Membangun hubungan dalam konseling merupakan langkah pertama dalam proses
konseling, membina hubungan sangatlah penting. Konseling adalah bentuk khusus dari hubungan atau komunikasi interpersonal. Konselor diharapkan dapat menciptakan rapport dengan kliennya. Rapport adalah suatu iklim psikologis yang positif, yang mengandung kehangatan dan penerimaan, sehingga klien tidak merasa terancam berhubungan dengan konselor. 1 Keterampilan Mendengarkan Keterampilan mendengarkan
Menurut McKay, Davis dan Fanning (1992), keterampilan mendengarkan adalah
kemampuan dasar yang esensial untuk membuat dan mempertahankan hubungan. Bila seseorang merupakan pendengar yang baik, maka orang akan akan tertarik kepadanya Selanjutnya, McKay, Davis dan Fanning (1992) juga mengatakan bahwa mendengarkan itu sekaligus komitmen dan komplimen. Komitmen Komitmen untuk memahami bagaimana perasaan orang lain, bagaimana mereka melihat dunia; berarti mengesampingkan prasangka dan keyakinan-keyakinan pribadi, kecemasan dan self-interest, sehingga bisa memandang dunia dari matanya, berusaha melihat dari perspektifnya. Keterampilan mendengarkan Komplimen Mendengarkan adalah suatu komplimen, karena "mengatakan" kepada orang lain I care about what's happening to you, your life and your experience are important. Di dalam mendengarkan, terdapat unsur atensi (perhatian). Lindon dan Lindon (2000) mengatakan bahwa memperhatikan orang lain sangatlah penting. Atensi yang baik melibatkan tingkah laku melihat dan mendengarkan: Kesadaran tentang bahasa tubuh klien: apa yang dapat dilihat dari tingkah lakunya. Kesadaran tentang bahasa tubuh diri sendiri: apa yang dapat dilihat orang dari tingkah laku diri sendiri. Mendengarkan apa yang dikatakan klien dan bagaimana caranya menyampaikannya. Keterampilan mendengarkan Bila konselor memberikan atensi 1. Klien akan merasa dihargai. Mereka merasa konselor memberi waktu dan perhatian dan bahwa keprihatinan mereka merupakan sesuatu yang jadi perhatian konselor juga. 2. Konselor akan menjadi lebih mudah untuk memahami alasan mengapa seorang klien datang minta bantuan. 3. Konselor ada dalam posisi yang lebih baik untuk memberi kliennya informasi (atau nasihat bila perlu) yang sesuai dengan kebutuhan klien dan yang akan benar-benar bisa membantu klien. 4. Konselor akan mampu untuk menilai apakah bisa membantu klien ini, dan bila tidak, bisa memberi saran siapa yang lebih tepat untuk membantunya. Komunikasi verbal Keterampilan Mendengarkan Komunikasi non verbal Pearson (1983) mendefinisikan komunikasi Mendengarkan mencakup komunikasi nonverbal sebagai the process of exchanging verbal dan nonverbal. Pearson (1983), meaning through all means that are not verbal. mendefinisikan komunikasi verbal sebagai Termasuk di dalamnya adalah gerakan- gerakan the processes of exchanging meaning tubuh, ekspresi wajah, penggunaan ruang, through the use of words. sentuhan, vocal cues, pakaian dan lainnya seperti Berarti ada pertukaran kata-kata. kata-kata dandanan rambut dan lain-lain. Dari nonverbal cues tersebut bersifat simbolik. Kata juga dapat ini dapat ditarik berbagai kesimpulan tentang menghalangi komunikasi karena kata-kata keadaan mental seseorang pada saat itu. Bila sering dipergunakan orang dengan arti yang melihat seseorang bertopang dagu dengan tidak biasa. Kata-kata yang digunakan juga pandangan jauh ke depan, impresi yang didapat dapat mengindikasikan keadaan mental adalah mungkin orang ini sedang memikirkan seseorang, apakah dia terganggu atau tidak. sesuatu, kemudian tergantung pada ekspresi Misal, Seseorang yang bercerita bahwa ia wajahnya, mungkin kemudian yang terpikir adalah adalah titisan Nabi Isa dan Sunan Gunung bahwa ada berat yang ditanggung orang ini dan Jati, hampir dapat dipastikan bahwa yang sedang mencari penyelesaiannya. Bahasa tubuh diceritakannya adalah waham. seseorang mencerminkan makna, apa maknanya yang tepat harus dicari. Keterampilan