Anda di halaman 1dari 20

KONSEP-KONSEP

DASAR
PENGORGANISASIAN
DASAR-DASAR MANAJEMEN
KELOMPOK 10

NAMA ANGGOTA :
GINA AVIVA (2310232047)
GUSMAL PALDO. F (2310232044)
NIKEN ARMON (2310232048)
ZALFA KHAIRUNNISA (2310232041)

DOSEN PENGAMPU: RINA SARI, S.P, M.Si


Definisi pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan pengelompokan semua kegiatan tugas, wewenang,


tanggung jawab, dan koordinasi kegiatan, baik dari atasan ke bawahanya yang
dilakukan oleh untuk mencapai tujuan organisasi (Asmuji, 2014). Pengorganisasian
adalah proses merancang, mengembangkan, dan mengelola struktur organisasi
untuk mencapai tujuan tertentu. Ini melibatkan alokasi sumber daya, pembagian
tugas, dan koordinasi aktivitas dalam rangka mencapai efisiensi dan efektivitas.
Pengorganisasian memungkinkan hierarki, tata kelola, dan pengambilan keputusan
yang terstruktur untuk mencapai visi dan misi organisasi.
Struktur organisasi
Struktur organisasi pada dasarnya merupakan desain organisasi di mana
manajer melakukan alokasi sumber daya organisasi, terutama yang terkait
dengan pembagian kerja dan sumber daya yang dimiliki organisasi , serta
bagaimana keseluruhan kerja tersebut dapat dikoordinasikan dan
dikomunikasikan.

Contoh bagan oraganisasi


Pilar Pengorganisasian
Sebagaimana dikemukakan oleh Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995), ada empat
pilar (building blocks) yang menjadi dasar untuk melakukan proses pengorganisasian,
yaitu :

1. Pilar Pertama: Pembagian Kerja (Division of Work)


Division of Work merupakan paya untuk menyederhanakan dari keseluruhan
kegiatan dan pekerjaan yang mungkin saja bersifat kompleks-menjadi lebih
sederhana dan spesifik di mana setiap orang akan ditempatkan dan ditugaskan
untuk setiap kegiatan tesebut.
Sebagai contoh, dalam bisnis restoran, pembagian kerja dapat berupa
pembagian kerja untuk bagian dapur, pelayanan pelanggan di meja makan, kasir,
dan lain sebagainya.
2. Pilar Kedua: Pengelompokan Pekerjaan (Departmentalization)
Setelah pekerjaan dispesifikkan, maka kemudian pekerjaan-pekerjaan
tersebut dikelompokkan berdasarkan kriteria tertentu yang sejenis. Proses
pengelompokkan dan penamaan bagian atau kelompok pekerjaan menurut
kriteria tertentu disebut departmentalization.
Sebagai contoh, untuk bisnis restoran, bagian pencatatan menu,
pemberitahuan menu kepada bagian dapur, hingga pengiriman makanan dari
bagian dapur kepada pelanggan di meja makan bisa dikelompokkan menjadi
satu departemen tertentu, katakanlah bagian Pelayan.
3. Piliar Ketiga: Penentuan Relasi Antarbagian dalam Organisasi (Hierarchy)
Hierarchy adalah proses penentuan relasi antar bagian dalam
organisasi, baik secara vertikal maupun secara horizontal. Terdapat 2
konsep penting dalam proses penentuan hierarki ini, yaitu :
a. Span of management control terkait dengan jumlah orang atau bagian
di bawah suatu departemen yang akan bertanggung jawab kepada
departemen atau bagian tertentu.
b. Chain of command menjelaskan bagaimana batasan kewenangan
dibuat, siapa, dan bagian mana akan melapor ke bagian mana.

Contoh Chain of command


Dalam penentuan hierarki organisasi melalui penentuan span of management
control dan chain of command, manajer perlu mempertimbangkan apakah akan
menggunakan jenis hierarki yang bersifat horizontal (flat hierarchy) atau vertikal (tall
hierarchy). Hierarki horizontal adalah bentuk struktur organisasi yang bagian-bagian
organisasinya banyak ke samping, dan meminimalkan jumlah subbagian atau
departemen. Adapun hierarki vertikal meminimalkan bagian-bagian organisasi ke
samping secara horizontal, dan memperbanyak subbagian atau departemen secara
vertical.
Dalam kenyatannnya, bentuk hierarki ini bersifat kondisional, artinya tergantung
berbagai faktor internal dan eksternal yang dihadapi oleh organisasi.

4. Pilar Keempat: Koordinasi (Coordination)


Koordinasi (Coordination) sebagaimana menurut Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995)
pada dasarnya adalah the process of integrating the activities of separate departments in
order to pursue organizational goals effectively. Koordinasi adalah proses dalam
mengintegrasikan seluruh aktivitas dari berbagai departemen atau bagian dalam organisasi
agar tujuan organisasi bisa tercapai secara efektif.
Salah satu contoh yang paling mudah mengenal koordinasi adalah antara bagian
pemasaran dan bagian keuangan. Agar tingkat penjualan meningkat, maka bagian
pemasaran mengusulkan untuk menaikkan biaya promosi. Di sisi lain, bagian keuangan
mencatat bahwa biaya perusahaan semesti nya diefisienkan .
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
STRUKTUR ORGANISASI
Desain dan struktur organisasi sangat bersifat situasional. Terdapat empat faktor yang memengaruhi
struktur organisasi, yaitu:

1. Strategi Organisasi
Strategi organisasi dibuat sebagai upaya pencapaian tujuan organisasi, oleh karena itu, jika struktur
organisasi dibentuk sebagai jalan untuk pencapaian tujuan, maka struktur organisasi pun selayaknya sejalan
dengan strategi organisasi. Berdasarkan pengertian ini, maka perubahan yang terjadi pada strategi organisasi,
akan berdampak pula pada perubahan struktur organisasi. Perubahan yang terjadi pada struktur organisasi
dengan demikian menyiratkan adanya perubahan strategi organisasi.

