Anda di halaman 1dari 11

Pembelajaran 4

Bab I
Hakikat Manusia Menurut Islam
B . Fitrah Manusia Sebagai al-Basyar,
al-Insan, dan an-Naas

3. an-Naas
3. An-Naas ‫( الناس‬Makhluk Sosial)
Manusia adalah mahluk sosial, karena kodrat bawaan
manusia “madaniyyun bith thab’i”, atau tabiatnya
cenderung bermasyarakat, yang membutuhkan interaksi
dan kerjasama dengan pihak lain dalam memenuhi hajat
hidupnya, dan mustahil mampu bertahan hidup sendiri.
Dengan demikian, muncullah istilah seperti Zoon
Politicon, Homo Socius yang di dalam al-Qur'an disebut
dengan istilah an-Naas.
Ciri-ciri makhluk sosial:
Berinteraksi
Bekerjasama
Beradaptasi
                              

               

Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari


seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
adalah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal. (QS. Al-Hujurat: 13)
Kosa kata an-naas dalam al-Qur'an biasa dihubungkan
dengan fungsi manusia sebagai mahluk sosial. Manusia
diciptakan sebagai mahluk bermasyarakat, yang berawal
dari pasangan laki-laki dan perempuan, kemudian
berkembang menjadi suku dan bangsa, untuk saling
mengenal (QS. Al-Hujurat: 13).
Mengenal adalah awal dari sebuah proses menuju
kebijaksanaan; dengan mengenal (memperoleh
pengetahuan) manusia akan menjadi paham, sehingga ia
bisa menilai dan mempertimbangkan baik buruk dari
apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dialami. Maka
tidak mengherankan jika pengalaman dianggap sebagai
guru terbaik (Experience is the best teacher).
Manusia yang memiliki banyak pengetahuan, luas wawasan,
dan kaya akan pengalaman akan menjadi sosok yang “Bijak”,
baik dalam bertutur kata, maupun dalam bersikap dan
bertindak. Sehingga orang yang bijak bisa saja diartikan
sebagai orang yang bertakwa (berakhlak mulia) dalam
konteks kehidupan sosial.
Ketika ayat di atas (QS. Al-Hujurat: 13) dihubungkan
dengan kehidupan sosial, dapat dipahami bahwa peran
manusia dititikberatkan pada upaya menciptakan
keharmonisan hidup bermasyarakat. Hal ini dapat dilihat
dari tersebarnya 240 kata an-nas dalam al-Qur' an.
Inilah yang menjadi salah satu prioritas ajaran Islam.
Sifat manusia sebagai makhluk sosial

‫الناس أعداء ما جهلوا‬


Manusia Cenderung memusuhi apa yang tidak
diketahuinya
Imam Syafi’i Berkata:
‫إني رأيُت وقوَف الماء يفسدُه ِإْن َس اَح َط اَب َو إْن َلْم َي ْج ِر َلْم َي ِط ِب‬
Sungguh aku melihat air yang diam (tidak mengalir) itu
merusak dirinya sendiri, apabila ia mengalir ia akan
membaik dan jika tidak mengalir ia tidak akan
menjadi baik
Quote: Mulailah dengan “Mengenal”
Setiap manusia yang engkau temui ada tabirnya
(satrullah)
Bila seseorang tampak olehmu buruk, itu karena
tak tampak olehmu sisi baiknya.
Bila seseorang tampak olehmu baik, itu karena tak
tampak olehmu sisi buruknya
Kenalilah orang lain lebih jauh, engkau akan lebih
bijak menilainya.
Tanyalah orang lain tentang diri sendiri, engkau
akan senantiasa mawas diri.
Sebagai makhluk sosial ternyata manusia juga memiliki
kemampuan untuk berinteraksi dengan tumbuhan dan
hewan, bahkan dengan malaikat atau bangsa Jin sekalipun.
Lihat Quran Surat an-Naas;
/ ‫ ِم ن َش ِّر ٱْلَو ْس َو اِس ٱْلَخ َّن اِس‬/ ‫ ِإَٰل ِه ٱلَّن اِس‬/ ‫ َم ِلِك ٱلَّن اِس‬/ ‫ُقْل َأُعوُذ ِبَر ِّب ٱلَّن اِس‬
‫ ِم َن ٱْلِجَّن ِة َو ٱلَّن اِس‬/ ‫ٱَّلِذ ى ُيَو ْس ِو ُس ِفى ُص ُد وِر ٱلَّن اِس‬

1)Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang


memelihara dan menguasai) manusia, 2)Raja manusia, 3)
Sembahan manusia, 4)Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang
biasa bersembunyi, 5)yang membisikkan (kejahatan) ke
dalam dada manusia, 6)dari (golongan) jin dan manusia.
Sebagai makhluk Biologis, Psikologis, dan Sosial,
manusia telah memiliki potensi yang sempurna
untuk menjalani kehidupan di dunia. Sehingga Allah
mentahbiskannya sebagai makhluk ciptaan paling
mulia (QS. At-Tin: 4)
Tegasnya, kesempurnaan manusia Allah jelaskan
dalam QS. Al-Isra’: 70:
“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak
Adam, kami angkut mereka di daratn dan dilautan,
kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna
atas kebanyakan makhluk yang telah kami
ciptakan”.
Dengan demikian, manusialah yang Allah pilih
sebagai khalifah di muka bumi (QS. al-Baqarah:
30), bukan makhluk lainnya seperti jin, malaiakat,
apalagi hewan, karena hanya manusia yang
memiliki kelayakan dan kepantasan menjadi
pemakmur, pengatur dan pengelola sistem
kehidupan di panggung yang fana ini, dengan
segala kelebihan dan potensi yang dimilikinya.

Pembahasan terkait peran manusia sebagai Khalifah akan di


uraikan pada pertemuan berikutnya.
Demikianlah Al-Qur’an menjabarkan fitrah
manusia sebagai an-Naas (makhluk sosial),
mudah-mudahan kita mampu memaksimalkan
potensi yang kita miliki sebagai makhluk sosial
dengan memperbanyak pengetahuan,
memperluas wawasan, dan memperkaya
pengalaman, sehingga kita menjadi menjadi sosok
manusia yang “Bijak”.

‫ا‬
‫َب ِب‬ ‫ْل‬‫َأْل‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ْو‬‫ُأ‬
‫َفاْع َت ِبُرْو اَي ا ِل‬
Maka pikirkanlah olehmu wahai orang-orang yang
berakal

Anda mungkin juga menyukai