Anda di halaman 1dari 20

TEORI HI

(151193)

Pertemuan Ke-2
ASUMSI-ASUMSI UTAMA REALISME

ASEP SAEPUDIN
aasaepudin52@yahoo.co.id

PRODI ILMU HI-FISIP


UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
1
Deskripsi
Materi Kedua membahas tentang:
 Asumsi atau Gagasan Utama Realisme
 Tipologi Realisme

PRODI ILMU HI-FISIP


UPN “VETERAN” YOGYAKARTA 2
Kompetensi Khusus (KK)

Menjelaskan asumsi atau gagasan


utama realisme dan Neo-realisme,
serta Tipologi Realisme

JURUSAN ILMU HI-FISIP


UPN “VETERAN” YOGYAKARTA 3
Pertanyaan yang perlu dijawab
Latar belakang Lahirnya Realisme
Prinsip dasar/asumsi utama realisme
Penyebab terjadinya perang
Jelaskan Persamaan dan Perbedaan
Tipologi Realisme: Classic, Neo dan Post
Classic

JURUSAN ILMU HI-FISIP


UPN “VETERAN” YOGYAKARTA 4
Latar Belakang Lahirnya Realisme
 Kritikan yang ditujukan kepada teori idealisme
(utopianisme)
 Realisme politik menolak beberapa asumsi dasar teori
idealisme:
1. adanya keselarasan kepentingan otomatis dalam hubungan antar
negara,
2. sangat pentingnya peran hukum dan organisasi internasional
3. adanya pengaruh opini publik yang cenderung suka damai
 Dalam upaya menjelaskan fenomena hubungan
internasional berdasarkan pada kondisi yang sebenarnya
terjadinya dan bukan pada keinginan yang seharusnya
terjadi dalam hubungan internasional.
JURUSAN ILMU HI-FISIP
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA 5
Asumsi-Asumsi Dasar Realisme
3 Prinsip dasar realisme politik (N. Machiavelli dalam “prince”):

 Bahwa sejarah adalah suatu rangkaian sebab akibat yang terjadi,


yang dapat dianalisis dan dipahami melalui usaha intelektual dan
bukan (seperti asumsi utopia) diarahkan oleh imajinasi.
 Teori tidak menghasilkan tindakan tetapi teori dihasilkan dari
suatu tindakan (Practice Theory). Machiavelli mengatakan
“nasehat yang baik akan lahir dari kebijaksanaan raja dan bukan
kebijakan raja lahir dari nasehat yang baik“.
 Politik bukan suatu fungsi etika tetapi politik adalah “Etics of
Politics“. Machiavelli mengakui pentingnya moralitas, tetapi
moralitas akan berjalan efektif apabila ada otoritas yang efektif.
Machiavelli menyebut moralitas sebagai hasil dari kekuasaan
JURUSAN ILMU HI-FISIP
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA 6
Lanjutan…
3 sebab terjadinya perang secara terus
menerus (Thomas Hobbes, “Leviathan”):
 Kehidupan manusia adalah hasrat abadi dan tak kunjung padam
untuk meraih kekuasaan demi kekuasaan, dan akan berhenti dalam
kematian. Oleh karena itu kekuasaan tidak bisa diperoleh tanpa
konflik. Manusia berjuang untuk sumber-sumber yang langka, yang
salah satunya adalah kekuasaan. Karl W. Deutch mengidentifikasi
ada 7 sumber yang langka yaitu Power, Health, Deference,
Enlightenment, rectitude, Security-order dan Freedom.
 Mereka harus mempertahankan diri mereka sendiri dan mencegah
orang lain untuk merampas kekuasaan yang sudah mereka himpun
(deffendence).
 Bahkan jika sumber-sumber tidak langka dan harta benda manusia
terjamin, mereka mencari perasaan superioritas yang berasal dari
pemilikan kekuasaan atas orang lain (kemuliaan)
JURUSAN ILMU HI-FISIP
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA 7
Tipologi Realisme…
ClassicRealism…
Neo-Realisme…
Post-Classic Realism…

