Anda di halaman 1dari 8

DAFTAR ISI

01 Perencanaan Pajak: PPh Pasal 24

02 Perencanaan Pajak: PPh Pasal 25

03 Perencanaan Pajak: PPh Pasal 26


Perencanaan Pajak: PPh Pasal 24

❑ Pada dasarnya Wajib Pajak dalam negeri terutang pajak atas seluruh penghasilan,
termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri. Untuk
meringankan beban pajak ganda yang dapat terjadi karena pengenaan pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri, ketentuan ini mengatur
tentang perhitungan besarnya pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di
luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang atas seluruh
penghasilan Wajib Pajak dalam negeri.
❑ Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri boleh dikreditkan terhadap pajak
yang terutang berdasarkan Undang-undang ini dalam tahun pajak yang sama.
❑ Besarnya kredit pajak adalah sebesar pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di
luar negeri tetapi tidak boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan
Undang-undang ini.
❑ Pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang dapat
dikreditkan terhadap pajak yang terutang di Indonesia hanyalah pajak yang langsung
dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak.

Akuntansi Perpajakan – Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Memaksimalkan Kredit Pajak PPh Pasal 24

Wajib pajak yang telah membayarkan pajaknya di luar negeri, kemudian ingin
mengkreditkannya di Indonesia, terlebih dahulu harus menyampaikan
permohonan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
❑ Permohonan kemudian dilaporkan bersamaan pada saat pelaporan SPT
Tahunan dengan melampirkan sejumlah dokumen yakni:
❑ Laporan keuangan dari luar negeri.
❑ Fotokopi SPT (Tax Return) yang dilaporkan di luar negeri.
❑ Dokumen pembayaran pajak di luar negeri.
Demi meringankan beban pajak penghasilan yang diperoleh di luar negeri,
maka penghasilan yang diterima di luar negeri bisa dikreditkan terhadap pajak
terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak dalam negeri.

Akuntansi Perpajakan – Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Perencanaan Pajak: PPh Pasal 25

❑ Pembayaran pajak oleh WP dalam tahun berjalan dapat dilakukan dengan


cara membayar sendiri pajaknya melalui angsuran setiap bulan (PPh Pasal
25) dan melalui potongan/pemungutan oleh pihak ketiga maupun dibayar
atau terutang di luar negeri (PPh Pasal 21, 22, 23, dan 24).
❑ PPh Pasal 25 merupakan angsuran PPh Pasal 25 dapat dijadikan kredit
pajak yang terutang atas seluruh penghasilan WP pada akhir tahun pajak
yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT
Tahunan PPh).
❑ Pembayaran angsuran setiap bulan untuk meringankan beban WP dalam
membayar pajak terutang.

Akuntansi Perpajakan – Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Pengajuan Permohonan Penurunan Angsuran
PPh Pasal 25

WP dapat mengajukan permohonan penurunan Angsuran PPh pasal 25 dengan syarat:


❑ Apabila sesudah 3 (tiga) bulan atau lebih berjalannya suatu tahun pajak, Wajib
Pajak dapat menunjukkan bahwa Pajak Penghasilan yang akan terutang untuk
tahun pajak tersebut kurang dari 75% (tujuh puluh lima persen) dari Pajak
Penghasilan yang terutang yang menjadi dasar penghitungan besarnya Pajak
Penghasilan Pasal 25, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengurangan
besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 secara tertulis kepada Kepala Kantor
Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.
❑ Pengajuan permohonan pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 harus
disertai dengan penghitungan besarnya Pajak Penghasilan yang akan terutang
berdasarkan perkiraan penghasilan yang akan diterima atau diperoleh dan besarnya
Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk bulan-bulan yang tersisa dari tahun pajak yang
bersangkutan.

Akuntansi Perpajakan – Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Perencanaan Pajak: PPh Pasal 26

❑ PPh Pasal 26 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji,
upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan
dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa,
dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi luar negeri
terhadap dalam kapasitas sebagai pemberi penghasilan.
❑ Tarif PPh Pasal 26 sebesar 20% dari jumlah bruto penghasilan yang
diterima.
❑ Jika terdapat tax treaty, tarif efektif biasanya lebih rendah dibandingkan
dengan tarif tanpa tax treaty.
❑ Dalam melakukan perencanaan pajak, perusahaan tentunya memilih tarif
terendah.

Akuntansi Perpajakan – Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Persyaratan Pemotongan dan/atau Pemungutan
Pajak sesuai Ketentuan P3B

Perusahaan sebagai pemotong dan/atau pemungut pajak penghasilan


melakukan pemotongan dan/atau pemungutan sesuai dengan ketentuan P3B
sepanjang Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN) menyampaikan SKD (Surat
Keterangan Domisili) WPLN yang berisi terpenuhinya ketentuan dibawah ini:
1) Penerima penghasilan bukan subjek pajak dalam negeri Indonesia;
2) Penerima penghasilan merupakan orang pribadi atau badan yang
merupakan subjek pajak dalam negeri dari negara mitra atau yurisdiksi
mitra P3B;
3) Tidak terjadi penyalahgunaan P3B;
4) Penerima penghasilan merupakan beneficial owner, dalam hal
dipersyaratkan dalam P3B.

Akuntansi Perpajakan – Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Ekualisasi PPh Pasal 26

❑ Manajemen perusahaan melakukan ekualisasi SPT Tahunan


PPh Badan dengan SPT Masa PPh Pasal 26 dilakukan
sebagai sarana pengecekan terhadap jumlah biaya sewa,
bunga, dividen, royalti dan jasa lainnya yang harus dipotong
PPh Pasal 26 pada formulir 1771-II dan 1771-IV SPT Tahunan
PPh Badan dengan jumlah dasar pengenaan pajak SPT Masa
PPh Pasal 26.
❑ Jika terdapat material yang bukan objek PPh Pasal 26, perlu
dilakukan pemisahan antara nilai jasa dan materialnya, dan
melakukan identifikasi penyebab adanya perbedaan dari hasil
rekonsiliasi.

Akuntansi Perpajakan – Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Anda mungkin juga menyukai