Etiologi Pada Anak Tunanetra Dan Dampaknya Kelompok 2 (1) - 3
Etiologi Pada Anak Tunanetra Dan Dampaknya Kelompok 2 (1) - 3
Secara etiologi, timbulnya ketunanetraan disebabkan oleh faktor endogen dan faktor eksogen. Faktor eksogen seperti
keturunan atau karena faktor eksogen seperti penyakit, kecelakaan, obat-obatan dan lain-lainnya.
Ada dua faktor yang mempengaruhi seseorang dan yang terakhir yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Yang
termasuk faktor internal yaitu faktor keturunan atau genetik dan faktor yang erat hubungannya selama basi bayi masih
dalam kandungan seperti kurang gizi terkena infeksi, keracunan, aborsi yang gagal ataupun adanya penyakit kronis.
Faktor eksternal adalah faktor ketika lahir atau faktor setelah lahir
etiologi dari anak berkebutuhan khusus dari anak
tunanetra adalah sebagai berikut
Pre-natal
Faktor penyebab ketunanetraan secara masa prenatal sangat erat hubungannya dengan
masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan.
Postnatal
Penyebab tunanetra yang terjadi pada masa postnatal dapat terjadi sejak atau setelah bayi
lahir antara lain kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu persalinan, ibu
mengalami penyakit gonorrhea.
Tunanetra dapat diklasifikasikan
menjadi 2 kelompok
Anak tunanetra memiliki beberapa karakteristik, seperti keadaan fisik yang sama dengan anak sebaya lainnya, kecuali
pada organ penglihatannya. Selain itu anak tuna Netra juga memeiliki keterampilan khusus dalam menggunakan tangan
untuk mobilita, memperoleh informasi, dan menghadapi tantangan dalam pembelajaran.
Dampak dan Kondisi Tuna Netra
Kondisi tunanetra pada anak dapat memiliki dampak pada berbagai aspek, seperti mobilitas,
kemampuan membaca dan menulis, serta memperoleh informasi. Kehilangan penglihatan
menyebabkan anak tunanetra sulit dalam melakukan mobilitas, sehingga mereka
memerlukan keterampilan khusus atau layanan pendidikan agar dapat bergerak dengan tepat
dan aman. Anak tunanetra juga mengalami kesulitan dalam mengenali suatu objek yang
terletak di depannya, serta kesulitan dalam membaca dan menulis. Oleh karena itu, anak
tunanetra memerlukan bantuan guru dan media pembelajaran yang khusus, seperti huruf
braille. Namun, anak tunanetra memiliki keterampilan khusus dalam menggunakan tangan
untuk mobilitas, memperoleh informasi, dan menghadapi tantangan dalam pembelajaran.
Dalam hal ini, anak tunanetra mengalami kerugian ganda, karena kegiatan bermain fantasi
sosial terkait dengan perkembangan kompetensi sosial. Selain dari itu, anak tunanetra
cenderung mengarahkan kegiatan bermainnya lebih banyak kepada orang dewasa daripada
kepada teman sebayanya.
Cara mengatasi dampak pada anak tunanetra