JURUSAN ILMU HI-FISIP


UPN “VETERAN” YOGYAKARTA 8
Classic Realism
Hans J. Morgenthau, Prinsip-prinsip realisme politik dalam buku
Politics Among Nations, yang pertama kali terbit tahun 1948
pasca PD II:
 Politik dikendalikan oleh hukum objektif yang didasarkan pada
hakekat manusia. Dengan objektifitas tersebut realisme
menganggap bahwa teori terdiri dari pemastian fakta dan
pemberian arti dan makna melalui kemampuan berpikir. Berdasar
hal ini realisme menganggap bahwa tindakan yang diambil
pembuat kebijakan bersifat rasional.
 Realisme politik menganggap bahwa dalam politik internasional,
kepentingan nasional diartikan sebagai kekuasaan.
 Corak kepemimpinan dan makna kekuasaan ditentukan oleh
konteks politik dan kebudayaan yang berkembang. Realisme
menganggap bahwa setiap negara memiliki hukum sendiri-
sendiri dengan cita-cita abstrak yang menolak
memperhitungkan hukum-hukum tersebut.
JURUSAN ILMU HI-FISIP
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA 9
Lanjutan…
 Realisme mempertahankan bahwa prinsip moral yang
universal tidak dapat diterapkan pada tindakan-
tindakan negara dan perumusan mereka yang abstrak,
akan tetapi harus bersaing melalui keadaan, waktu dan
tempat yang kongkrit.
 Realisme politik menolak mengidentifikasi cita-cita
moral bangsa tertentu dengan hukum-hukum yang
menguasai alam semesta.
 Secara intelektual, kaum realis mempertahankan
politik yang mempunyai otonomi seperti bidang
lainnya (hukum, ekonomi dan moral). Realisme politik
tidak sependapat dengan pendekatan legalistik-moralistik
terhadap politik internasional.
JURUSAN ILMU HI-FISIP
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA 10
Neo-Realisme
 Neo-Realisme dikenal sebagai Realisme Struktural dengan
tokohnya Kenneth Waltz yang menulis buku “The Origin of war
in Neo-Realist Theory”
 Morgenthau memandang Power sebagai cara dan tujuan politik,
sedangkan Neo-Realism melihat Power sebagai cara yang dapat
berguna untuk mencapai tujuan. Bagi Neo-Realism Tujuan negara
dalam Politik Luar Negerinya adalah bukan Power tetapi
“Security“.
 Hubungan internasional tidak selamanya negara berada dalam
keadaan perang tetapi suatu negara berada dalam kompetisi
keamanan
 Neo-Realism berasumsi bahwa negara akan menggunakan
“Persfektif terburuk“ (Perspective Worst-Case) dalam
interaksi antara negara.

JURUSAN ILMU HI-FISIP


UPN “VETERAN” YOGYAKARTA 11
Lanjutan….
 “Persfektif terburuk“: jaminan keamanan militer sebelum
meningkatkan tujuan lain (Economy Capacity). Namun demikian
Neo-Realism tidak melihat kapasitas ekonomi sebagai sesuatu yang
tidak penting
 Pada dasarnya realisme klasik dan Neo-realisme memiliki
kesamaan dalam melihat konflik internasional yang berasumsi
bahwa tingkah laku negara dalam sistem internasional
didasarkan pada konsep alamiah manusia yang khusus.
 Seperti Morgenthau mengatakan bahwa aktor negara dalam
berinteraksi diarahkan oleh sifat “haus“ akan kekuasaan yang
dilatar belakangi oleh sifat “agresif“. Sedangkan Neo-Realisme
lebih menekankan pada naluri manusia akan perasaan “takut“
sehingga negara harus mempersiapkan kapabilitas militer untuk
tidak diserang negara lain.

JURUSAN ILMU HI-FISIP


UPN “VETERAN” YOGYAKARTA 12
Neo-Realisme…
DEFENSIVE OFFENSIVE
Phenomena International International
Explained outcomes & modes of outcomes & modes of
behavior behavior
Level of Analysis System System
Anarchy Hobbesian Hobbesian
Unit Level Attributes No differences across No differences across
states states
power Means not an end, Means not an end,
seek sufficient power seek maximize power
Conclusion about Enlightened national Seek Hegemonic
state behavior interest, maintain the power
balance power JURUSAN ILMU HI-FISIP
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA 13
Post-Classic Realism
 Tokoh-tokok realisme post classic adalah Robert Jervis, Stephen
Krasner dan Robert Gilpin.
 Konflik internasional yang terjadi bukan hanya disebabkan oleh
kapabilitas militer tiap negara tetapi juga ditentukan oleh tiga factor
lain yaitu teknologi, geografi dan tekanan ekonomi internasional.
 Gilpin memandang “Power“ bukan hanya didasarkan pada kemampuan
militer (military capacity) tetapi merupakan perpaduan antara
kemampuan militer, ekonomi (economic capacity) dan teknologi
suatu negara.
 Classic Realism dan Post Classic Realism memiliki pandangan yang
sama dalam melihat hubungan internasional yang terjadi. Mereka
sependapat bahwa hubungan internasional merupakan pertarungan
kekuasaan. Namun keduanya memiliki perspektif yang berbeda
mengenai motivasi pembuat kebijakan dalam mencapai kekuasaan.

JURUSAN ILMU HI-FISIP


UPN “VETERAN” YOGYAKARTA 14
Lanjutan…
 Realisme klasik menganggap pembuat kebijakan dalam membuat
keputusan didasari oleh usaha untuk mendominasi negara lain,
sedangkan Post melihat bahwa pembuat kebijakan tidak untuk
memaksimalkan kekuasaan, karena kekuasaan yang dilandasi
oleh “ingin mendominasi“ tidak akan pernah selesai

 Cara untuk meningkatkan kekuasaan: pertama, melakukan


perubahan dalam pola perdagangan internasional. Kedua,
menciptakan lembaga-lembaga yang efisien untuk mengurangi
biaya transaksi dan menjamin hak kepemilikan. Ketiga,
menggunakan pengaruh ekonomi untuk mengamankan suplai
barang mentah yang murah dan suplai yang berasal dari negara
lemah. Keempat, dengan mengurangi pengeluaran yang tidak
produktif dalam uapaya meningkatkan kemajuan bidang ekonomi

JURUSAN ILMU HI-FISIP


UPN “VETERAN” YOGYAKARTA 15
Post-Classic Realism…
DEFENSIVE OFFENSIVE
Phenomena State policy and behavior State policy and behavior
Explained
Level of Analysis State State
Anarchy Benign, relatively peaceful Unclear, difficult to
distinguish
Unit Level Attributes Differences such as Distinction between
geography, technology and status quo and revisionist
knowledge are important state (there is a
contradiction here with
the assumption regarding
power maximization)
power Means not an end, maintain Means and an end,
offensive/defensive balance maximization of power
Conclusion about Great power corporate, Expansion
JURUSAN ILMU HI-FISIP
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA 16
state behavior “buck passing”
Tiga karakteristik utama Realisme
 pertama, aktor terpenting dan utama dalam hubungan
internasional adalah negara, walaupun diakui bahwa batas
antar negara semakin “kabur” sebagai akibat dinamika
struktur internasional.
 Kedua, hubungan internasional bersifat konfliktual,
artinya negara akan sangat sulit untuk membentuk
kerjasama dimana ada sebagian hak-hak kedaulatan suatu
negara yang diserahkan dalam kerjasama (rejim
internasional) tersebut.
 Ketiga, motivasi utama negara dalam hubungan
internasional adalah kekuasaan (power) dan keamanan
(security) dengan tidak mengabaikan kepentingan
ekonomi (economic capacity).
JURUSAN ILMU HI-FISIP
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA 17
Teori-Teori Realis
NEO-REALIS POST CLASSIC RELISM
CLASSIC DEFENSIVE OFFENSIVE DEFENSIVE OFFENSIVE

•Hans J. • BOP (Kenneth • Hegemonic • Balance of • State-centred


Morgenthau telah Waltz) theory of war threat theory realism (freed
secara eksplisit • Dynamic (Robert Gilpin) (Stephen waltt) zakaria)
mengemukakan Differentials • Power • Domestic • Theory of war
prinsip-prinsip theory (dale transition mobilization aims (eric labs)
realisme politik Copeland) theory (AFK. theory (Thomas • Hegemonic
dalam buku • Great Power Organski) C.) theory of
Politics Among Cooperation • Theory of great • Offence foreign policy
Nations Theory (Robert power politics defence (William
•E.H. Carr, yang Jervis dll) (john theories wohlforth)
menulis buku mearsheimer) (Stephen van
dengan judul “The evera dll)
Twenty Years
Crisis“ pada tahun
1939.

JURUSAN ILMU HI-FISIP


UPN “VETERAN” YOGYAKARTA 18
Ringkasan Materi
 Kesimpulan
 Latihan soal

JURUSAN ILMU HI-FISIP


UPN “VETERAN” YOGYAKARTA 19
Referensi
 Scott Burchill and Andrew Linklater, 1996, Theories of
International Relations, London: Macmillan Press Ltd.
 Asrudin & Mirza Jaka Suryana (editor), 2009, Refleksi Teori
Hubungan Internasional: dari Tradisional ke Kontemporer,
Yogyakarta: Graha Ilmu
 Yulius P. Hermawan (editor), 2007, Transformasi dalam Studi
Hubungan Internasional: Aktor, Isu dan Metodologi, Yogyakarta:
Graha Ilmu
 John Baylis and Steve Smith, (editor), 2001, The Globalization of
World Politics: An Introduction to International Relations, New
York: Oxford University Press
 Robert O. Keohane, ed, 1986, “Realism and Neo-realism and the
study of World Politics” dalam Neorealism and Its Critics,
Columbia University Press, New York.
JURUSAN ILMU HI-FISIP
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA 20

Anda mungkin juga menyukai