MATERIJANCOK
MATERIJANCOK
KASUS
BULLYING
Oleh: Unggul Hudoyo, S.H., M.H. (Advokat/LKBH PGRI Kab. Malang)
APA ITU BULLYING?
Menurut Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2005) sebagaimana dikutip oleh PPH-BPHN (Pusat
Penyuluhan Hukum, Badan Pembinaan Hukum Nasional), bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan
secara berulang-ulang oleh seseorang/sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa/siswi
lain yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut. Adapun kategori bullying meliputi lima
kategori sebagai berikut:
1. Fisik: memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang, mengunci seseorang dalam ruangan,
mencubit, mencakar, juga termasuk memeras dan merusak barang-barang yang dimiliki orang lain;
2. Verbal: mengancam, mempermalukan, mengganggu, memberi panggilan nama (name calling),
sarkasme, merendahkan (put-downs), mencela/mengejek, mengitimidasi, memaki, menyebarkan gosip;
3. Perilaku Non-Verbal Langsung: menunjukkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau
mengancam (biasanya disertai oleh bullying fisik atau verbal);
4. Perilaku Non-Verbal Tidak Langsung: mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga
menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat kaleng;
5. Pelecehan Seksual: kadang dikategorikan perilaku agresi fisik atau verbal.
PADANAN ISTILAH BULLYING DALAM
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Pasal 6 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2015
tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan,
menentukan bahwa tindak kekerasan di lingkungan satuan pendidikan antara lain dapat berupa pelecehan
dan perundungan. Pelecehan adalah merupakan tindakan kekerasan secara fisik, psikis atau daring,
sedangkan perundungan merupakan tindakan mengganggu, mengusik terus-menerus, atau menyusahkan.
Bullying dapat dipadankan dengan “kekerasan” sebagaimana disebut dalam UUPA, di dalam Pasal 1
angka 16 UU No. 35 Tahun 2014 ditulis sebagai berikut:
Kekerasan adalah setiap perbuatan terhadap anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, psikis, seksual, dan/atau penelantaran, termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum.
PASAL-PASAL YANG DAPAT DIGUNAKAN
SEBAGAI DASAR PEMIDANAAN
TERHADAP PELAKU BULLYING
Pasal 353 KUHP
Pasal 76C UU No. 35 Pasal 351 KUHP
(terhadap bullying
Tahun 2014 jo. Pasal 80 (terhadap bullying
kategori bullying fisik
UU No. 35 Tahun 2014 kategori bullying fisik)
dengan perencanaan)
Proses / Penuntutan
• Ancaman Diversi BA
pidana > 7 Musyawarah gagal D Diversi
tahun Diversi LPK Berhasil
Upaya Musyawarah
Diversi Diversi Diversi
Gagal
Penuntutan
Diversi
Berhasil
Upaya Musyawarah
Diversi Diversi Diversi
BAD : Berita Acara Diversi
Gagal
LPK : Laporan Penelitian Kemasyarakatan
: Perkara berhenti/selesai
: Perkara berlanjut ke tahap persidangan
TAHAP PERSIDANGAN
Dihadirkan dalam persidangan: PK BAPAS membaca
• Anak + orang tua/wali laporan hasil
• Advokat; Pembacaan Surat
• PK BAPAS Dakwaan penelitian
kemasyarakatan
Pendapat / Hakim
Pemeriksaan saksi (dan
Rekomendasi orang mempertimbangkan
atau anak korban/anak
tua/wali atau Laporan Penelitian
saksi)
pendamping Kemasyarakatan
Putusan Hakim
TINDAKAN PIDANA
POKOK TAMBAHAN
1. Dikembalikan ke orang tua;
2. Diserahkan ke seseorang; 1. Peringatan; 1. Perampasan keuntungan;
3. Dirawat di RS Jiwa; 2. Pidana dengan syarat; 2. Kewajiban adat
4. Mengikuti Pendidikan & Pelatihan; 3. Pelatihan kerja;
5. Pencabutan SIM; 4. Pembinaan dalam lembaga;
6. Perbaikan akibat 5. Penjara
Hanya dapat dikenakan untuk anak berusia lebih dari 14 tahun
ALUR SISTEM PERADILAN PIDANA
ANAK
PENYDIKAN PERSIDANGAN DI PENGADILAN
Anak wajib diberi bantuan hukum & didampingi PK Dilakukan di ruang sidang khusus untuk anak
Register harus dibuat secara khusus Waktu sidang didahulukan dari sidang orang dewasa
Penyidikan dilakukan oleh Penyidik Khusus Anak Anak didampingi: orang tua / wali / pendamping;
advokat; PK BAPAS
Penyidik wajib meminta pertimbangan / saran dari PK;
dapat juga meminta pertimbangan / psikolog / psikiater / Sidang anak batal demi hukum apabila terpenuhi
tokoh agama / PSP / TKS / ahli lain ketentuan Pasal 55 ayat (2) dan (3) UU No. 11/2012
PENGADILAN BANDING
Hakim Tunggal Hakim Majelis apabila TAPI Hakim dibantu oleh
diancam > 7 tahun atau sulit Panitera/Panitera Pengganti
pembuktiannya
PENGADILAN KASASI
Hakim Tunggal Hakim Majelis apabila TAPI Hakim dibantu oleh
diancam > 7 tahun atau sulit Panitera/Panitera Pengganti
pembuktiannya
TERIMA KASIH
Semoga Bermanfaat