2. Skala Organisasi
Skala organisasi dapat dibedakan skalanya menurut berbagai faktor, di antaranya adalah dari jumlah
penjualan, pangsa pasar, hingga jumlah tenaga kerja. Organisasi yang berskala besar artinya organisasi
tersebut barangkali memiliki berbagai cabang di berbagai daerah dikarenakan pangsa pasarnya yang luas, dan
dengan demikian memiliki tenaga kerja yang juga tidak sedikit. Namun tanpa cabang pula, organisasi dapat
berskala besar ketika tenaga kerja yang dimilikinya berjumlah ribuan seperti pabrik-pabrik garmen penghasil
produk-produk konveksi.
Organisasi yang berskala kecil dengan dernikian biasanya memiliki jumlah tenaga kerja yang sedikit,
dikarenakan pangsa pasar yang barangkali masih sedikit, jumlah penjualan atau produksi yang juga sedikit.
Organisasi yang berskala kecil biasanya memiliki struktur organisasi yang lebih sederhana, dan tidak terlalu
banyak terjadi pendelegasian wewenang dan pekerjaan.

3. Teknologi
Faktor teknologi yang dimaksudkan di sini adalah terkait dengan cara bagaimana sebuah produk dari
sebuah organisasi bisnis dihasilkan atau juga dengan cara bagaimana pekerjaan dilakukan. Ada pekerjaan-
pekerjaan yang bersifat rutin dan ada pekerjaan-pekerjaan yang bersifat tidak rutin. Bagi pekerjaan yang
bersifat rutin, berdasarkan sifat kerutinannya maka memerlukan bagian khusus untuk menanganinya.
Pekerjaan membuat baju di sebuah industri garmen adalah pekerjaan rutin sehingga perlu ada bagian khusus
dari struktur organisasi industri garmen tersebut. Adapun bagi pekerjaan yang bersifat tidak rutin, misalnya
menemani klien ke restoran, atau berkeliling mengamati proses produksi di industri garmen tersebut, karena
belum tentu dilakukan setiap hari maka tidak memerlukan bagian khusus untuk menanganinya.

4. Lingkungan
Lingkungan yang dinamis menuntut organisasi juga untuk menyesuaikan diri secara dinamis. Proses
penyesuaian yang dilakukan oleh organisasi juga termasuk dalam penentuan struktur organisasinya.
Lingkungan yang dinamis akan mendorong organisasi untuk selalu menyesuaikan stuktur organisasi dengan
tuntutan lingkungan yang senantiasa berubah. Sebaliknya, lingkungan organisasi yang cenderung statis tidak
akan terlalu banyak mengubah stuktur organisasi.
Pendekatan Dalam Proses
Departementalisasi
Merupakan proses penentuan bagian-bagian dalam organisasi yang akan
bertanggung jawab dalam melakukan bermacam jenis pekerjaan yang telah
dikategorikan berdasarkan faktor-faktor tertentu. Dalam mendesain organisasi,
khususnya dalam proses departementalisasi, ada beberapa pendekatan yang bisa
digunakan oleh organisasi, yaitu :
1. Pendekatan Fungsional (functional departmentalization)
Berdasarkan pendekatan ini, proses departementalisasi dilakukan berdasarkan
fungsi-fungsi tertentu yang mesti dijalankan dalam sebuah organisasi. Dalam sebuah
organisasi bisnis misalnya, ada pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan fungsi
produksi, ada pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan pelanggan atau pasar, sehingga
dinamakan dengan fungsi pemasaran, dan lain sebagainya .
2. Pendekatan Produk (Product Departmentalization)
Berdasarkan pendekatan ini, penentuan bagian-bagian dalam organisasi
ditentukan berdasarkan jenis produk yang dibuat oleh organisasi.
Departementalisasi berdasarkan produk ini tidak harus selalu berada di bawah
bagian tertentu dalam struktur organisasi tertentu .
3. Pendekatan Pelanggan (Customer Departmentalization)
Berdasarkan pendekatan ini, penentuan bagian-bagian dalam organisasi
ditentukan berdasarkan karakteristik pelanggan yang menjadi sasaran
pelanggan dari organisasi. Sebagai contoh, jika produk sabun mandi dari PT
ABC tidak hanya satu, tetapi ada sabun mandi untuk bayi, anak-anak, remaja,
dan dewasa.
4. Pendekatan geografis
Pendekatan departementalisasi ini berdasarkan faktor geografis, di mana
penentuan bagian-bagian dalam organisasi ditentukan berdasarkan wilayah geografis
di mana organisasi beroperasi. Organisasi yang memiliki cabang di berbagai daerah
biasanya melakukan desain organisasi berdasarkan pendekatan ini. Contohnya, Jika
PT ABC memiliki daerah penjualan di empat daerah, misalnya Jakarta, Bandung,
Makassar, dan Medan.
5. Pendekatan Matriks
Pendekatan ini merupakan proses departementalisasi yang menggabungkan
antara pendekatan fungsional dengan pendekatan lainnya, misalnya berdasarkan
proyek tertentu, produk tertentu, atau berdasarkan pendekatan lainnya.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai