Anda di halaman 1dari 107

Menentukan dan

Mengoperasikan IPAL
E. 370000.007.01
SKKN BAHAN
I
1. Mengidentifikasi Sumber Pencemaran
Air Limbah. AJAR
(E.370000.001.01)
1. Mengidentifikasi dan Menentukan
Karakteristik Sumber Pencemaran Air
2. Menentukan Karakteristik Sumber Limbah.
Pencemaran Air Limbah.
(E.370000.002.01)

3. Menilai Tingkat Pencemaran Air 2. Menilai Tingkat Pencemaran Air


Limbah Limbah
(E.370000.003.01)

4. Menentukan Peralatan Instalasi


Pengolahan Air Limbah (IPAL)
(E.370000.006.01) 3. Menentukan &
5. Mengoperasikan Instalasi Pengolahan Mengoperasikan IPAL
Air Limbah.
(E.370000.007.01)
Materi
01
AjarPrinsip Pemilihan
Teknologi IPAL

02 Unit-unit IPAL
Industri
03 IPAL
Domestik

04 Pengoperasian IPAL

3
Prinsip Prinsip Pemilihan Teknologi
dalam Perancangan Air Limbah Industri

• Ditujukan untuk mengurangi kandungan bahan pencemar, seperti :


 senyawa organik
 senyawa organik yang tidak dapat diuraikan
oleh mikroorganisme yang ada di alam
 Senyawa anorganik
 padatan tersuspensi (TSS)
 mikroba patogen
ADD A FOOTER 4
PengolahanAirLimba Pengolahan Awal
(Pretreatment)

h Pengolahan Tahap Pertama (Primary


Treatment)
dibagi menjadi 5
tahapan Pengolahan Tahap Kedua
(Secondary Pengolahan Tahap Ketiga
Treatment) (Tertiary Treatment)

Memudahkan dalam Pengolahan Lumpur


mengkategorikan dan (Sludge
Treatment)
melaksanakan pengolahan
sesuai dengan beban dan
kandungan suatu air limbah.
Effluent

ADD A 5
FOOTER
Faktor Penentu
IPAL
Spesifikasi teknis dan tatacara pengoperasian IPAL ditentukan oleh
karakteristik limbah cair yang masuk ke IPAL (infuen)

karakteristik efluen yang diinginkan

kondisi lahan tapak IPAL

ketersediaan biaya : investasi dan operasi

Kemudahan dalam dioperasikan

Melakukan studi kelayakan dan percobaan skala lab bila diperlukan

ADD A 7
FOOTER
Pengolahan Air
•Limbah
Dapat dibagi menjadi 5 tahap pengolahan :
Pengolahan Awal (Pretreatment)
Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)

Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)

Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)


Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)

Memudahkan dalam mengkategorikan dan melaksanakan pengolahan sesuai dengan beban


dan kandungan suatu air limbah.

ADD A 8
FOOTER
Operasional Instalasi Pengolahan
Air Limbah
Proses pengolahan air limbah dilakukan dalam
beberapa tahapan, mulai dari inlet hingga
outlet

Pengolahan Pengolaha Pengolaha


Inlet Ekualisasi n Primary n Efluen
Pretreatment
treatment Secondary
treatment

SLUDGE

ADD A 9
FOOTER
Metoda Lain dalam
Penggolongan
• Adalah melihat pada proses unit IPAL yang terjadi, yaitu:
• Proses Fisika : penyaringan, sedimentasi, aerasi
• Proses Kimia : koagulasi, flokulasi
• Proses Biologi : lumpur aktif (secondary treatment),
• Proses Termal (untuk sludge)

(Setiadi, 2020).
ADD A 1
FOOTER 0
Primary treatment Secondary Liquid
Pretreatme treatment Suspended Tertiary Sludge
Chemical Pysical Dissolved solids dispos
nt treatment treatment
organics removal al

Beberapa
Dilute
wastewater
Scren and Activate Coagulatio Receivin

Proses
Neutralization Flotation Sedimentation
grit d n& g
removal sludge Sedimentati waters
Equalization Chemical on Controlled

Pengolah
Anaerob or
and addition Sedimentation Filtration
ic transportat
stora &
lagoons ed
ge coagulati

an
Limbah Oil
seperation
on Filtration
Trickli
ng
filter
Carbon
adsorpti
on
discharge
Ocean

Digestion Surface
Aerated applications
Ion or wet or
exchange combusti groudwater
lagoon seepage

Indust
on
s
Stabilizati Deep
Membrane Incineration
on well

ri
basin injection
Rotating Thickening
Pressur Evaporati
biologic gravity Landfill
e on
al or
filtratio incenerati
contacto flotation
Anaerobic n on
r Vacuu Ocean
contactors
m dispos
& filter
filtratio al
n
Centrifuga Deep
Sedimentation well
tio n
Neutralization injection
Equalizati Lagooning Incineration
Filtration
on or drying
&storage bed
ADD A 1
Concetrated Organics
FOOTER 0
wastewater
Diagram Garis
BesarPenentuan Teknologi
Pengolahan Air LimbahIndustri
Aliran air l imb a h

Anorganik Organik
Inorganik Organik Off- g a s tre a tmen t

Perlunya ya tidak Mengandung ya Air /


Dapat
Pretreatment Pretreatment kontaminan yang Steam
terbiodegradasi
untuk netralisasi dapat di-stripping Stripping
mi n ya k
Off- g a s tre a tmen t ya
tidak tidak
Mengandung Perlunya
kontaminan yang ya Air / p retreatm ent ya Pemisahan minyak Mengandung
dapat di-stripping Steam penghilangan / air kontaminan yang ya Filtrasi atau
mis. amonia Stripping dapat disaring atau Adsorpsi karbon
m i n ya k d a n l e m a k aktif
diadsorb
tidak tidak Filter atau
regenerasi media
Mengandung Koagulasi, Trickling f ilter adsorpsi
ya Tersedia ruang tida k tidak
kontaminan yang flokulasi, dan atau Fixed-film
lahan yang luas
dapat dipresipitasi sedimentasi Biotreatment
Mengandung
ya kontaminan yang ya
tidak L i m b a h Pa da t Oksidasi / reduksi
dapat dioksidasi
kimia
Mengandung
ya Filtrasi atau ya
kontaminan yang Lumpur aktif atau atau direduksi
Adsorpsi karbon Perlunya aerasi
dapat disaring atau aerated lagoon secara kimia
aktif
diadsorb
Filter atau
regenerasi tidak
tidak tidak
media adsorpsi
Limbah dapat Limbah dapat Evaporasi atau
dimanfaatkan ya ya d im a n fa atkan
Evaporasi atau Perlunya solids An a e robic ya ekstraksi
kembali atau kembali atau
ekstraksi recovery treatment
direduksi direduksi
volumenya volumenya
Solid / C o n c en tr ated Solid / C o n c en tr ated
tidak Ph a s e tidak Ph a s e
Limbah harus Insinerasi atau wet tidak
Limbah harus Insinerasi atau wet
dihancurkan air oxidation
Kolam ekualisasi
dihancurkan air oxidation 15
Pra pengolahan (pre-treatment)
1. Penyaringan (screening)
• Memisahkan padatan berukuran besar.
• Mengurangi beban organik air limbah
2. Penangkapan minyak dan lemak
• Menghindari terganggunya aktivitas bakteri dalam pengolahan biologis
• Menghindari penyumbatan aliran
3. Bak ekualisasi
• Menyamakan debit dan konsentrasi air limbah sehingga pengolahan biologis dapat
berjalan efektif
• Mengatur pH dan penambahan nutrisi bagi aktivitas mikroba dalam pengolahan
Biologis.

• Secara umum, tahap pra pengolahan dapa mengurangi konsentrasi parameter BOD (Biochemical
Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) hingga 35 %, serta parameter minyak-lemak
sebesar 65%
16
Pengolahan primer (primary treatment)
 Pengolahan primer merupakan pengolahan air limbah dengan menggunakan prinsip fisika
dan kimia.
Teknologi pengolahan primer yang digunakan adalah pengendapan (primary
sedimentation). Pengendapan diperlukan untuk memperlambat aliran air limbah sehingga
dapat mengendapkan padatan-padatan yang tidak tersaring seperti pasir, kerikil, sisik ikan,
serpihan daging ikan, dll.
 Padatan-padatan tersebut dipisahkan agar tidak mengganggu tahap selanjutnya seperti
menyumbat pipa dan merusak peralatan.
Tahap pengendapan juga dapat dibantu dengan menggunakan bahan kimia berupa
koagulan dan/atau flokulan, bila kandungan total padatan tersuspensi (total suspended
solid, TSS) dari air limbah sangat tinggi.
 Dengan menggunakan teknologi pengolahan primer, kandungan TSS dapat diturunkan
hingga 60%.
17
Pengolahan sekunder
(secondary treatment)
• Teknologi pengolahan sekunder yang dapat digunakan adalah proses biologis, baik secara anaerobik
maupun aerobik.
• Untuk air limbah dengan kandungan bahan organik (BOD atau COD) yang tinggi seperti industri
perikanan (dari data primer, karakteristik inlet IPAL industri perikanan memiliki BOD dan COD yang
tinggi), disarankan untuk terlebih dahulu menggunakan proses biologis secara anaerobik sebelum proses
aerobik.
• Penggunaan proses anaerobik dapat menurunkan kebutuhan lahanIPAL, mengurangi beban
pengolahan air limbah secara biologis aerobik, dan mengurangi biaya penanganan lumpur.
• Penggunaan proses biologis secara anaerobik dapat menurunkan konsentrasi parameter TSS hingga 55
% dan konsentrasi parameter BOD dan COD sebesar 65 %. Sedangkan penggunakan proses biologis
secara aerobik dapat menurunkan konsentrasi parameter TSS hingga 80 % dan konsentrasi parameter
BOD dan COD sebesar 90 % (untuk konsentrasi COD di bawah 1000 mg/l).
• Dengan menggunakan proses pengolahan air limbah sekunder, kandungan parameter minyak-
lemak dalam air limbah juga dapat diturunkan hingga 90 %.

• 18
Teknologi
Penguraian senyawa organik dalam air limbah menggunakan lumpur yang
Proses lumpur aktif kaya akan bakteri. Dalam prosesnya, dilakukan aerasi. Endapan yang
terbentuk sebagian dibuang, sebagian digunakan kembali

Pengolah
Menyemprotkan air limbah dari unggun ke suatu permukaan yang telah
Proses trickling dilapisi biofilm aerobik. Pada permukaan tersebut terjadi penguraian zat
filter organik oleh mikroba

Air
an Proses
Aerobik
Proses Biofilm
Proses rotating
biological contactor
(RBC)
Bakteri aerobik tumbuh pada disk/piringan yang sekitar 40% bagiannya
terendam dalam air limbah. Piringan tersebut berputar agar mikroba
memperoleh oksigen dari udara untuk mengurai senyawa organik

Limb Proses aerasi Penguraian senyawa organik dalam air limbah dengan cara melekatkan

ah
kontak mikroorganisme pada media filter terendam

Dikenal juga dengan sistem kolam dalam ( deep pond), di mana kondisi
Anaerobic lagoon lagun bebas dari oksigen; dilakukan pada kolam yang dalam

Pengolahan limbah menggunakan tangki yang ditutup rapat sehingga


Tangki digester tidak ada oksigen dalam tangki; terjadi penguraian senyawa organik
secara anaerobik

Proses
Anaerobik

Pengolahan limbah menggunakan reaktor dengan baffle yang diisi


Proses anaerobic baffled reactor (ABR) lumpur mikroorganisme.

Pengolahan air limbah dengan cara mengalirkan air limbah secara upflow
Proses upflow anaerobic sludge blanket ke dalam reaktor anaerobik yang mengandung granular sludge
19 (UASB) tersuspensi.
JENIS-JENIS U N I T P E N G O L A H A N AIR LIMBA H

Kelompok Pencemar Unit Pengolahan

Organik terurai Lumpur Aktif


Aerated Lagoon
Oxidation Ditch
Kolam Anaeronik
Organik sulit terurai Karbon Aktif
Klorinasi
Nutrien Presipitasi
Klorinasi
Sedimen Pengendapan
ADD A
FOOT EPadatan tersuspensi 1Pengendapan Kimia
R 6Filtrasi
JENIS-JENIS U N I T P E N G O L A H A N AIR LIMBA H

Kelompok Pencemar Unit Pengolahan


Apungan Flotasi
Pemisahan Minyak dan
Lemak
Logam Berat Presipitasi
Anorganik terlarut Presipitasi
Pertukaran ion
Karbon aktif
Asam Basa Penyesuaian pH
Patogen Klorinasi
Ultraviole
ADD A FOOTE t
R 7
1 Panas Penurunan Suhu
B A G I A N IPAL

Terdapat 5 bagian :
• Penanganan air limbah : unit-unit IPAL
• Penanganan lumpur : menangani lumpur hasil
pengendapan
• Pengaliran : saluran, alat pengatur aliran, pengukur debit,
sistem perpompaan
• Prasarana : sistem kelistrikan, penyediaan air bersih,
penyediaan bahan kimia, sistemdrainage air hujan
• Pendukung : laboratorium, ruang kontrol, gudang,
bengkel
Contoh Diagram
Pengolah
Limbah Textile
(sumber: Bppt)
Sewage Treatment Plant
D iagram

ADD A 20
FOOTER
PARAMETER OPERASI
Menunjukkan kondisi pengoperasian pada suatu unit pengolahan:

Unit Pengolahan Parameter operasi


Ekuaisasi Q Beban hidrolis air limbah
Pengendapan OR Beban permukaan (overflow rate)

Q Beban hidrolis air limbah


Koagulasi Q Beban hidrolis air limbah
Q kimia Debit bahan kimia (koagulan) yang
ditambahkan
Flokulasi Q Beban hidrolis air limbah
Q kimia Debit bahan kimia (koagulan) yang
ditambahkan
Penyesuaian pH Q kimia Debit bahan kimia (koagulan) yang
ditambahkan
Unit Pengolahan Parameter operasi
Lumpur Aktif ( Aerasi) OL Beban organik (organic loading)

MLVSS Padatan organik tercampur (Mix


Liquor Volatile Suspended Solid

F/M Rasio Food/Microorganism


DO Oksigen terlarut
OUR Laju pernafasan mikroorganisme
(Oxygen Uptake Rate)
PA RAMETER OPERASI
BOD : N Rasio nutrien
:P
SA Usia lumpur (Sludge age)
SVI Indeks volume lumpur
Lumpur Aktif ( Sedimentasi) OR Beban permukaan

Q RES Debit lumpur resirkulasi


Q WAS Debit lumpu dibuang
Presipitasi Q kimia Debit bahan kimia (koagulan) yang
ditambahkan
2. Unit – unit utama dalam
•IPAL
Unit Penyaringan
• Unit Ekualisasi
• Unit Pengendapan
• Unit Netralisasi pH
• UNIT Koagulasi - Flokulasi
• Unit Flotasi
• Unit Pengendapan Kimia
• Unit Lumpur Aktif
• Unit Pengolahan Anaerobik
ADD A FOOTER 23
• Berfungsi untuk menyaring benda-
benda besar yang terbawa air
Unit limbah, baik yang mengapung
maupun yang melayang di dalam
Penyaringan air agar tidak terikut dalam aliran
yang dapat mengganggu proses
pengolahan selanjutnya.

• Bar screen merupakan


pengolaha pendahuluanunit (fisik)
WWTP.
n screen adalah
dalam
berbentuk
Bar batang-batang
saringan horizontal
dengan jarak antar batang 10
cm.
padatan kasar
Screening yang terdapat
digunakan untuk pada limbah
menyisihkan
cair seperti kayu, ranting, papan, dan
padatan besar/kasar lainnya. Manfaat
utama screening ini adalah untuk
pemeliharan peralatan pompa dan
juga
ADD A menjaga adanya
2 penumpukkan (clogging)
FOOTER pada katup dan
4 sarana lainnya.
Bar Screen
Bar Screen
ADD A 28
FOOTER
Primary
Treatment
Comminutor
Mesin penghalus/pemarut, berfungsi untuk
menghancurkan padatan kasar yang lolos dari
bar screen. Sehingga padatan tersebut
mempunyai ukuran lebih kecil dan seragam
serta tidak mengganggu unit pengolahan
selanjutnya
Comminutor terdiri dari tabung berongga,
terbuat dari besi tuang yang berputar secara
kontinyu pada sumbu vertical dengan sumber
tenaga dari motor listrik.
Tabung ini memiliki pemotong yang sangat
tajam
Tangki
flotasi
Tangki Flotasi
Dissolved air Flotation (DAF) dapat digunakan
untuk menyisihkan minyak. DAF adalah proses
pengolahan air limbah yang berfungsi
menghilangkan materi tersuspensi seperti
minyak dan lemak yang terdapat didalam air
limbah
UNIT FLOTASI

▶ Pemisahan padatan/cairan dari fase cair


dengan cara memasukkan gas (udara) ke
dalam cairan tersebut. Gas dalam ▶ Udara umumnya digunakan sebagai gas flotasi
bentuk gelembung (bubble) dengan ▶ Metode flotasi dengan udara :
ukuran kecil ▶ Dissolved Air Flotation (DAF) : udara
masuk
▶ Partikel padat/cairan akan terikut gas ke dengan tekanan, dilanjutkan dengan
perumukaan pengurangan tekanan
▶ Aerasi pada tekanan atmosferik
▶ Digunakan untuk menghilangkan partikel ▶ Vacuum Flotation : penjenuhan cairan
tersuspensi (TSS), mengkonsentrasikan dengan udara kemudian dilanjutkan
lumpur biologik dengan pemvakuman
▶ Tingkat penghilangan padatan/cairan dapat
▶ Partikel-partikel ringan seperti minyak dapat ditingkatkan dengan penambahan aditif kimia
dinaikkan ke permukaan dan diambil secara
skimming ▶ Aditif berfungsi untuk mengabsorpsi/
menangkap gelembung udara, berupa :
▶ Garam-garam aluminium dan besi
▶ Silika aktif’
▶ Berbagai bahan polimer
Air Flotation
Separator
Unit Equalisasi
• Bak ekualisasi adalah bak penampungan
yang berfungsi untuk meminimumkan
dan mengendalikan fluktuasi aliran
limbah cair baik kuantitas maupun
kualitas yang berbeda dan
menghomogenkan konsentrasi limbah
cair (Mubin dkk, 2016)
Bak ekualisasi berfungsi sebagai
pengumpul air limbah selama 24 jam
dari cakupan wilayah kerja IPAL yang
ada, Tangki ekualisasi (Equalisation
pond) merupakan suatu fasilitas untuk
meningkatkan efektivitas dari proses
pengolahan air limbah. Outflow dari
tangka ekualisasi adalah parameter
operasional bagi unit pengolahan
selanjutnya seperti flow, derajat
kandungan polutan, temperature,
padatan dsb 33
Bak / Tangki
Ekualisasi
▶ Lokasi :
▶Pada aliran awal unit pengolah, atau
▶Sebelum pengolahan secara biologi
▶ Sistem :
▶In-line [satu aliran yang sama]
▶Off-line [memakai sistem aliran by pass]
▶ Volume :
▶Dihitung berdasarkan laju alir (maksimum, minimum, rata-rata),
BOD rata-rata, dan waktu tinggal yang diperlukan
Proses
kimia
Proses pengaturan pH
Proses ini dilakukan agar proses
keseluruhan (kimia dan biologis) berjalan
sesuai dan optimum.
Bahan kimia yang digunakan adalah
asam sulfat (H2SO4) atau asam klorida
(HCl) untuk menetralkan air limbah yang
bersifat alkali. Sedangkan untuk zat alkali
yang banyak digunakan antara lain yakni
soda ash atau soda abu (NaHCO3), kapur
(CaO), (Ca(OH)2), CaCO3 dan natrium
Hidroksida (NaOH)
UNIT NETRALISASI
pH
• Berfungsi
menetralkan pH
dengan cara
menambahkan
senyawa asam atau
basa
• Membantu
optimasi
proses proses di unit
pengolahan lain
Aspek pengendapan
kimia
• Pengendapan partikel dalam air baku/ air limbah
sangat kompleks
• Faktor-faktor yang berpengaruh meliputi :
• Sifat koloid : hydrophobic (takut air), hydrophylic
(suka air)
• Muatan permukaan koloid : oil, inert, protein
• Agregasi partikel : reduksi muatan dengan
penambahan elektrolit, polimer/polielektrolit
• Polimer mempunyai kemampuan “floc” yang lebih
besar sehingga pemakaiannya sedikit 
menimbulkan endapan yang sedikit
Pengendapan
Logam
▶ Ion-ion logam yang terlarut dalam air baku / air limbah dapat
dipisahkan melalui pengendapan kimia menjadi senyawa hidroksida
▶ Proses pengendapan untuk tiap-tiap logam berbeda, tergantung dari
pH larutan
▶ Pengendapan krom valensi 6 dilakukan dengan mengubahnya menjadi
valensi 3, sehingga mengendap sebagai hidroksida
Unit Koagulas
Koagulasi i
Sumber :
Sumber : aquagardentechnology
www.environmentalleverage.com/

• Koagulasi adalah proses penambahan koagulan pada air baku yang


menyebabkan terjadinya destabilisasi dari partikel koloid agar terjadi agregasi
dari partikel yang telah terdestabilisasi tersebut. Dengan penambahan
koagulan, kestabilan koloid dapat dihancurkan sehingga partikel koloid dapat
menggumpal dan membentuk partikel dengan ukuran yang lebih besar,
sehingga dapat dihilangkan pada unit sedimentasi (Rachmawati, 2009)
• Jenis koagulan: alum unium sulfat, sodium aluminate, ferrous sulfat, ferri
sulfate, ferrie chloride, chlorinated copperas , PAC, carbon aktif
Unit
Flokulas
i Sumber : aquagardentechnology

• Flokulasi adalah suatu


proses aglomerasi
(penggumpalan) partikel-
partikel terdestabilisasi
menjadi flok dengan
ukuran yang
memungkinkan dapat
dipisahkan oleh
sedimentasi dan filtrasi.
• Jenis flokulan : Polyamines,
polydadmacs dan polimer
lainnya
Koagulasi
Flokulasi
▶ Pengendapan partikel tersuspensi melalui flokulasi
dan koagulasi mengguakan senyawa garam :
▶ Alum
▶ Ferri khlorida, Ferri sulfat
▶ Ferrosulfat (Copperas)
▶ Kapur (Lime)
▶ Polimer
▶ Efisiensi pengolahan berupa penurunan TS,
BOD, COD, bakteri :
▶ Total solid : 80-90 %
▶ BOD5 : 40-70 %
▶ COD : 30-60 %
▶ Bakteri : 80-90 %
Pengendapan dengan
Alum Pengendapan dengan
▶ Alum Al2(SO4)3 bereaksi dengan
bi/karbonat membentuk Aluminum
Hidroksida Al(OH)3 sebagai Ferosulfat
“gelatinous floc”
▶ Floc gelatin menarik partikel-partikel
tersuspensi pada limbah, terjadi ▶ Ferosulfat, FeSO4, sebagai koagulan tidak dapat
proses flokulasi dilanjutkan dengan dipakai sendiri, sehingga perlu penambahan lime
koagulasi bersama-sama
▶ Pada proses ini alkalinitas
berkurang ▶ Reaksi membentuk Ferohidroksida teroksidasi
sehingga perlu penambahan kapur menjadi Ferihidroksida yang berfungsi sebagai
agar pengendapan terjadi dengan “gelatinous floc”
baik
▶ Setiap 10 mg/L Ferosulfat memerlukan 4,0 mg/L
▶ Tiap 10 mg/L Alum memerlukan 4,5 lime dan 0,29 mg/L Oksigen (oksigen terlarut
mg/L CaCO3
dalam air / air limbah harus cukup untuk
mengoksidasi fero (Fe2+) menjadi feri (Fe3+)
Pengendapan dengan
Ferisulfat Pengendapan
▶ Ferisulfat, Fe2(SO4)3 digunakan
bila kandungan oksigen dalam
Fosfat
air baku/air limbah tidak ▶ Senyawa fosfor dalam limbah dapat
dihilangkan dengan pengikatan oleh
mencukupi partikel tersuspensi
▶ Ferisulfat dengan lime ▶ Senyawa-senyawa berikut selain
membentuk Ferihidroksida sebagai flokulan-koagulan juga
▶ Ferikhlorida dalam air berfungsi sebagai pengikat fosfat :
membentuk Ferihidroksida ▶ Alum  AlPO4
dan ▶ Ferrisulfat, ferrikhlorida  FePO4
asam khlorida sehingga ▶ Lime  Ca10(PO4)6(OH)2
suasana menjadi asam (hydroksilapatit)
▶ Ferikhlorida dan lime ▶ Polimer sebagai aditif
membentuk Ferihidroksida ▶ Proses penghilangan sulfat
dan meliputi :
kalsium khlorida presipitasi, kopresipitasi, post
presipitasi
UNIT PENGENDAPAN

▶ Sedimentasi merupakan pemisahan partikel padat dari cairan (air baku, air limbah) dengan cara
gravitasi
▶ Sedimentasi terjadi pada :
▶ Bak pengendap primer
▶ Bak pengendapan kimia hasil flokulasi/koagulasi
▶ Bak pengendapan biologi dengan proses lumpur aktif

▶ Tipe partikel yang mengendap :


▶ Partikel diskret (terpisah) : partikel mengendap secara individual
▶ Flokulan : pertikel-partikel membentuk flok dan menggumpal mengendap bersama
▶ Hindered : partikel-partikel yang mengendap tetap di tempatnya yaitu pada bagian tengah
▶ Kompresi : partikel-partikel yang mengendap terkompresi, terjadi pada bagian bawah
Aliran horizontal Segiempat

 Tanki memerlukan
ruangan lebih kecil

Aliran horizontal Segiempat  Laju alir 10 - 15


mm/s

 Laju beban weir < 300


m3/m.d

 Perbandingan panjang :
lebar = 3:1
 Upward flow

 Persegi dengan penerima lumpur (hopper


sludge) bersudut 60o

 Lumpur diambil secara hidrostatik sehingga


tanpa adanya bagian yang bergerak

 Kemungkinan ada partikel yang terikut aliran


ADD A 30
FOOTER
Radial Flow
Tanki Sedimentasi
 Proses pemisahan secara fisika antara
padatan yang mengendap (mikroorganisme,
partikel) dari efluen

 Lumpur aktif dikembalikan ke dalam reaktor

 Desain sebesar 3 x ADWF

 Pengendapan Klass III and IV

 Laju luapan < 250 m3/m.hari

 HRT 1,5 – 2 h
Proses Biologi
Untuk mengolah air yang mengandung
senyawa organic umumnya
menggunakan teknologi pengolahan air
limbah secara biologi. Proses secara
biologis tersebut dapat dilakukan pada
kondisi aerobic (dengan udara/oksigen),
kondisi anaerobic (tanpa udara/tanpa
oksigen), dan kondisi kombinasi aerob-
anaerob
Tangki Clarifier

Tangki aerasi
Tangki Trickling filter
Rotating Biological
Contractor
Unit Lumpur
Aktif
influent aeration settler efluent
tank

waste sludge

 mikroorganisme hidup berkoloni menyerupai lumpur


 dapat menyerap dan mereduksi substrat
 Activated Sludge
ADD A 52
FOOTER
Ciri-ciri Sistem Lumpur
Aktif

Mendaur ulang sebagian


Menggunakan lumpur lumpur mikroorganisma dari
Kinerja pengolahan dengan
mikroorganisma yang dapat Memungkinkan terjadinya tangki pengendap ke reaktor
lumpur aktif bergantung pada
mengkonversi zat organik pengendapan sehingga aerasi, kecuali pada reaktor
waktu tinggal sel rata-rata di
terlarut dalam air buangan keluaran hanya sedikit aliran yang teraduk baik
dalam reaktor (mean cell
menjadi biomassa baru dan zat mengandung padatan mikroba (continuous stirred tank),
residence time).
anorganik kadang-kadang mikroorganisma
tidak perlu didaur ulang

ADD A 53
FOOTER
Sistem Pertumbuhan
Tersuspensi

Mikroorganisme dalam suspensi flokulan dengan


konsentrasi tinggi melalui pengadukan

Mikroorganisme berinteraksi dengan influen air


limbah dan bahan organik yang mudah terdegradasi
membentuk CO2, H2O dan produk samping,
melepaskan energi untuk pertumbuhan sel baru

Contoh proses aerob adalah lumpur aktif (activated


sludge). Dan anaerobic digester yang digunakan
untuk memecah limbah lumpur untuk proses
anaerob.
Proses lumpur aktif (activated
sludge)
Proses Lumpur
Aktif

Mikroorganisem dijaga
selalu dalam keadaan
tersuspensi
menggunakan
pengadukan
Proses Lumpur
Aktif
 Mixed liquor suspended solids (MLSS) merupakan campuran antara
mikroorganisme dengan bahan partikulat

 MLSS dipakai sebagai ukuran konsentrasi lumpur aktif

 Klarifier (Final clarifiers) memisahkan antara air limbah terolah dengan cara
pengendapan atau pemekatan lumpur

 Tanki klarifier umunya berbentuk lingkaran denagn diameter 10-30 m dan


kedalaman 4-4.,5 m

 Pencampuran dilakuakn secara aliran sumbat (plug flow) atau


pencampuran
sempurna (mixed flow)

 Sistem konvensional memerlukan perbandingan F/M tinggi, sedangkan


dengan
aerasi tambahan (extended aeration plants) memerlukan F?M rendah

 Kualitas efluen lebih baik dibanding dari trickling filter


Karakteristik Reaktor
Sistem aliran sumbat (Plug flow system)

Setiap
Secara teoritis
partikel Dimensi Tidak terjadi
lebih efisien
mempunyai panjang pencampura BOD inlet DO inlet MLSS rata- daripada
waktu tinggal dengan n secara tinggi rata pencampuran
yang sama ukuran longitudinal rendah rendah sempurna
untuk arah kecil
yang sama
Karakteristik Reaktor
Sistem Pencampuran Sempurna
Setiap elemen tidak mempunyai waktu tinggal HRT yang sama

Pencampuran secara terus-menerus

Bentuk tanki segiempat (Rectangular tanks) , lebar 6 -7 m , dalam 3-5


m

MLSS dan BOD seragam

MLSS tinggi

Konsentrasi substrat di
dalam dan keluar tanki
sama

Resistansi terhadap gangguan beban hidaukik dan pencemar lebih baik

Resistansi terhadap beban racun lebih baik


Tipe Sistem Lumpur
Aktif
Tipe Konvensional

Beroperasi dengan perbandingan F/M dari 0.2 sampai 0.5

Desain untuk menurunkan BOD dan proses nitrifikasi

Aliran sumbat, pencampuran longitudinal terbatas, aliran spiral sepanjang tanki


melalui difuser

Reaktor berbantuk tanki panjang, sempit, dengan dimensi panjang sampai 150 m l; L:D =
1:1 sampai 2.2:1; D = 3 sampai 5 m; L = 6 sampai 12 m

Resistensi terhadap shock dan beban toksi terbatas


Tipe Sistem Lumpur
Aktif secara kontinyu
Proses Aerasi Diperluas
Continuous extended aeration process

 Sistem beroperasi dengan beban organik rendah (F/M


rendah); waktu tinggal c dan HRT
tinggi
 Proses dapat meminimasi penanganan lumpur
sehingga tidak memerlukan tanki sedimentasi primer
 Kebutuhan O2 meningkat karena proses anaerob
sedikit
 Pencampuran lebih baik sehingga lebih stabil terhadap
fluktuasi aliran dan beban organik, dan memerlukan
daurulang lebih sedikit

 Contoh sistem “ continuous oxidation ditches”


T ipe Proses Lumpur
A ktif
Perbandingan Sistem

Konvensional Aerasi diperluas


Aliran besar Aliran kecil
Aliran sumbat Percampuran sempurna
HRT 4 – 8 jam HRT 18 – 36 jam
F/M 0.2 – 0.4 F/M 0.04 – 0.15
Umur lumpur 5 – 15 hari Umur lumpur > 15 hari
MLSS 1500 – 3000 mg/L MLSS 3000 – 6000 mg/L
Penurunan BOD 80 –90% Penurunan BOD 85 – 95%
R 0.25 – 0.5 R 0.75 – 1.5
Continuous extended aeration
process
Aerasi
 Tujuan dari aerator adalah untuk
meningkatkan transfer O2 dari fase gas  Fungsi O2 dalam lumpur aktif (activated sludge0
melalui film cairan ke badan cair dengan laju terdiri dari dua step proses
yang cukup sehingga kebutuhan O2 untuk
metabolisme terpenuhi
 Aerasi menyediakan oksigen terlarut (DO) sebagai
 Memerlukan energi yang cukup besar untuk electron acceptor bagi metabolisme aerob
proses aerasi
 DO yang diperlukan untuk kondisi aerob sebesar
 Koefisien laju transfer keseluruhan KLa 0.5 - 2 mg/L
merupakan fungsi dari peralatan, geometri,
dan karakteristik air limbah
 Aerasi berfungsi menyeimbangkan oksigen yang
 Laju transfer Oksigen, OTR = KLa C20 V kg diambil oleh mikroorganisme
O2/h
Surface
brushes
Aerator permukaan (Surface
aerator)
Floating surface
aerator
Laguna Teraerasi (Aerated
Lagoons)
 Berbentuk kolam dengan Laguna Fakultatif (Facultative
kedalaman 2,5 ~ 5 meter dan Lagoons)
luas hingga beberapa hektar
 Penambahan oksigen dilakukan  Hanya bagian permukaan yang diaduk
dengan pengadukan atau  Sebagian padatan mengendap dan
difusi udara terdekomposisi oleh mikroorganisme
 Kebutuhan energi antara 14 ~ anaerobik di dasar kolam, produknya
20 hp/sejuta gallon dioksidasi oleh mikroorganisme yang
tumbuh di atasnya
 Kebutuhan energi antara 4 ~ 10 hp/sejuta
gallon

ADD A 69
FOOTER
AEROBIK FAKULTATIF PENGENDAPAN

air limbah effluent

endapan lumpur
pencampuran
terdekomposisi sisa lumpur
sempurna
secara anaerobik

▶ Laguna aerobik mendegadrasi organik terlarut, tetapi menambah


konsentrasi biomassa/mikroorganisma. Waktu tinggal hidraulik dalam
laguna aerobik sekitar 1-3 hari.
▶ Laguna fakultatif mengurangi BOD yang tersisa dan sebagian besar
dari padatan tersuspensi dengan waktu tinggal sekitar 3-6 hari.
▶ Bila padatan tersuspensi dari aliran keluar harus lebih kecil dari 50
mg/l,
maka diperlukan sebuah laguna pengendapan.

ADD A 70
FOOTER
 Sistem laguna mempunyai efisiensi pengurangan zat organik
yang tidak kalah bila dibandingkan dengan proses lumpur aktif.
 Sistem laguna mempunyai kelebihan yaitu tidak diperlukan
pengeluaran lumpur dari sistem.
 Tetapi kelemahan yang nyata adalah memerlukan tanah yang
relatif luas.

ADD A 71
FOOTER
U N I T S A R I N G A N PERCIK
(Trickling Filters)
▶ Merupakan sistem biologis unggun-terjejal (packed bed). Terdiri dari tumpukan batu
atau bahan plastik sebagai medium penunjang (support medium) pertumbuhan
lapisan mikroorganisma aerobik (biofilm) di permukaannya.
▶ Tinggi media batu adalah 1 hingga 3 m, dengan ukuran media antara 6 -10 cm.
▶ Media plastik dapat ditumpukkan hingga ketinggian 13 m dan dapat beroperasi
dengan laju 4 gal/ft2.minute. Hal ini disebabkan hilang-tekan (pressure drop) dari
bahan plastik lebih rendah dibandingkan dengan media batu.
▶ Saringan percik tidak dapat mengurangi kandungan BOD lebih dari 85% secara
ekonomis.
▶ Sistem ini lebih mudah dan murah untuk dioperasikan dibandingkan dengan
proses
lumpur aktif.
ADD A 72
FOOTER
Skema sederhana proses saringan
percik
air limbah
biofil organik
m
udara
oksigen
medium

karbon dioksida

produk akhir

ADD A 73
FOOTER
waste water recycle effluent

Tricklin
g
Filter

effluent
Clarifier
rock or
plastic
packing
sludge

Sebagian dari aliran dapat disirkulasikan balik ke dalam sistem


untuk mendapatkan aliran keluar dengan kualitas yang baik
ADD A 74
FOOTER
Kontaktor Biologis Putar
(Rotary Biological
Contactors)
▶ Terdiri dari sejumlah piringan (discs) yang dipasang pada poros yang
berputar.
▶ Sekitar 40% dari volumenya terendam dalam tangki yang berisi air
limbah.
▶ Piringan adalah tempat pertumbuhan mikroorganisma (bio-film),
dengan
ketebalan 1 ~ 4 mm.
▶ Piringan-piringan umumnya terbuat dari high density
polyethylene dengan
luas permukaan sekitar 37 ft2/ft3.
▶ Suatu unit dapat berukuran hingga diameter 4 m dan panjang 8
m dengan
ADD A 75
luas
FOOTERpermukaan 10.000 m2 dengan jumlah piringan mencapai
rotating
biologica
plastic-disc media
l
contactor

treated
waste water effluent

▶ Suatu sistem kontaktor biologis biasanya terdiri dari 2-


4 unit dipasang seri.
▶ Kelebihan utama dari sistem ini dibandingkan dengan
proses lumpur aktif adalah energi yang diperlukan
relatif rendah, sehingga ongkos operasinya lebih
ADD A murah. 67
FOOTER
UNIT PENGOLAHAN
ANAEROB
• Pengolahan limbah anaerob adalah sebuah metode
biological untuk mengolah limbah organik
• Produk akhir dari degradasi anaerob adalah gas,
paling banyak metana (CH4), karbondioksida (CO2),
dan sebagian kecil hidrogen sulfide (H2S) dan
hydrogen (H2).
• Proses yang terlibat adalah fermentasi asam dan
fermentasi metana
UASB
Proses
Penyari
ngan
Pengolahan secara filtrasi
Tujuan penyaringan adalah untuk
memisahkan padatan tersuspensi dari
air yang diolah. Pada penerapannya
filtrasi digunakan untuk
menghilangkan sisa padatan
tersuspensi yang tidak terendapkan
pada proses sedimentasi
Sludge
thicken
er
Sludge thickener (Bak Pengental Lumpur) berfungsi
untuk menampung lumpur yang berasal dari bak
penjernih pertama dan bak penjermih kedua.
Prinsip kerja sludge thickener adalah mengurangi
kadar air dalam lumpur sehingga konsentrasi solid
meningkat. Air limpasan dari thickener ini akan
dialirkan Kembali ke deep tank.
Thickener adalah suatu alat untuk memisahkan
padatan yang tercampur dalam larutan. Didalam
thickener terdapat suatu pengaduk (rake) yang
berfungsi untuk mengumpulkan padatan ke bagian
bawah. Pengaduk ini berputar dengan kecepatan
sangat rendah (kurang dari 1 rpm)
Hasil outflow dari thickener langsung masuk ke filter
press yang berfungsi menghilangkan air pada
sludge sehingga berbentuk padatan.
UNIT DISINFEKSI
• Disinfeksi dilakukan untuk mematikan mikroorganisme penyebab
penyakit pada manusia
• Disinfeksi dilakukan menggunakan gas khlorin (Cl2) atau
menggunakan senyawa sodium/ kalsium hipokhlorit yang dikenal
sebagai kaporit
Disinfeksi

Pengolahan sekunder dapat menghilangkan 98%


mikroorganisme dan sebanyak 105 - 107/100 mL
coliform tetap di tempat
 Disinfektan yang banyak digunakan
Chlorine
 Waktu kontak of 20 - 30 minute
 Beberapa metode lain yang digunakan
selain khlorine adalah sinar UV,
ozone, filtrasi membran, dan lahan
basah buatan (artificial wetlands)
Pengecekan
IPAL
Kondisi IPAL perlu dicek secara berkala dengan membuat list
mengenai kinerja IPAL untuk menjaga peforma IPAL tetap maksimal.

83
Pengecekan IPAL

84
Dimensi peralatan IPAL ditentukan berdasarkan debit air limbah yang
akan
diolah, ketersediaan lahan dan biaya yang tersedia.

• Dimensi IPAL dapat ditentukan berdasarkan debit limbah


yang akan diolah, ketersediaan lahan juga biaya yang ada,
namun selain hal tersebut dimensi IPAL ditentukan pula
oleh retention time limbah, konsumsi energi, serta
penurunan beban pencemar yang diinginkan.
• Dimensi bak dapat dihitung secara sederhana dengan
rumus 𝑟𝑒𝑡𝑒𝑛𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑡𝑖𝑚𝑒
𝐷𝑖𝑚𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑘 = 𝐻𝑎𝑟𝑖 𝑥 𝑑𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑙𝑖𝑚𝑏𝑎ℎ
24 𝑗𝑎𝑚

ADD A 72
FOOTER
IPAL DOMESTIK
Pengoperasian
IPAL Informasi yang harus diketahui operator IPAL
Industri

Mengetahui detail pengoperasian

Pencatatan data pengoperasian

Memelihara kebersihan lokasi

Langkah pengamanan
C a ra p e n g o p e ra s i a n :
Cara pengoperasian : C ara p en gop erasian :
 Te n t u ka n dosis koa gul a n  Periksa fungs katup
 Pasti kan katup penguras

• Cara mengoperasikan IPAL


d e nga n p e rcoba n jar te st – katup dan tutup
 Te n t u ka n dosis s o d a a b u d i h o pp er b ak f lo ku lasi
tertutup rapat p ip a p en guras
 Isi tangki p e m b u b u h n a h a n
kimia  P astika flo ku la si dalam  Alirkan air dari
 C e k selang d os i ng keadaan bersih pengaduk lambat
C ara p en gop erasian  Pasti kan sekat d a la m pipa  Pasti kan posisi dan
ke pengendap
: ti dak te rsumbat
keti nggian katup  Bersihkan buih atau
 Te ka n O n pada kontrol bahan yg terapung Cara pengoperasian :
 Cek panel untuk sebagaimana mesti nya
panel  Periksa kekeruhan  nyalakan tombol
lift pum p  Opera sikan p o m p a  Tekan tombol o n
 tekan on pada pembubuh  Amati fl ok flok air yg keluar dari o n untuk
kontrol panel Tidak ada a l u m u n i u m aulfat bak sedimentasi menyalakan pipa
oeprasional yang terbentuk
pompa angkat  Amati unjuk kerja p o m p a  Lakukan aerasi
C ek sistem hanya
 Periksa pembentukan buih
ada 2 jenis pembubuh pembuangan lumpur  Cek p H (harus dalam
pelestrikan p en gece kan dipermukaan air dan
otomasti s dan  Pe rtahankan ke a d a a n sesuai ketentuan kondisi netral)
(M C B/ debit seperti berishkan apabila terjadi
manual  tambahkan nutrisi
NFB) aw a l operasi dan l a ku ka n
kedalam bak sesuai
p e ny e s ua ia n bila
diperlukan Bak dengan dosis
 Atur p H sesuai jar te s p e nge nd a
G rit Bak p
Inf lu en Bar Koagulasi Flokulasi
c ham be r equalisasi aw a l
(Air limbah) Scree n

Bak Aerasi
Cara pengoperasian :
 Hidupkan pompa pasir pada
p ane l ko n trol
 P eriksa jalann ya p o mp a
Cara pengoperasian : Mengakti fk an derek :
 Kotoran yang tersaring  nyalakan derek pada kontrol
diambil secara manual/ panel
Bak
 tekan tombol travelling
otomati s dengan conveyor Bak pengenda
belt forward
penampung p Gravity Thickeners
 Tekan tombol stop pada saat akhir
 buang kotoran sekali sehari efl uent
derek diposisi in fl ow
 Tekan travelling backward
 Mati kan tombol derek
 Mati kan pom pa pasir dan
derek
pada kontrol panel Cara pengoperasian :
 Ukur debit air yang
masuk
 Periksa parameter Cara pengoperasian :
sesuai kebutuhan  Cek katup dan
 Bubuhkan larutan fungsi pipa
disinfeksi sesuai  nyalakan tombol
hasil perhitungan o n untuk
dosis
 Periksa pH dan menyalakan
parameter lain pengaduk pada
sebelum reuse/ kontrol panel
recycle/buang ke  Lakukan
lingkungan pembuangan lumpur
sesuai ketentuan
contoh alirkan ke
filter press
Perhitungan debit dan beban
•DM = Dm x Pb
• Keterangan :
DM = Debit limbah cair maksimum yang dibolehkan bagi setiap jenis industri yang
bersangkutan, dinyatakan dalam m3/bulan
• Dm = Debit limbah cair maksimum sesuai dengan jenis industri yang bersangkutan,
dinyatakan dalam m3 limbah cair per satuan produk
• Pb = Produksi sebenarnya dalam sebulan, dinyatakan dalam satuan produk yang
sesuai jenis industri yang bersangkutan.
•DA = Dp x H
• DA = debit limbah cair yang sebenarnya, dinyatakan dalam m 3/bulan
• Dp = hasil pengukuran debit limbah cair, dinyatakan dalam m 3/hari
• H = jumlah hari kerja pada bulan yang bersangkutan
Dengan demikian penilaian debit adalah :
•DA tidak boleh lebih besar dari DM

90
91
Perhitungan debit dan beban
pencemar

BPA tidak boleh lebih besar dari BPM

92
93
Jumlah bahan yang dibutuhkan ditentukan berdasarkan
beban pencemaran yang diterima IPAL

Penentuan dosis bahan kimia


sangat tergantung dari masa
jenis bahan kimia yang akan
digunakan untuk IPAL. Satu
jenis bahan kimia yang memiliki
konsentrasi tertentu akan
memberikan jumlah dosis yg
berbeda untuk mengolah jumlah
beban pencemar yang sama.
• Contoh perhitungan Klorin
Contoh Perhitungan
Koagulan/ Flokulan
• Dosis koagulan sangat ditentukan oleh hasil Jar Test
• Jar test adalah suatu percobaan skala laboratorium yang berfungsi
untuk menentukan dosis optimum dari koagulan/flokulan yang
digunakan dalam proses pengolahan air bersih. Apabila percobaan
dilakukan secara tepat, informasi yang berguna akan diperoleh
untuk membantu operator instalasi dalam mengoptimalkan proses-
proses koagulasi/flokulasi dan penjernihan (Ayu & Mashuri, 2016)
Paramater yang mempengaruhi Jar
Test

Variabe
pH
• TSS
• TDS

l •

Conductivity
Kekeruhan

Kriteria • Dosis
• Waktu Tinggal
• Kecepatan putaran pengaduk

Variabe
l
Sumber :
4.bp.blogspot.com

Sumber : O ktaviasari
&Mashuri, 2016
Cara Perhitungan
dosis
Lakukan perhitungan efisiensi setiap parameter yg diujikan pada saat
jar test (sebelum dilakukan pembubuhan koagulan dengan sesudah
dibubuhi koagulan)

Lakukan perhitungan regresi sederhana untuk mengetahui


pembubuhan mana yang paling optimum pada saat jar test.

Hitung besar pemakaian koagulan dengan persamaan (sugiarto, 2007)


X= Q . D X= Bahan koagulan yg digunakan (kg/jam)
106 Q = Debit Olahan
D = Dosis bahan koagulan ppm (mg/liter)
Peralatan teknis diperiksa
fungsinya sesuai prosedur dan
operasional IPAL

Pencatatan dilakukan
Mulai dari pompa , unit-
sistem kelistrikan dicek sesuai dengan prosedur
unit pretreatment,
secara berkala, jika yang berlaku pada
preliminary treatment, Bak – bak dan pipa pipa
sumber listrik dari PLN industri tersebut dan
secondary treatment dicek untuk
maka diupayakan IPAL disesuaikan dengan
dilakukan pengecekan mengetahui kondisi
harus memiliki genset periode pemantauan
setiap hari serta pada saat itu.
untuk cadangan listrik. dari setiap unit
dilakukan pencatatan.
treatment IPAL
Rencana pemantauan
operasional peralatan IPAL disusun
sesuai prosedur
Pada umumnya langkah-langkah b. Pengambilan
dalam merencanakan a. Pengukuran sample air
pemantauan operasi peralatan debit limbah setiap
IPAL dilakukan sebagai berikut bak

d.
c. Penambahan Pemantauan/peng
bahan kimia; ukuran parameter
Apabila metode operasi diawal
atau diakhir
pengolahan pengolahan atau
dipergunakan pada unit-unit
proses kimiawi pengolahan itu
sendiri.
Melakukan pengoperasian
IPAL
Prosedur teknis
IPAL (manual book)

SNI/literatur
Pengukuran parameter operasional pada peralatan
IPAL dilaksanakan sesuai prosedur

• Pengecekan parameter
operasioanl IPAL
dilakukan untuk
mendukung
beroperasinya IPAL.
Terdapat beberapa
parameter yang
digunakan untuk
pengecekan parameter
operasioanl yang
biasanya dilakukan
oleh petugas IPAL itu PH suhu TDS
sendiri. Adapun
parameter tersebut Debit
adalah:
Formulir pengoperasian IPAL diisi sesuai prosedur
🞄 Contoh
Tabel Debit
unit
treatment
pH tanggal
paraf
petugas.

🞄 Pencatatan pada formulir dilakukan untuk mengetahui jika


kondisi IPAL berada pada kondisi pada umumnya atau tidak.
Sehingga jika ada permasalahan dapat diliat dari formulir
tersebut untuk selanjutnya ditindaklanjuti.
Melakukan optimasi pengoperasian
IPAL sesuai kebutuhan
Efisiensi IPAL dievaluasi sesuai prosedur

• Cara mengetahui berapa persen efisiensi IPAL dapat dilakukan


dengan menganalisis dua data dengan rumus sebagai berikut:

• Efisiensi parameter A = Pr A influen – Pr A effluent x 100%


• Pr A
influen
•Setelah persentase efisiensi didapatkan maka selanjutnya dapat dilakukan evaluasi dengan
membandingkan kondisi eksisiting IPAL dengan kondisi ideal IPAL.
2.2 Rekomendasi optimas IPA disusun berdasarkan
alternatif i L teknologi
mutakhir

Perhitungan
optimasi
Melakukan Melakukan kinerja pada
deskjob studi analisis aspek
literature efisiensi IPAL teknis dan
untuk IPAL untuk setiap finansial
yang sejenis. parameter pengolahan
IPAL
Rekomendasi
optimasi
IPAL
Melakukan Membuat
pengumpula evaluasi
n data hasil
missal data pengolahan
formulir pada IPAL
pengisian
operasional.
THANK
YOU!

Anda mungkin juga menyukai