Anda di halaman 1dari 14

KELOMPOK 1

PENDIDIKAN PANCASILA

Anggota :
• Aisah Fitri (231092100068)
• Enjat Sudrajat (231092100007)
• Pipit Fitriani (231092100058)
• Tetti Flora Barutu (231092100030)
MAKNA LAMBANG SILA KELIMA, PADI
DAN KAPAS

• Padi dan kapas merupakan simbol sila kelima atau terakhir, yang berbunyi
'Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia'.
• Padi dan kapas melambangkan dua hal yang dibutuhkan manusia demi
bisa bertahan hidup.
• Padi melambangkan ketersediaan makanan, sementara kapas
ketersediaan pakaian. Dengan adanya ketersediaan pangan dan pakaian,
manusia akan bisa bertahan dan hidup dengan nyaman.
• Jadi, setiap warga Indonesia berhak atas pangan dan sandang secara adil
dan setara tanpa membeda-bedakan. Terpenuhinya pangan dan sandang,
merupakan syarat suatu negara dianggap sejahtera.
MAKNA SILA KELIMA PANCASILA, KEADILAN
SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESI A

1. Keadilan
2. Adil
3. Hak dan Kewajiban

4. Kerja sama
5. Kedermawanan
6. Bekerja keras

7. Tolong Menolong
8. Menjauhi sifat yang tidak baik
. CONTOH PENERAPAN SILA KELIMA DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI

 1 . Senantiasa berusaha sebaik mungkin untuk membantu orang-orang


yang sedang dilanda kesulitan.
 2. Meningkatkan kesadaran sosial dengan mengadakan kegiatan yang
membantu sesama, seper ti bakti sosial, donor darah, konser amal, dan
lain sebagainya.
 3. Berusaha untuk adil dalam aktivitas apa pun yang kita lakukan dan
seper ti apa saja orang yang kita hadapi. Jangan sampai kita
memberikan perlakuan yang tidak adil pada siapapun.
 4. Tidak mengganggu orang lain, apa pun yang sedang kita lakukan.
Menegur siapa saja yang mengganggu keter tiban umum dan keamanan
di tengah masyarakat.
 5. Menghargai kar ya atau hasil ciptaan orang lain. Hargai pula kar ya
yang kita hasilkan sendiri.
 6. Berani memperjuangkan keadilan baik untuk diri sendiri maupun
untuk orang lain dan membantu orang lain untuk memperjuangkan
keadilan.
NILAI NILAI KEADILAN YANG HARUS
TERWUJUD DALAM KEHIDUPAN BERSAMA
MELIPUTI
 Keadilan Distributif : yaitu suatu hubungan keadilan antara negara
terhadap warganya,dalam ar ti pihak negaralah yang wajib memenuhi
keadilan dalam bentuk keadilan membagi,dalam bentuk kesejahteraan,
bantuan, subsidi ser ta kesempatan dalam hidup ber sama yang di
dasarkan atas hak dan kewajiban.
 Keadilan Legal (Keadilan Ber taat) : yaitu hubungan keadilan antara
warga negara terhadap negara dan dalam ini pihak wargalah yang wajib
memenuhi keadilan dalam bentuk mentaati peraturan perundang-
undangan yang berlaku dalam negara. Plato berpendapat bahwa
keadilan dan hukum merupakan subtansi umum masyarakat yang
membuat dan menjadi kesatuannya.
 Keadilan Komulatif : yaitu suatu hubungan keadilan antara warga satu
dengan yang lainnya secara timbal balik . Bagi Aristoteles penger tian
keadilan ini merupakan asas per talian dan keter tiban dalam
masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrem menjadikan
ketidak adilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan per talian
dalam masyarakat.
LIBATKAN BURUH DALAM TRANSISI INDUSTRI SAWIT
BERKEADILAN

Upaya dalam transisi industri


sawit yang berkeadilan agar
melibatkan langsung tenaga
kerja atau buruh sehingga
mereka turut memperoleh
kesejahteraan. Hal ini didorong
oleh ekspansi perkebunan
sawit di sejumlah daerah yang
banyak menimbulkan konflik,
mulai dari soal tenurial,
kemitraan, hingga tenaga kerja.

Direktur Sawit Watch Achmad Surambo mengemukakan, Sawit Watch mencatat,


luas perkebunan sawit di Indonesia telah mencapai 25,07 hektar dengan total
tenaga kerja terserap 6,2 juta orang. Dari angka tersebut, tercatat 4,2 juta orang
merupakan tenaga kerja langsung dan 12 juta orang lainnya masuk sebagai tenaga
kerja tidak langsung.
TRANSISI BERKEADILAN YANG
BERKELANJUTAN UNTUK RUMAH
TANGGA BURUH DAN BURUH
PEREMPUAN SENDIRI PERTAMA-TAMA
HARUS BERBICARA TENTANG JAMINAN
HIDUP YANG LAYAK.
Masifnya ekspansi perkebunan sawit di Indonesia tidak hanya
melahirkan kelompok baru, tetapi juga konflik di masyarakat.
Berdasarkan data Sawit Watch, terdapat 1.088 kasus konflik
sosial di perkebunan sawit Indonesia dengan mayoritas
merupakan konflik tenurial.
Surambo menyebut, saat ini memang belum ada rujukan data atau angka pasti
terkait jumlah buruh sawit di Indonesia. Namun, Kamar Dagang dan Industri (Kadin)
menyatakan perkebunan sawit telah menyerap 21 juta pekerja. Adapun Sawit Watch
pada 2016 merilis angka 10 juta orang yang terlibat langsung dalam rantai produksi
perkebunan sawit.
Keberadaan buruh sawit semakin rentan karena mereka belum diatur secara detail
dalam peraturan dan kebijakan. Alih-alih melihat dan menyejahterakan buruh
sawit, kebijakan tentang moratorium dan evaluasi sawit yang tertuang dalam
Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2018 hanya fokus terhadap peningkatan
produktivitas sawit.
JANJI PERUSAHAAN

Ketua Serikat Buruh Sawit Sejahtera (SBSS) Robiyansih


mengatakan, perusahaan kerap menjanjikan pekerjaan dan
kesejahteraan kepada masyarakat di sekitar lokasi. Hal ini
membuat masyarakat terbuai hingga melepas lahannya
dengan ganti rugi yang tidak sesuai. Masyarakat juga tidak
dipekerjakan di perusahaan tersebut, melainkan pihak ketiga.

”Jadi, sebenarnya janji-janji perusahaan yang akan


memberikan kesejahteraan dan menyerap tenaga kerja itu
semua bohong. Sebab, perusahaan perkebunan sawit juga
memiliki kapasitas untuk merekrut sekian orang,” ucapnya.
Tidak hanya buruh sawit, persoalan buruh juga dialami komoditas teh. Ketua
Paguyuban Petani Teh Lestari Waras Paliant mengatakan, sebagian besar generasi
muda tak melanjutkan kembali pekerjaan orangtua mereka. Hal itu terjadi karena upah
yang rendah. Dalam sehari, buruh teh hanya mendapatkan Rp 35.000.

Dampaknya, luas lahan kebun setiap tahun terus menurun karena banyak petani
melakukan alih fungsi lahan. Pada 2001, luas kebun teh di Indonesia 150.872 hektar.
Pada 2020, luas kebun teh tersisa 112.307 ha.
Krisis perburuhan dialami pula dalam komoditas karet di tengah produksinya yang
terus turun. Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo)
Erwin Tunas mengatakan, pada 2017, produksi karet 3,7 juta ton, sedangkan pada
2022 diperkirakan tinggal 2,6 juta ton. Akibatnya, pabrik pengolahan karet
kekurangan bahan baku. Pada 2017 -2022, dari 152 pabrik karet, 46 pabrik tutup
dan tersisa 106 pabrik.
Ketua Gapkindo Sumsel Alex Kurniawan Edy menyebutkan, pada 2017-Mei 2023,
delapan pabrik karet di Sumsel berhenti beroperasi akibat kekurangan bahan baku.
”Sekitar 1.500 karyawan kehilangan pekerjaan,” kata Alex.
KESIMPULAN

Bagi rakyat Indonesia, keadilan adalah hal yang sangat


penting. Makna sila ke-5 dalam Pancasila adalah menegaskan
bahwasanya keadilan sosial merupakan keadilan yang berlaku
dalam masyarakat di segala bidang kehidupan, baik materil
maupun spiritual.

Anda mungkin juga menyukai