Anda di halaman 1dari 22

Membayar Pajak dan Anti

Korupsi wujud pengamalan


sila-sila Pancasila
Dosen:Isma Corynata,SE.,M.Si,Ak
Anggota Tim:
⚬ Yesi Anggraeni [C1B023026]

⚬ Eka Khori Febriyani [C1B023052]

⚬ Rahmat Dwiki Erlinov [C1B023053]

⚬ Nafilah Afifah [C1B023137]



⚬Azelia Casanova (C1B023180)
PAJAK WUJUD
PENGAMALAN SILA
PANCASILA
Salah satu kewajiban kita sebagai warga negara ialah membayar pajak. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa dengan tidak menerima
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat
Pembayaran pajak sebagai wujud pengamalan nilai-nilai Pancasila, terutama Sila Pertama
(Ketuhanan Yang Maha Esa) dan Sila Kedua (Kemanusiaan yang Adil dan Beradab),
memiliki makna yang mendalam dalam konteks bangsa Indonesia
SILA PERTAMA
Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila ketuhanan yang maha esa dalam kaitannya dengan membayar pajak yaitu
sebagai bentuk rasa syukur warga atas kenikmatan dan rezeki yang diberikan
oleh tuhan.Rasa syukur ini direalisasikan sebagai bentuk membayar pajak kepada
Negara.Warga negara yang taat pajak dapat diartikan sebagai warga negara yang
dermawan karena dapat menyisihkan sebagian penghasilan yang didapatkan
untuk membayar pajak yang akan dialokasikan oleh negara untuk kepentingan
Negara khususnya untuk pembangunan Negara.
SILA KEDUA
Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sila Kedua Pancasila menekankan pentingnya menciptakan masyarakat
yang adil dan beradab. Dalam konteks pembayaran pajak, pengamalan Sila
Kedua mencakup perlakuan yang adil terhadap hak dan kewajiban warga
negara dalam hal pajak, serta memastikan bahwa pajak yang dikelola oleh
pemerintah digunakan secara adil untuk kesejahteraan bersama.
Rasa kemanusiaan harus direalisasikan dengan membayar pajak dimana
pajak tersebut akan dialokasikan lagi oleh Negara untuk membantu warga
negara yang tidak mampu sehingga warga Negara yang tidak mampu
mendapatkan keadilan.
KESIMPULAN DARI SILA
1 DANpajak
Dengan demikian, pembayaran 2 yang jujur dan
tepat waktu adalah wujud konkret dari pengamalan nilai-
nilai Pancasila, terutama Sila Pertama dan Sila Kedua.
Ini tidak hanya merupakan kewajiban hukum, tetapi juga
tindakan moral yang mendukung pembangunan sosial
dan kesejahteraan bersama dalam semangat Pancasila.
korupsi
Korupsi berasal dari Bahasa latin “corruption” atau “corruptus” yang berarti kerusakan
atau kebobrokan. Secara harafiah korupsi adalah kebusukan, keburukan, kebejatan .
Korupsi adalah perbuatan buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang dan
sebagainya. Korupsi dapat pula dijelaskan sebagai korup, artinya busuk, suka
menerima suap, memakai kekuasaan untuk kepentingan pribadi dan sebagainya.
Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi.

Indonesia adalah negara hukum (Pasal 1 ayat 3 UUD 1945), maka penting sekali
menjunjung tinggi hukum dengan tidak melakukan tindakan yang melanggar hukum.
Sila pertama
SILA PERTAMA : KETUHANAN YANG MAHA ESA
Korupsi sebagai bentuk penyimpangan sosial jelas bertentangan dengan butir
nilai dalam Pancasila. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa menekankan bahwa
manusia Indonesia memiliki keimanan dan percaya kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Seperti yang diketahui, Indonesia berkembang enam agama resmi (Islam,
Kristen Protestan, Katolik,Hindu, Buddha dan Konghucu) dan semuanya
menolak korupsi yang sangat berlawanan dengan semangat manusia yang
memilik Tuhan dalam hidupnya. Secara nyata koruptor sudah menafikan
adanya tindakan yangmerugikan orang lain dan perbuatan dosa yang kelak
akan mendapatkan pembalasannya.
SILA KEDUA
SILA KEDUA : KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAP

Sila ini menegaskan tindakan korupsi mengabaikan pengakuan persamaan


derajat, saling mencintai, sikap tenggang rasa,membela kebenaran dan
keadilan. Seorang koruptor tidak memiliki rasa keadilan dan keadaban,
sebab hak yang seharusnya dimiliki rakyat diambil secara sepihak
untukkepentingan pribadinya.
SILA KETIGA
SILA KETIGA : PERSATUAN INDONESIA

Seorang koruptor mementingkan nafsu dan urusan pribadinya saja,


mengabaikan betapa kesalahan yang diperbuatnya merusak sendi kehidupan
perekonomian, pembangunan sosial, melemahkan budaya positif di
masyarakat dan melunturkan rasa kecintaan kepada bangsa dan negara.
Dengan melakukan korupsi, maka dirinya merusak persatuan nasional karena
perbuatan yang dilakukannya berdampak kepada seluruh masyarakat
Indonesia yang tidak dapat merasakan kenikmatan dan hasil pembangunan di
Indonesia.
Sila keempat
SILA KE EMPAT :Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan

Munculnya perilaku koruptif khususnya di kalangan parlemen jelas menabrak


sila keempat. Kepercayaan masyarakat kepada parlemen luntur padahal amanah
mereka dalam sistem demokrasi dititipkan kepada para wakil rakyat. Ketika
wakil rakyat justru sibuk menguras anggaran negara, maka pelanggaran
terhadap Sila keempat sudah terjadi dan mengundang sinisme masyarakat
bahwa gedung wakil rakyat tak ubahnya tempat pertemuan para koruptor.
Sila kelima
SILA KELIMA : KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT
INDONESIA

Tak ada lagi keadilan ketika Kesenjangan sosial semakin lebar


disebabkan anggaran negara tidak lagi pro rakyat. Kepentingan umum
terganggu akibat tidak selesainya pembangunan karena dana
pembangunan tertahan di tangan para koruptor. Kemajuan pembangunan
yang merata dan kesempatan menikmati keadilan sosial hilang sudah
ketika banyak sekali agenda pembangunan tidak berjalan sesuai harapan.
korupsi
DAMPAK TINDAKAN KORUPSI TERHADAP PENGAMALAN NILAI-NILAI
PANCASILA

Tindakan korupsi memiliki dampak yang serius terhadap pengamalan nilai-nilai


Pancasila, terutama Sila Kedua (Kemanusiaan yang Adil dan Beradab) dan Sila
Kelima (Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia).
Berikut adalah beberapa dampaknya :
• Pelanggaran Kemanusiaan yang Adil dan Beradab (Sila Kedua)
• Pelanggaran Keadilan Sosial (Sila Kelima)
Pelanggaran Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
• Penyimpangan Moral:
Korupsi dapat merusak moral masyarakat dan merendahkan martabat
manusia. Tindakan korupsi menciptakan lingkungan yang tidak adil, tidak
beradab, dan tidak bermoral.
• Ketidakadilan Sosial:
Dana publik yang seharusnya digunakan untuk program kesejahteraan dan
pembangunan masyarakat seringkali disalahgunakan oleh segelintir individu
atau kelompok, yang merugikan seluruh masyarakat.
• Penghambatan Pembangunan Berkelanjutan:
korupsi dapat menghambat investasi, mengurangi kepercayaan investor, dan
menghambat distribusi sumber daya yang adil.
Pelanggaran Keadilan Sosial
• Pelanggaran Keadilan Sosial
Korupsi menciptakan ketidaksetaraan dalam akses dan manfaat dari sumber daya dan
layanan publik. Orang-orang yang terlibat dalam tindakan korupsi mendapatkan
keuntungan pribadi sementara masyarakat umum menderita karena ketidaksetaraan
ini.
• Pertumbuhan Ekonomi yang Tidak Berkelanjutan
Dana publik yang disalahgunakan atau dicuri dapat digunakan untuk proyek-proyek
yang tidak produktif atau tidak bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan.
• Ketidakpercayaan Terhadap Pemerintah dan Sistem Hukum
Tindakan korupsi dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah
dan sistem hukum. Hal ini bisa merusak esensi nilai-nilai Pancasila, terutama Sila
Kelima yang menekankan keadilan sosial.
LANGKAH-LANGKAH KONKRET YANG DAPAT DIAMBIL
PEMERINTAH DAN MASYARAKAT UNTUK MEMPERKUAT
PENGAMALAN NILAI-NILAI PANCASILA
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil oleh Pemerintah adalah :

