Anda di halaman 1dari 51

PENGENDALIAN VEKTOR dan rodent

(VECTOR And rodent CONTROL)


TRANSMISI PENYAKIT

Orang ke orang
Melalui udara
Melalui makanan dan
minuman
Melalui hewan
MASA INKUBASI

Masa inkubasi ekstrinsik adalah waktu


yang diperlukan agen penyakit utk
bekembang biak dalam tubuh vektor
Masa inkubasi intrinsik adalah waktu
yang diperlukan agen penyakit utk
berkembang biak dalam tubuh manusia
Contoh:
parasit malaria (Plasmodium) berkembang
biak dalam tubuh nyamuk antara 10-14 hari
(masa inkubasi ekstrinsik), kemudian
berkembang biak dalam tubuh manusia antara
12-30 hari (masa inkubasi intrinsik)
PENGERTIAN

 Vektor
penyakit adalah serangga penyebar
penyakit.
 Penyakit2 yang ditularkan melalui vektor
disebut juga arthropodborne disease atau
vectorborne disease
 Rodent
adalah binatang pengerat, hidup
berdampingan dengan manusia
 Menyebarkan penyakit dan merusak
JENIS VEKTOR

Nyamuk: Culex, Anopheles, Aedes


Lalat: Musca
Kutu/tuma: Pediculus
Pinjal: Xenopsylla
PENYAKIT DAN AGEN

 Malaria: Plasmodium.
 DHF: Dengue
 Filariasis: Wuchereria bancrofti
 Cholera: Vibrio cholerae
 Disentri: Shigella shigae
 Tipus: Salmonella typhi
 Pest: Pasteurella pestis
 Toxoplasmosis: toxoplasma
 Ricketsiosis: Ricketsia prowasecki
PERLUNYA PENGENDALIAN
VEKTOR dan rodent
 Belum banyak obat dan vaksinnya.
 Beberapa obat dan vaksinnya masih belum efektif
 Didapat banyak pada hewan
 Sering menimbulkan kecacatan.
 Cepat menjalar karena vektornya dapat bergerak
cepat.
PENGENDALIAN VEKTOR

Pengendalian lingkungan: membersihkan


tempat hidup vektor
Pengendalian kimiawi: insektisida
Pengendalian biologis: predator
Pengendalian genetik: fertilitas/steril
PEMANTAUAN

Indeks lalat
Indeks pinjal
Indeks kontainer, indeks rumah, indeks
Breteau
Istilah :

Vector Eradication yaitu sapu bersih;


pemusnahan semua vektor.
Pengendalian vektor (vektor kontrol) yaitu
mengurangi atau menekan populasi
manjadi serendah-rendahnya sehingga
tidak berbahaya lagi sebagai penular
penyakit pada manusia.
Yang mungkin dilakukan manusia
hanyalah kontrol bukan eradikasi.
Pengendalian Vektor

Peraturan Menkes 374/2010 Ps 1(1)


Pengendalian Vektor

Peraturan Menkes 374/2010 Ps 1(2)


Konsep Pengendalian Vektor
 Menggunakan bermacam cara untuk menekan kepadatan vektor, sehingga
tidak terjadi penularan penyakit
 Pengendalian  bukan pemberantasan yang menyebabkan
kerusakan/gangguan tata lingungan hidup
 Metode  pemutusan rantai kehidupan paling lemah  pra dewasa/dewasa

TUJUAN PENGENDALIAN VEKTOR


 Menghindari atau mengurangi gigita vektor
 Membunuh vektor pembawa MO
 Membunuh pradewasa
 Menghilangkan/mengurangi tempat perindukan
Pengendalian vektor (vector control) terhadap Arthropoda
dapat dibagi atas :

1. Kontrol secara alami = Natural


Alam sebagai ciptaan Allah telah mengadakan pembatasan dari
populasi Arthropoda yaitu malalui
 Iklim
 Panas : udara terlalu panas
 Dingin : suhu terlalu dingin
 Angin : yang terlalu kencang
 Cahaya matahari langsung
 Hujan lebat terus menerus atau tidak pernah turun
 Air yang terlalu banyak, kadar garan terlalu tinggi, kadar oksigen terlalu rendah
 Gunung yang tinggi/sungai terlalu deras
 Laut/danau tak bisa berkembang Arthropoda
 Padang rumput, ada Arthropoda yang tak suka.
Predator

Ada Arthropoda yang bersifat kanibal terhadap


sesamanya
Parasit yang memakan Arthropoda, ada burung,
katak, cicak
Jamur yang memakan telur/larva Arthropoda
Bakteri/virus pemangsa Arthropoda
Ada tumbuhan pemakan Arthropoda
Contoh macamnya
Predator:
- Ikan cethol/Gupy/i (Poecilia reticulata)
- Ikan kepala timah (Aploceilus panchax)
- Jentik Toxorhynchites splendens
- Copepoda Mesocyclops aspericornis
 Parasit:Nematoda Romanomermis iyengari
 Patogen: Bacillus thuringiensis, jamur & protozoa
2. Kontrol buatan = Artifisial
Ini adalah usaha atau kerja manusia untuk
membatasi/melenyapkan atau mengurangi populasi
Arthropoda tsb. Beberapa Artifisial control adalah:
 Pengendalian mekanikal
Ini adalah cara langsung dengan tangan /alat bisa juga secara tidak
langsung seperti dengan umpan atau pakai lampu dapat juga dengan
pemusnahan breeding place dari Arthropoda
 Enviromental control atau kontrol dengan pengendalian lingkungan.
Cara ini adalah pengedalian lingkungan , mengobah atau memanipulasi
lingkungan sehinggalingkungan tersebut tidak cocok untuk Arthropoda
tersebut.
Ada 2 cara modifikasi dan manupulasi lingkungan

 Modifikasi lingkungan yaitu dengan merobah sarana


fisik dari lingkungan tersebut yang bersifat permanen
seperti mengatur sistem irigasi, tempat sampah,
menghilangkan rawa dan sebagainya.
 Manipulasi lingkungan mengadakan pemeliharaan dan
pembersihan lingkungan yang terus menerus misalnya
melenyapkan tumbuhan air melancarkan jalan air tersebut .
3. Kontrol secara Biologis
 Ini adalah cara yang paling baik dan bereaksi spesific.
Caranya dengan mengembangkan organisme yang jadi
pemangsa dari vektor tersebut.
 Beberapa organisme : ada yang jadi musuh alami , ada
beberapa jenis ikan , larva nyamuk , cacing Nematoda,
Crustacea. Ada beberapa bakteri,jamur yang makanannya
adalah larva nyamuk .
 Beberapa jenis ikan pemangsa larva nyamuk seperti ikan
gabus, ikan kepala timah. Larva nyamuk
Toxorhychities,larva capung, larva Crustacea yang
makannya adalah larva nyamuk
4. Kontrol secara genetika
 Disini dilakukan di laboratorium dengan cara merobah
sifat genetika sekelompok serangga dengan radiasi,
bahan kimia atau merubah sifat DNA serangga tersebut,
lalu dilepaskan kembali ke alam sehingga yang mandul
tadi tidak mengasilkan keturunan dari Arthropoda yang
bisa jadi vektor . Atau Arthropoda yang sudah mandul
tersebut dikawinkan dengan serangga lain yag tidak
berbahaya.
5. Kontrol secara Legal (Legal Control)
 Ini adalah kontrol dengan membuat aturan / undang – undang
oleh pemerintah yang kuat yang bersifat nasional /internasional
dengan sangsi hukum yang berat.
 Disini aparat harus bersih dan berwibawa sehingga benar –
benar dilaksanakan dengan murni.

Peraturan /undang – undang yang dibuat berlaku terhadap


pesawat terbang, kapal laut atau pendatang dari luar
negeri yang disangka membawa vektor penyakit yang
disangsikan ke negara kita.
Begitu juga terhadap penduduk/warganegara yang
melanggar peraturan undang – undang yang telah
dikeluarkan pemerintah / Departemen Kesehatan.
6. Kontrol secara kimiawi

 Disini diunakan bahan kimia dimana bahan kimia


ini berfungsi untuk membunuh segala bentuk
serangga (Arthropoda) baik dewasa, telur, larva
maupun pupanya. Disamping itu juga bahan kimia
yang mencegah serangga mendekat dan menggigit
manusia.
 Bahan kimia yang membunuh dinamakan
insektisida dan yang mencegah menggigit/hisap
darah disebut repellent.
Lanjutan Kontrol secara kimiawi

Insektisidadapat dipakai dalam daerah yang luas dan


hasilnya segera terlihat, tetapi keburukannya dapat
merusak ternak, tanaman, dan lingkungan serta matinya
ternak dan binatang lain yang berguna, juga manusia
sendiri.
Insektisidayang membunuh larva disebut larvasida,
membunuh telur disebut ovisida, membunuh dewasa
disebut adultsida, membunuh mite disebut mitisida,
membunuh pediculus disebut lousisida
7. Kontrol secara fisik
 Ini adalah cara pengendalian vektor
dengan cara fisika, seperti melakukan
pendinginan, pemanasan, pembekuan,
baik dengan listrik maupun kipas angin,
lampu kuning dan sebagainya, sehingga
Arthropoda tak bisa beraktivitas atau
hidupnya terganggu.
Bagaimana keampuhan kerja suatu insektisida
dalam membunuh serangga tergantung pada :

1. Bentuk dari insektisida


2. Sifat kimia dari insektisida
3. Cara masuknya insektisida ke
dalam tubuh Arthropoda.
1. Bentuk dari insektisida
 Menurut bentuknya dapat dibagi atas :
 Bentuk padat :
 Serbuk (dust), ukurannya 35-200 µ dan tembus 20 mesh screen
 Granule, ukuran sebesar butir pasir dan tidak tembus 20 mesh screen (sebesar
gula pasir)
 Pellet, berukuran 1-3 cm
 Bentuk cair (larutan) :
 Aerosol dan fog, ukurannya 0,1-50 µ
 Kabut (mist) ukuran 50-100 µ
 Spray, ukuran 100-500 µ
 Gas :
 Asap (fumigan) = fumes = smokes, ukuran 0,001-0,1 µ
 Uap (vapours), berukuran < 0,001 µ
2. SIFAT KIMIA DARI
INSEKTISIDA
 Organik alam = natural organic insecticidae
 Berasal dari tumbuhan : piretrum, rotenon, nikotin, sabadila.
 Berasal dari bumi : minyak tanah, minyak pelumas, minyak solar
 Organik sintetik
 Organik klorin (DDT, dieldrine, klorden, BHC, lindane)
 Organik fosfor : malation, paration, diazinon, fenitrotion, temefos, DDVP,
diptereks
 Organik nitrogen : dinitrofenol
 Golongan sulfur : karbamat, Baygon
 Golongan tiosianat : letena, tanit
 Anorganik
Terdiri dari golongan sulfur dan merkuri, yaitu SO2, SO4, HG Cl, Arsenikum,
paris green dan ada juga golongan Fluor.
3. Cara masuknya insektisida ke dalam tubuh Arthropoda.

 Racun kontak (contact poisons)


 Yaitu insektisida yang masuk ke tubuh serangga melalui eksoskeleton
 Bisa juga melalui alat pernapasan, darah, atau kulit
 Umumnya racun kontak digunakan untuk membunuh serangga yang
mempunyai bentuk mulut tusuk isap.

 Racun perut (stomach poisons)


 Insektisida masuk ke tubuh Arthropoda melalui mulut atau dimakan, jadi
serangga itu mempnyai mulut menggigi, mengerat dan mengisap.
 Racun pernapasan (Fumigants)
 Racun masuk ke tubuh serangga melalui alat pernapasan (spiracle)
Insektisida ideal adalah :

 Dayabunuhnya besar dan cepat serta tidak berbahaya pada


manusia dan ternak
 Sifat kimianya stabil dan tidak mudah terbakar
 Mudah digunakan dan mudah larut
 Mudah didapat dalam jumlah besar dan harganya murah
 Tidak berwarna, tidak berbau atau wangi.
Insektisida organik sintetik

1.Organik klorin 2. Organik Fosfor 3. Organik Sulfur

- DDT - Malation - Baygon


- Paration - Sevin
- Diedrin
- Diazinon 4. Organik Nitrogen
- Klordena
- Fenitrotion - Dimitrofenol
- BHC
- Abate - Prolan
- Lindena
- DDVP 5. Tiosianat
- Diptareks - Letene
- Tanit
REPELLENT
mencegah menggigit/hisap darah

• Minyak sereh
• Dimetil talat
• Dietil toluamide
• Rutgers 612
• Benzil benzoat
• Puretrum
KHASIAT INSEKTISIDA DALAM
MEMBUNUH SERANGGA

Bergantung pada:
1. Bentuk dari insektisida
2. Cara masuk
3. Macam bahan kimia
4. Konsentrasi
5. Jumlah dosis
HAL – HAL YANG HARUS
DIPERHATIKAN
1. Spesies Serangga
2. Ukuran besar
3. Susunan tubuh
4. Bentuk tubuh
5. Habitat
6. Perilaku
7. Kebiasaan makan
1.DDT (Dichloro Diphenil
Trichloroethane)
 Kristal putih
• Masuk organik klorin
• Kimia stabil
• Harga termurah
• Daya residu lama 3 – 6 bulan
• Tidak larut dalam air
• Larut dalam pelarut organik
• Daya bunuh besar
• Tidak terlalu toksik terhadap mamalia
• Bersifat serbaguna
• Dosis 2 gram/ml 3 tahan 6 bulan
• Digunakan untuk: Lalat,nyamuk,Tuma,Pinjal,Cimex
Di Jawa – Sumatera 1964-1958 Pemberantasan Malaria Vektor
2. Abate

• Masuk organo Fosfor


• Dijual dalam bentuk “Sand granules”
• Sangat toxic terhadap larva nyamuk
• Tidak toxic terhadap manusia
• Populer terhadap Aedes aegypti
• Nama lain: Temepos
• Dosis : 10 gram/ 100 liter air
3. Baygon

• Gol. Karbamat
• Sedikit berbau
• Dipakai sebagai “Residual Spray”
• aerosol
• Tahan 5 bulan
• Kurang toxic terhadap manusia,ternak
• Dipakai terhadap: Lipas,Lalat,Nyamuk,Laba-laba
• Bisa sebagai Repllent
4.Dieldrin

• Dipakai sebagai “Residual spray”


• Lebih toxic dari pada DDT
• Residu lebih pendek (1-3 bulan)
• Masuk kelompok Klordena = “Klordena series”
• Digunakan terhadap serangga yang resisten terhadap DDT untuk
bunuh lalat,nyamuk,semut,lipas
5. Piretrum

• Berasal dari kepala bunga matahari


(Chrysanthema Spp)
• Daya bunuh terhadap serangga besar
• Bersifat neurotoxic serangga +
• Larut dalam minyak,dalam bentuk serbuk
• Tidak toxic terhadap mamalia sebagai repellent
Resistensi terhadap Insektisida

Yaitu kemampuan suatu populasi serangga untuk


bertahan terhadap pengaruh suatu Insektisida yang
biasanya mematikan
I. Resistensi bawaan
Populasi serangga
Anggota yang resisten
Anggota Gen – Mutasi Keturunan
Resistensi seluruhnya
I. RESISTENSI BAWAAN
A. Resistensi Fisiologik Bawaan

O.K. hal – hal :


1.Daya absorbsi yang terlalu lambat
serangga tidak mati
2. Insektisida di tumpuk disimpan di jaringan lemak
Jaringan vital terhindar
Serangga tidak mati
3.Insektisida cepat di eksresi
4.Detoksifikasi
B. Resistensi Kelakuan Bawaan

Ini O.K. hal – hal :


1. Perubahan habitat serangga

Keturunannya
2. Sifat menghindar dari pengaruh insect

“AVOIDANCE”
II. Resistensi Didapat

Suatu populasi serangga

Anggota yang rentan menyesuaikan diri terhadap pengaruh insektisida

tidak mati keturunannya

POPULASI BARU YANG RESISTEN


KLASIFIKASI RODENT

 Rodent Domestik:
- Rattus rattus/tikus loteng
- Rattus norwegicus
 Rodent Liar:
- Tatera indica, reservoir peny sampar
- Banditcota bengalensis varius
PERBEDAAN

Rattus rattus Rattus norwegicus


 Badan kecil dan langsing  Berat dan agak besar
 Moncong panjang dan  Moncong lebar dan tumpul
lancip  Ekor lbh pendek daripada
 Ekor lbh panjang daripada tubuhnya
tubuhnya  Telinga kecil
 Telinga besar  Mata kecil
 Mata besar dan menonjol
KEBIASAAN TIKUS DOMESTIK

 Senang di tempat yang banyak makanan dan sisanya


 Keluar pada malam hari
 Dapat memanjat tali vertikal atau meniti kawat horisontal
 Dapat memanjat atau masuk ke dalam pipa berdiameter 2-10
cm
 Dapat meloncat vertikal setinggi 90 cm atau horisontal 1,2 m
 Dapat melompat dari ketinggian 15 m tanpa cedera
 Berkeliaran sejauh radius 7,5 - 10 m dari lubang atau
sarangnya
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN
DENGAN TIKUS
 Bakteri: sampar, tularemia, salmonelosis,
 Virus: lassa fever, haemmorrhagic fever, ensefalitis
 Ricketsia: scrub typhus, murine typhus, ricketsial pox
 Parasit: Hymenolopsis diminuta, leismaniasis, amebiasis,
trichinosis, peny chagas
 Lain2: demam gigitan tikus, leptospirosis, histoplasmosis
CARA PENULARAN

Gigitan tikus
Kontaminasi pada makanan atau air:
salmonelosis, leptospirosis
Melalui pinjal tikus: sampar, tipus
TANDA2 ADANYA TIKUS
 Bekas gigitan/gerogotan tikus
 Lubang/liang/sarang di bawah tanah
 Adanya kotoran tikus
 Bekas jalan yang dilalui tikus
 Jejak kaki dan ekor (pd lumpur / tepung)
 Kumpulan tanda: bau tikus, warna urine,
bangkai tikus
PENGENDALIAN RODENT
Predator alami
Sanitasi
Perangkap
Rodentisida
Fumigasi
Kemosteril
Rat proofing
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai