Anda di halaman 1dari 15

CAPD (CONTINOUS AMBULATORY PERITONEAL DIALYSIS)

DWI KUSWONO
NIM 225070209111019
PERITONEAL DIALYSIS ADALAH PROSES DIFUSI DAN
ULTRAFILTRASI DARI KOMPARTEMEN DARAH YANG BANYAK
MENGANDUNG TOKSIN UREMIK KE DALAM CAIRAN DIALISAT
PERITONEAL YANG BERSIFAT HIPEROSMOLAR MELALUI
MEMBRAN PERITONEUM. DALAM HAL INI, MEMBRAN
PERITONEUM BERFUNGSI SEBAGAI MEMBRAN
SEMIPERMEABEL (LYDIA, 2020).
Jenis Peritoneal Dialisis :
1. CAPD
2. APD (AUTOMATIC, DENGAN
MESIN SAAT TIDUR DI MALAM
HARI
Kelebihan CAPD :
 Kadar ureum dan kreatinin dalam darah lebih stabil
karena terjadi pertukaran secara kontinu
 FUNGSI GINJAL SISA DAPAT TERPELIHARA
DENGAN BAIK
 Dapat meminimalisir resiko infeksi seperti hepatitis B,
hepatitis C dan HIV
 Lebih praktis karena pasien dapat melakukan secara
mandiri di rumah
 Diet pasien lebih bebas
Prosedur CAPD :

 Dibutuhkan ruangan yang cukup luas, terang, bersih dan


mempunyai ventilasi yang baik
 Cuci tangan terlebih dahulu sebelum memulai CAPD
Persiapan Alat CAPD :
o Baki
o Cairan dialisat sesuai kebutuhan
o Tiang infus
o Meja dan kursi
o Timbangan
o Minicap
o Gunting
o Ultra clamp 2 buah
o Plester
o Buku catatan CAPD
o Masker
o Cairan desinfektan (Alkohol)
o Handrub
Prosedur CAPD :

 Ukur tanda – tanda vital pasien (Tekanan darah)


 Bersihkan meja dengan cairan desinfektan
 Buka cairan dialisat kemudian periksa konsentrasi cairan, kejernihan
cairan, tanggal kadaluarsa, volume cairan, kebocoran kantong cairan,
seal kantong cairan dalam kondisi tertutup
 Pisahkan kantong yang berisi cairan dan kantong untuk pembuangan.
Gantungkan kantong yang berisi cairan ke tiang infus sedangkan
kantong pembuangan posisikan lebih rendah dari pasien, letakkan di
atas baki
 Pasang ultra clamp pada selang pengisian (V Line)
Prosedur CAPD :
Cuci tangan dengan handrub dan gunakan masker
Keluarkan transfer set yang terletak di perut pasien
Lepaskan pull ring dari konektor kemudian hubungkan ke transfer set,
sambungkan dengan baik dan benar
Buka twistclamp pada transfer set untuk mengeluarkan cairan
peritoneal ke dalam kantong pembuangan. Perhatikan apakah cairan
yang keluar, apakah keruh atau jernih
Prosedur CAPD :
Setelah cairan selesai dikeluarkan tutup twistclamp pada transfer set
Patahkan green frangible (segel hijau) dekat kantong yang berisi
cairan kemudian lepaskan ultra clamp pada selang pengisian dan
flushing selama 10 detik
Jepit selang pengeluaran dengan ultra clamp
Buka twist clamp pada transfer set agar cairan mengalir ke peritoneal
Prosedur CAPD :
 Setelah pengisian cairan selesai, jepit selang pengisian dengan ultra clamp dan
tutup twist clamp pada transfer set
 Buka kemasan minicap yang baru dan pastikan didalamnya terdapat kapas
betadine (povidone iodine) yang masih basah.
 Lepaskan twinbag CAPD sistem dari transfer set, tutup transfer set dengan
minicap yang baru, fiksasi transfer set dengan baik
 Periksa cairan yang dikeluarkan : warna, fibrin, kemudian timbang cairan tersebut
Prosedur CAPD :

Dokumentasikan cairan yang keluar dalam buku harian CAPD


Buang cairan dengan cara menggunting kantong pembuangan ke
dalam toilet/WC
 Kantong pembuangan dan minicap dapat dibuang ke sampah medis
Cuci tangan
Masalah yang sering terjadi pada CAPD :

Cloudy effluent (drainase keruh) yang terjadi akibat


kontaminasi bakteri saat pertukaran cairan
Kebocoran pada Exit Site
Darah pada cairan drainase akibat mobilisasi kateter
Infeksi pada exit site
Kelebihan cairan
Dehidrasi
Masalah yang sering terjadi pada CAPD :
Nyeri saat memasukkan/mengeluarkan cairan dialisat atau
cairan dialisat tidak masuk ke dalam rongga peritoneal karena
disposisi kateter dalam abdomen
Adanya fibrin yaitu benang putih yang melayang dalam cairan
drainase sehingga dapat menghambat proses
pemasukan/pengeluaran cairan
Resiko terjadinya komplikasi antara lain infeksi peritonitis,
gangguan keseimbangan elektrolit, efusi pleura akibat
kebocoran cairan peritonial melalui diafragma
DAFTAR PUSTAKA
Gillis, L., & Wilkie, M. (2019). Peritoneal dialysis Key points. Medicine, 47(9), 603–608.
https://doi.org/10.1016/j.mpmed.2022.12.011
Gunawan, A., & SAKTI, P. T. (2021). 5-Year Survival Rate of Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis in
End-Stage Renal Disease in Indonesia: Can Capd Be Solution for Esrd in Low Income Developing
Country? Kidney International Reports, 6(4), S289. https://doi.org/10.1016/j.ekir.2021.03.692
Lydia, A. (2020). Peran Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis dalam Pemerataan Layanan Pengganti
Ginjal di Indonesia. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(3), 186. https://doi.org/10.7454/jpdi.v7i3.469
Pindi, G., Kawle, V., Sunkara, R., Darbha, M., & Garikaparthi, S. (2020). Continuous ambulatory peritoneal
dialysis peritonitis: Microbiology and outcomes. Indian Journal of Medical Microbiology, 38(1), 72–77.
https://doi.org/10.4103/ijmm.IJMM_20_251
Putri, S., Nugraha, R. R., Pujiyanti, E., Thabrany, H., Hasnur, H., Istanti, N. D., Evasari, D., & Afiatin.
(2022). Supporting dialysis policy for end stage renal disease (ESRD) in Indonesia: an updated cost-
effectiveness model. BMC Research Notes, 15(1), 1–6. https://doi.org/10.1186/s13104-022-06252-4
Sumber video prosedur CAPD By Youtube Tan Tock Seng Hospital (link)
https://www.youtube.com/watch?v=IWufgduExvE

Anda mungkin juga menyukai