Kelompok 7 ● Siti Astari Saumi (L1B021054) ● Rosana (L1B021019) ● Intan Adelia (L1B021028) ● Riski Al Gea (L1B021048) ● Javid Azka Umaro (L1B020086) ● Rama Adimaswisnu (L1B021038) ● Ruben Ary Kamarea (L1B017051) ALAT DAN BAHAN • Toples • Kertas Ph • Baskom • Pollard 200 gram • Gelas ukur 500ml • Dedak 200 gram • Latex • Tepung ikan 40 gram • Timbangan • Mollase 200ml • Gelas ukur 10ml • Probiotik EM4 • Label kertas • Tissue METODE 1. Semua alat yang ingin digunakan disiapkan dan di bersihkan 2. Tangan dicuci dan sarung tangan dipakai 3. Timbang semua bahan sesuai takaran berikut: Ditimbang 200 gram pollard Ditimbang 200 gram dedak halus Ditimbang 40 gram tepung ikan Ditakar 200ml molase 4. Semua bahan dimasukkan ke dalam baskom dan diaduk hingga merata serta diamati teksturnya dan dicatat 5. Setelah semua tercampur, pindahkan adonan ke dalam toples plastik dan diukur pH nya menggunakan pH papper, serta diamati teksturnya 6. Toples kemudian ditutup rapat dan dibungkus dengan plastik yang sudah diberi label nama kelompok serta nama perlakuan, kemudian diamkan selama 1 minggu 7. Amati yang terjadi setelah 1 minggu dan dicatat tekstur, bau dan pH nya HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pakan dari pembuatan pakan atau pellet yang dilakukan ini memiliki beberapa sifat baik tekstur, bau dan aroma. Pakan yang didapatkan setelah 1 minggu proses fermentasi yaitu tekstur pakan kering, bau asam seperti alkohol dan memiliki Ph sebesar 6-7. Namun disini tekstur sangat berperan dalam bentuk yang dihasilkan. Tekstur pakan ini bersifat kasar dikarenakan jenis bahan yang digunakan berasal dari serat atau bahan yang masih bersifat kasar. Peningkatan kekerasan pada pollar ini disebabkan karena kandungan serat pada pollard rendah dan adanya amilopektin pada pollard yang memberikan efek lengket sehingga pellet menjadi keras. KESIMPULAN Kesimpulan yang didapat pada praktikum ini yaitu fermentasi pakan yang telah dilakukkan menunjukkan keberhasilan jika berdasarkan perubahan tekstur dan aroma yang dihasilkan pada pakan. Tekstur pakan yang sudah terfermentasi lebih rapuh dibandingkan dengan kondisi awal, serta memiliki aroma unik seperti alkohol. Akan tetapi, nilai derajat keasaman (pH) menunjukkan kestabilan baik saat kondisi awal maupun akhir penelitiaan yaitu bernilai 6-7. Hal ini diduga karena pemberian waktu fermentasi yang kurang lama, sehingga menghasilkan produk pakan yang belum sepenuhnya terfermentasi. Thank you! SELAMAT LIBURAN GAISS!!!!