mendengarkan Empat keterampilan mendengar reflektif Bolton (2003) mengatakan bahwa mendengarkan adalah lebih dari hanya mendengar saja. Dalam mendengarkan terdapat unsur menyimak. Pendengar harus memperhatikan dengan sungguh- sungguh pesan-pesan yang disampaikan oleh orang yang sedang berbicara. Ia harus berusaha memahami pesan yang disampaikan oleh orang yang memberi pesan. Mendengarkan adalah proses aktif yang menuntut partisipasi. Orang yang mendengarkan harus menyampaikan kembali kepada orang yang didengarkan apa yang didengarnya. Berarti, si pendengar harus mampu untuk merefleksikan kembali apa yang diterimanya. • Bolton (2003) mengatakan bahwa ada empat keterampilan mendengar reflektif, yaitu:
Paraphrasing. Reflecting feelings.
Reflecting meanings. Summative reflections.
Keterampilan mendengarkan paraphrasing Bolton (2003), mengatakan bahwa paraphrasing adalah jawaban yang menyebutkan esensi dari isi pesan yang disampaikan dengan menggunakan kata-kata pendengarnya sendiri. Suatu paraphrase yang efektif (1) haruslah ringkas, (2) merefleksikan yang esensial dari pesan yang disampaikan pembicara, (3) memfokuskan pada isi (content), dan akhirnya (4) diucapkan dengan menggunakan kata-kata si pendengar sendiri. Reflect feelings (Merefleksikan perasaan) Pada refleksi perasaan tercakup mencerminkan kembali perasaan yang disampaikan oleh pemberi pesan. Harus dicari dengan akurat perasaan apa yang ingin disampaikan. Kata-kata - seperti sudah dibicarakan terdahulu - bisa mengandung lebih dari satu arti. . Orang yang menyampaikan pesan mungkin tidak secara eksplisit mengatakan apa yang dirasakannya. Mungkin tanpa kesengajaan, mungkin pula karena ia tidak menyadarinya. Pendengar yang baik berusaha untuk membantu dengan mencari perasaan apa yang ada di balik pesan verbalnya itu. Keterampilan mendengarkan Keuntungan refleksi (Mendengar aktif) Reflecting Meanings (Merefleksikan 1. Orang akan sangat menghargai bila merasa Makna) didengarkan. Apabila perasaan dan fakta dicampurkan 2. Mencegah meningkatnya rasa marah dan dalam suatu respons yang akurat, hal meredakan krisis. inilah yang disebut sebagai refleksi makna. Thomas Gordon (1982) yang 3. Menghentikan komunikasi yang salah. Asumsi sangat terkenal dengan program yang salah, ke- salahan-kesalahan dan pelatihannya untuk orangtua (Parent interpretasi yang salah dikoreksi pada saat itu Effectiveness Training), menyebutnya juga. sebagai mendengar aktif. Tidak ada 4. Membantu konselor mengingat apa yang pesan aktual dari konselor sendiri, tetapi dikatakan. konselor hanya merefleksikan kembali apa yang ditangkap dari pesan yang 5. Bila dilakukan mendengar aktif, maka tidak akan disampaikan. Menjadi cermin yang dilakukan reaksi-reaksi lain (seperti menggurui, memantulkan kembali pesan yang mengecilkan arti sese- orang, dll.) yang akan disampaikan. mengganggu rapor. 6. Bila seseorang merasa didengarkan, ia akan lebih mudah mendengarkan orang lain. Keterampilan mendengarkan
Summative reflection (Refleksi sumatif)
Suatu refleksi sumatif terjadi, bila diungkapkan kembali secara singkat tema dan perasaan utama yang diekspresikan pembicara selama durasi percakapan yang lebih lama daripada yang terliput oleh bentuk-bentuk refleksi lainnya. Refleksi lain biasanya hanya meliputi satu atau dua kalimat saja. McKay, Davis dan Fanning (1992) menambahkan dua unsur penting dalam mendengarkan, yaitu apa yang disebut mereka sebagai clarifying dan feedback. a. Clarifying Meminta klarifikasi berarti mengajukan pertanyaan sampai diperoleh gambaran yang jelas. b. Feedback Merupakan upaya mengoreksi kesalahan bila apa yang dipikirkan Konselor ternyata memang salah. 2 Penghalang komunikasi Penghalang komunikasi Proses konseling adalah suatu keadaan khusus dari komunikasi. Terdapat hubungan dua arah antara konselor dan klien. Dengan demikian, yang menghambat komunikasi pada umumnya, juga dapat terjadi di dalam suatu proses konseling.
Faktor penghambat komunikasi
Masalah motivasional Mempertahankan diri terhadap kemungkinan kelihatan ridi- culous atau inadekuat. Jadi untuk melindungi diri, maka lebih baik tidak memberikan informasi. Siapa tahu informasi diberikan akan menjadikan dirinya tampak konyol. Konselor dan klien berespons terhadap pikiran mereka sendiri tidak berespons terhadap apa yang disampaikan oleh orang lain Berusaha mengevaluasi motif-motif dari pihak yang lain sehingga karena tidak mendengarkan, maka yang terjadi adalah (i) Kehilangan sebagian informasi yang dikomunikasikan, (ii) Komunikasi defensif dari pihak yang lain. Penghalang komunikasi Halangan psikologis Halangan-halangan psikologis mengakibatkan kegagalan memori (memory failure). Kemungkinan yang terjadi adalah: Lupa → tidak ada informasi, atau yang diingat dan dilupakan bersifat selektif. Distorsi dari informasi. Karena ada kekuatan-kekuatan emosional yang menghalangi, terjadi ketidakmampuan psikologis untuk memproduksi informasi.
Kesulitan dalam Bahasa
Karena kata-kata adalah simbol yang menggantikan realitas yang ingin disampaikan, sering tidak ditemukan kata-kata yang tepat. Misalnya bagaimana menjelaskan suatu perasaan baik secara fisik maupun psikologis. Kemudian kalau sudah ditemukan kata-kata yang tepat apakah lawan bicara juga mempunyai pemahaman yang sama? Penghalang komunikasi Comunication anxiety Communication anxiety ini khusus ada dalam suatu hubungan membantu (termasuk konseling dan terapi). Merupakan kecemasan yang diasosiasikan dengan komunikasi data pribadi. Communication anxiety ini timbul karena: Cemas moral judgment dari konselor, klien menghindar memberi informasi yang bisa menimbulkan kritik, atau penilaian buruk terhadap pribadinya. Dengan memberi informasi, berarti memberi power/kekuasaan pada orang lain yang bisa mencelakakan dirinya. Orang tahu apa yang menjadi rahasia pribadinya yang bisa mencelakakannya. Mencuatkan/memunculkan hal-hal yang selama ini dihindari untuk dipikirkan sebagai usaha mempertahankan diri sendiri. Pertanyaan-pertanyaan konselor mendatangkan pikiran-pikiran yang selama ini dihindari. Daftar pustaka
Lesmana, J. M. (2006). Dasar-Dasar Konseling. Jakarta: Universitas Indonesia
Press. Putri, A. (2016). Pentingnya Kualitas Pribadi Konselor Dalam Konseling Untuk Membangun Hubungan Antar Konselor dan Konseli. Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia, Volume 1 Nomor 1, hal 10-13. Syahril. (2018). Konseling Lintas Budaya dalam Perspektif Budaya Indonesia. Jurnal Al-taujih:Bingkai Bimbingan dan Konseling Islami, Volume 4 nomor 1, 76- 78. THANKS
Manajemen konflik dalam 4 langkah: Metode, strategi, teknik-teknik penting, dan pendekatan operasional untuk mengelola dan menyelesaikan situasi konflik