis.
 Unit tertanggung harus sanggup membayar premium. Agar masyarakat tertarik membeli
polis asuransi, besarnya premi yang harus dibayar pembeli polis asuransi harus lebih kecil
dari nilai nominal pertanggungan yang dijamin dalam asuransi.
 Untuk menentukan premi yang layak secara ekonomis, kemungkinan terjadinya kerugian
harus relatif kecil atau rendah.
Kisaran Cakupan Asuransi

 Untuk peristiwa kerugian tertentu, polis asuransi tidak memberikan cakupan penuh
seluruh risiko.

 Deductible and coniurance membatasi kemungkinan bahaya moral (moral hazard) dan
juga mengurangi biaya pemrosesan klaim yang sangat sering.

 Polis asuransi membatasi jumlah yang akan dibayarkan oleh penanggung atas suatu
kerugian, hal ini digunakan ketika tertanggung memiliki informasi tentang kerugian yang
sangat mahal untuk diperoleh penanggung.
Gambar: The Range of Insurance Coverage

Losses Paid
by the Firm

Insurance coverage

Size of
Premium

Size of Policy Losses During


Deductible Limit Policy Period
Penjelasan Gambar
 Menunjukkan bagaimana kontrak menentukan kerugian antara penanggung
dan tertanggung.
 Secara umum, jumlah potongan premi untuk setiap dolar yang dapat
dikurangkan lebih besar dari pada yang ditambahkan untuk setiap dolar
kenaikan batas tertentu.
 Deductible yang tinggi mengirimkan sinyal positif bahwa tertanggung
kemungkinan menghadapi risiko. Batas kebijakan harus dipilih berdasarkan
volume transaksi atau ukuran aset di perusahaan.
PRINSIP-PRINSIP ASURANSI

Terdapat 6 (enam)
prinsip dalam kontrak 1. Insurable interest
asuransi
2. Utmost good faith

3. Proximate cause

4. Indemnity

5. Subrogation

6. Contribution
Insurable interest

 Hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari suatu hubungan keuangan, antara
tertanggung dengan yang diasuransikan dan diakui secara hukum.

 Bahwa asuransi didasarkan pada adanya kepentingan yang diasuransikian.

 Pihak yang mengasuransikan harus bisa menunjukkan hal tersebut pada waktu meminta
uang pertanggungan.

 Prinsip ini cukup bermanfaat untuk mengurangi adanya moral hazard dan secara efektif
juga bisa menghalangi penggunaan asuransi sebagai alat perjudian (gambling).
Utmost good faith

 Suatu tindakan untuk mengungkapkan secara akurat dan lengkap, semua fakta material
(material fact) mengenai sesuatu yang akan diasuransikan, baik diminta maupun tidak.

 Artinya adalah si penanggung harus dengan jujur menerangkan dengan jelas segala
sesuatu tentang luasnya syarat/kondisi dari asuransi, sebaliknya si tertanggung juga harus
memberikan keterangan yang jelas dan benar atas obyek atau kepentingan yang
dipertanggungkan.

 Kontrak asuransi didasarkan pada kepercayaan bersama, standar kejujuran yang tinggi
dipegang untuk kontrak asuransi. Jika terjadi pelanggaran terhadap standar kejujuran
tersebut, kontrak asuransi bisa dibatalkan.
Proximate cause

 Suatu penyebab aktif dan efisien yang mengakibatkan rangkaian kejadian yang
menimbulkan suatu akibat tanpa adanya intervensi, suatu yang mulai dan secara aktif dari
sumber yang baru dan independen.

 Hal ini akan menghindari terjadinya moral hazard yang dengan sengaja mengintervensi
terjadinya bahaya yang menimbulkan suatu kerugian.
Indemnity

 Bahwa pihak yang mengasuransikan (insured) tidak bisa memperoleh uang


pertanggungan lebih dari kerugian yang sebenarnya pada saat terjadi peristiwa yang
merugikan, berapapun asuransi yang telah dibeli.
 Prinsip indemnity juga berkaitan dengan kehadiran asuransi lain pada obyek yang sama,
jika ada dua perusahaan asuransi yang terlibat, biasanya kedua perusahaan asuransi
tersebut, akan berbagai pertanggungan.
 Prinsip indemnity merupakan suatu mekanisme di mana penanggung menyediakan
kompensasi finansial dalam upayanya menempatkan tertanggung dalam posisi keuangan
yang ia miliki sesaat sebelum terjadinya kerugian (KUHD pasal 252, 253, dan dipertegas
dalam pasal 278).
Subrogation

 Pengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada penanggung setelah klaim dibayar. Bahwa
seseorang membeli asuransi, maka perusahaan asuransi berhak atas kas yang akan
diterima pihak yang mengasuransikan dari pihak ketiga.

 Prinsip ini merupakan konsekuensi lanjutan dari prinsip indemnity. Pihak yang
mengasuransikan (insured) juga tidak bisa memperoleh ganti rugi dari beberapa pihak
sekaligus, hal ini juga menghalangi terjadinya moral hazard.
Contribution

Hak penanggung untuk mengajak penanggung lainnya yg sama-sama menanggung, tetapi


tidak harus sama kewajibannya terhadap tertanggung untuk ikut memberikan indemnity.
JENIS-JENIS ASURANSI

Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Bab III Pasal 3 (a) disebutkan bahwa
jenis-jenis asusransi terdiri 3 (tiga) kelompok usaha yaitu:
1. Usaha asuransi kerugian yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas
kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang
timbul dari peristiwa yang tidak pasti;
2. Usaha asuransi jiwa yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang
dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan;
3. Usaha reasuransi yang memberikan jasa dalam pertanggungan ulang terhadap risiko
yang dihadapi oleh Perusahaan Asuransi Kerugian dan atau Perusahaan Asuransi Jiwa.

Anda mungkin juga menyukai