• Transparansi dan Akuntabilitas


Pemerintah harus memastikan bahwa proses perpajakan dan penggunaan dana pajak dilakukan secara
transparan dan akuntabel.
• Penguatan Lembaga Anti-Korupsi
dengan memberikan sumber daya yang cukup dan kewenangan yang lebih besar untuk menyelidiki dan
menindak tindakan korupsi
• Sistem Perpajakan yang Efisien dan Sederhana
Memastikan bahwa sistem perpajakan adalah efisien dan sederhana sehingga meminimalkan peluang
korupsi.
• Pendidikan dan Kesadaran Publik
Mengadakan program pendidikan dan kampanye kesadaran publik
tentang pentingnya membayar pajak dengan jujur ​dan perlawanan
terhadap korupsi

• Hukuman yang Tegas


Menegakkan hukuman yang tegas bagi pelaku korupsi dan penggelapan
pajak untuk mendissuasi tindakan ilegal tersebut.
Langkah-langkah yang dapat diambil oleh Masyarakat adalah sebagai
berikut

• Pembayaran Pajak yang Jujur


Masyarakat harus membayar pajak dengan jujur ​dan tepat waktu sesuai dengan
kewajiban mereka.
• Partisipasi dalam Pengawasan
Masyarakat dapat berperan aktif dalam mengawasi penggunaan dana pajak dan
menyalurkan laporan tentang potensi tindakan korupsi kepada lembaga yang
berwenang.
• Pendidikan dan Pelatihan
Masyarakat dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang perpajakan dan
korupsi melalui pendidikan dan pelatihan. Ini akan membantu mereka untuk lebih
sadar akan hak dan kewajiban mereka.
• Advokasi dan Aktivisme
Masyarakat dapat bergabung dalam gerakan advokasi dan aktivisme anti-korupsi
untuk memperjuangkan tindakan tegas terhadap korupsi.

• Kerja Sama dengan Pemerintah


Masyarakat dapat bekerja sama dengan pemerintah dalam mengembangkan
kebijakan dan program anti-korupsi serta perbaikan sistem perpajakan.

Dengan langkah-langkah konkret ini, pemerintah dan masyarakat dapat bekerja


bersama-sama untuk memperkuat pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam
pembayaran pajak yang jujur ​dan perlawanan terhadap korupsi. Hal ini akan
membantu menciptakan masyarakat yang lebih adil, beradab, dan sesuai dengan
cita-cita Pancasila.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:Pembayaran pajak
yang jujur dan perlawanan terhadap korupsi adalah dua aspek kunci yang mencerminkan
pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Sila Pertama (Ketuhanan
Yang Maha Esa) mendorong kita untuk membayar pajak sebagai bentuk pengabdian
kepada Tuhan dan negara, sementara Sila Kedua (Kemanusiaan yang Adil dan Beradab)
menekankan pentingnya menciptakan masyarakat yang adil dan beradab. Selain itu, Sila
Kelima (Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia) menuntut perlawanan terhadap
korupsi untuk mencapai keadilan sosial yang lebih besar.Sementara itu, perlawanan
terhadap korupsi adalah wujud konkret dari pengamalan nilai-nilai Pancasila, karena
korupsi merusak moral, merugikan ekonomi, dan mengancam keadilan sosial..
Dhana Widyatmika
Kasus
Kasus pajak terbesar ketiga melihatkan pegawai pajak Dhana
Widyatmika. Kejaksaan Agung menahan Dhana pada Maret 2012
atas dugaan penerimaan gratifikasi senilai Rp 2,5 miliar atas
kepengurusan utang pajak PT Mutiara Virgo.Dhana juga didakwa
melakukan pemerasan dan pencucian uang. Oleh Pengadilan
Tipikor Jakarta, Dhana divonis hukuman penjara tujuh tahun
pada November 2012. Dia kemudian melakukan banding ke
Mahkamah Agung tetapi hukumannya malah diperberat menjadi
10 tahun..
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai