Anda di halaman 1dari 28

Behavioral and Psychological Symptoms of

Dementia (BPSD)
Pembimbing :
dr. Dr. dr. Richard Budiman, Sp.KJ

Disusun oleh :
Ferdy Tantowi (406222069)
Lifia Virginia (406221028)
Kepaniteraan Klinik Stase Jiwa RS Dharmawangsa
Periode 11 Maret - 20 April 2024
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Behavioral and Psychological Symptoms of Dementia (BPSD)

- Demensia adalah suatu sindrom penurunan kemampuan intelektual progresif yang


menyebabkan deteriorasi kognitif dan fungsional, sehingga menyebabkan gangguan fungsi
sosial, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari.

- Asosiasi Psychogeriatric Internasional mendefinisikan Behavioral and Psychological


Symptoms of Dementia (BPSD) adalah gejala gangguan persepsi, isi pikir, suasana hati atau
perilaku yang sering terjadi pada pasien dengan demensia.
Behavioral and Psychological Symptoms of Dementia (BPSD)

• merupakan gejala psikiatrik yang terjadi pada pasien dementia


• biasanya muncul pada dementia yang lebih berat
• dementia: adanya penurunan progresif dalam fungsi kognitif yang tidak
berkaitan dengan retardasi mental maupun rendahnya fungsi intelektual
EPIDEMOLOGI

• Angka untuk BPSD yang bermakna secara klinis meningkat sampai hampir 80% untuk pasien
demensia yang berada di lingkungan perawatan. Dua penelitian berbasis populasi dari
Amerika Serikat (Lyketsos et al, 2000) dan dari Inggris (Burns et al, 1990), menunjukkan
angka prevalensi yang sama, yaitu sekitar 20% untuk BPSD pada orang dengan penyakit
Alzheimer. Berbeda dengan disfungsi kognitif pada demensia yang semakin memburuk dari
waktu ke waktu, BPSD cenderung berfluktuasi, dengan agitasi psikomotor yang paling
persisten.
Perubahan Psikiatri Pasien Dementia

Personality
• menjadi lebih tertutup (introverted), irritable, mudah marah

Halusinasi dan Delusi


• 20 sampai 30% pasien dementia mengalami halusinasi dan 30 sampai 40%
mengalami delusi (waham) dengan tipe paranoid (tersering)
Mood
• ansietas dan depresi diderita oleh 40 sampai 50% pasien dementia
• lebih mudah terjadi perubahan moof tanpa provokasi apapun
GEJALA PERILAKU PADA DEMENSIA

a. Disinhibisi :

• Pasien dengan disinhibisi berperilaku impulsif, menjadi mudah terganggu, emosi tidak stabil,
memiliki wawasan yang kurang sehingga sering menghakimi, dan tidak mampu
mempertahankan tingkat perilaku sosial sebelumnya.

• Gejala lain meliputi: menangis, euforia, agresi verbal, agresi fisik terhadap orang lain dan
benda-benda, perilaku melukai diri sendiri, disinhibisi seksual, agitasi motorik, campur tangan,
impulsif, dan mengembara
GEJALA PERILAKU PADA DEMENSIA

b. Agitasi :

Agitasi didefinisikan sebagai aktivitas yang tidak pantas, baik secara verbal, vokal, atau motor.
Subtipe dari agitasi tercantum dalam tabel berikut:
Perilaku fisik non agresif : Perilaku verbal non agresif :
∙ Kegelisahan umum ∙ Negativism
∙ Mannerism berulang ∙ Tidak menyukai apapun
∙ Mencoba mencapai tempat yang berbeda ∙ Meminta perhatian
∙ Menangani sesuatu secara tidak sesuai ∙ Berkata-kata seperti bos
∙ Menyembunyikan barang ∙ Mengeluh/melolong
∙ Berpakaian tidak sesuai atau ∙ Interupsi yang relevan
tidak berpakaian ∙ Interupsi yang irelevan
∙ Menghukum berulang

Perilaku fisik agresif : Perilaku verbal agresif :


∙ Memukul ∙ Menjerit
∙ Mendorong ∙ Mengutuk
∙ Menggaruk ∙ Perangai meledak-ledak
∙ Merebut barang ∙ Membuat suara aneh
∙ Kejam terhadap manusia
∙ Menendang dan menggigit
GEJALA PERILAKU PADA DEMENSIA
c. Wandering

Beberapa perilaku yang termasuk wandering, yaitu:

∙ memeriksa (berulang kali mencari keberadaan caregiver)

∙ menguntit

∙ berjalan tanpa tujuan

∙ berjalan waktu malam

∙ aktivitas yang berlebihan

∙ mengembara, tidak bisa menemukan jalan pulang

∙ berulang kali mencoba untuk meninggalkan rumah


GEJALA PERILAKU PADA DEMENSIA

D. Reaksi Ledakan Amarah / Katastrofik

Dalam salah satu penelitian terhadap 90 pasien dengan gangguan AD cukup ringan, ledakan marah tiba-tiba terjadi pada 38%
pasien. Selain itu, didapatkan hal-hal sebagai berikut:

∙ ledakan amarah tiba-tiba dikaitkan dengan meningkatnya aktivitas dan perilaku agresif

∙ tidak ada hubungan yang ditemukan antara ledakan amarah dan penampilan sikap apati, depresi, atau kegelisahan

∙ perilaku agresif memberikan kontribusi paling banyak terkait gejala nonkognitif dan ledakan marah tiba-tiba

∙ reaksi bencana dapat dipicu oleh gejala kognitif dan non-kognitif, seperti : kesalahpahaman, halusinasi, dan delusi
GEJALA PSIKOLOGIS PADA DEMENTIA

A. Gejala Mood

1. Depresi

- Adanya depresi pada pasien dengan demensia sebelumnya mungkin memperburuk defisit
kognitif pasien. Gangguan depresi harus dipertimbangkan ketika ada satu atau lebih kondisi
berikut ini: mood depresi yang meresap dan anhedonia, pernyataan menyalahkan diri dan
menyatakan keinginan untuk mati, dan riwayat depresi pada keluarga atau pasien sebelum
timbulnya demensia.

- Kebanyakan penelitian yang telah dilakukan pada pasien dengan AD menunjukkan mood
depresi terjadi paling sering (40-50% pasien) dan gangguan depresi mayor yang tidak begitu
umum (10 - 20%).
GEJALA PSIKOLOGIS PADA DEMENTIA

2. Apati

Apati terlihat menonjol pada demensia frontotemporal, penyakit Alzheimer, dan kelumpuhan
supranuclear progresif. Apati terjadi hingga 50% dari pasien pada tahap awal dan menengah AD
dan demensia lainnya. Pasien yang apati menunjukkan kurangnya minat dalam kegiatan sehari-
hari, perawatan pribadi dan penurunan dalam berbagai jenis interaksi sosial, ekspresi wajah,
modulasi suara, respon emosional, dan inisiatif.
GEJALA PSIKOLOGIS PADA DEMENTIA

3. Kecemasan

- Kecemasan dalam demensia mungkin terkait dengan manifestasi BPSD lain atau terjadi secara
independen. Pasien demensia dengan kecemasan akan mengekspresikan keprihatinan mengenai
masalah keuangan, masa depan, kesehatan (termasuk memori mereka), kekhawatiran tentang
acara nonstressful sebelumnya, dan kegiatan seperti berada jauh dari rumah.

- Karakteristik gejala kecemasan lain dari pasien demensia adalah takut ditinggalkan sendirian.
Ketakutan ini dapat dianggap fobia apabila kecemasan di luar batas kewajaran. Pasien dengan
AD kadang-kadang memperlihatkan fobia lainnya, seperti takut kerumunan, perjalanan, gelap,
atau aktivitas seperti mandi.
GEJALA PSIKOLOGIS PADA DEMENTIA

B. Gejala Psikotik

1. Waham

Manifestasi psikosis mencakup gejala positif (waham, halusinasi, gangguan komunikasi, aktivitas motorik yang
abnormal) dan gejala negatif (avolition, kemiskinan isi pikiran, afek datar).
Lima tipe waham terlihat pada demensia (terutama demensia tipe Alzheimer), yaitu:
a. barang kepunyaannya telah dicuri
b. rumah bukan kepunyaannya (misidentifikasi)
c. pasangan (atau pengasuh lainnya) adalah seorang penipu (sindrom copgras)
d. pengabaian/ ditinggalkan
e. ketidaksetiaan
GEJALA PSIKOLOGIS PADA DEMENTIA

2. Halusinasi

Perkiraan frekuensi halusinasi pada demensia berkisar dari 12%-49%. Halusinasi visual adalah
yang paling umum (terjadi pada 30% pasien dengan demensia) dan ini lebih sering terjadi pada
demensia yang moderat dibandingkan demensia ringan atau berat. Gambaran halusinasi secara
umum berupa gambaran orang-orang atau hewan-hewan. Pada demensia Lewy Body, laporan
frekuensi halusinasi visual sekitar 80%. Pasien demensia juga mungkin mengalami halusinasi
auditorik (sekitar 10%), namun jarang untuk halusinasi jenis lain, seperti yang bersifat penciuman
atau taktil.
GEJALA PSIKOLOGIS PADA DEMENTIA

3. Misidentifikasi

Misidentifikasi dalam demensia adalah kesalahan persepsi stimulus eksternal. Misidentifikasi


terdiri dari:

∙ Kehadiran orang-orang di rumah pasien sendiri (Boarder Phantom Syndrome)

∙ Kesalahan identifikasi diri pasien sendiri (tidak mengenali bayangan diri sendiri di cermin)

∙ Kesalahan identifikasi orang lain

∙ Kesalahan identifikasi peristiwa di televisi (pasien mengimajinasikan peristiwa tersebut


terjadi secara nyata)
Sundowning

munculnya gejala psikiatri yang


lebih parah pada orang dengan
dementia
KRITERIA DIAGNOSA
TATALAKSANA
a. Pengelolaan non farmakologis

• Merupakan pendekatan lini pertama pada BPSD ringan sampai sedang. Beberapa model pengelolaan non
farmakologik, yaitu :

1. Intervensi lingkungan (environmental)

• Intervensi lingkungan meliputi intervensi lingkungan fisik dan lingkungan temporal. Lingkungan yang ideal
bagi pasien BPSD adalah suasana yang tenang, bersifat langgeng, dan bernuansa akrab/ kekeluargaan. Suasana
yang mendukung pengelolaan perilaku pada pasien BPSD dapat diupayakan antara lain dengan :
• Dinding ruangan berwarna lembut/kalem

• Suara aliran air/gemericik air

• Musik yang bernada menenangkan

• Ruang dilapis karpet untuk meredam bising


TATALAKSANA

• Pintu dengan pengaman untuk mencegah pasien wandering

• Pasien BPSD sangat mudah mengalami kebingungan ketika menghadapi perubahan dari situasi

rutin. Oleh sebab itu usahakan jadwal kegiatan yang bersifat stabil/rutin.

• Gangguan tidur adalah masalah yang paling sering dihadapi pasien BPSD. Higiene tidur yang

buruk sangat mempengaruhi suasana emosi dan perilaku pasien. Olah raga rutin, berjemur,

memandikan dengan air hangat pada setiap pagi dan sore hari, adalah rangkaian upaya yang

sangat efektif membenahi pola tidur pasien BPSD


TATALAKSANA
1. Intervensi Perilaku

∙ Mengenali gejala gejala psikologik dan perilaku yang akan menjadi target terapi

∙ Mengenali situasi dan kondisi khusus yang dapat mencetuskan respons perilaku tertentu

∙ Mengevaluasi secara berkala perubahan respons perilaku terhadap situasi tertentu

∙ Menetapkan tujuan terapi secara realistik

∙ Menyusun program terapi perilaku yang bersifat fleksibel,mudah dimodifikasi, dan disesuaikan problem actual

∙ Membantu keluarga/care giver untuk mengatasi tekanan psikososial yang mereka alami dalam merawat pasien BPSD

∙ Perilaku agitasi dan agresif, memberikan respons baik terhadap; aroma terapi, pemijatan, dan musik relaksasi

∙ Sikap tenang, bujukan ramah dan sentuhan lembut penuh kesabaran merupakan cara yang efektif dalam mengatasi pasien
yang agresif
TATALAKSANA

∙ Sikap mengancam, konfrontatif, adu argumen, sebaiknya dihindarkan, karena akan menimbulkan perasaan tidak aman
dan membuat pasien bertambah agresif

∙ Sedapat mungkin menghindari physical restraint

∙ Aktifitas fisik seperti jalan pagi atau senam rutin bermanfaat mengurangi perilaku agresif

∙ Perilaku wandering dapat terjadi oleh berbagai alas an ; kebosanan, kesendirian, atau bahkan karena efek samping obat,
mis; akatisia

∙ Terapi aktifitas seperti jalan jalan sore, olah raga ringan, mengurangi kecenderungan wandering

∙ Memberikan ruang yang cukup untuk pasien bergerak diseputar ruangan dengan diberikan pengaman dan pintu yang
terkunci

∙ Memberikan tanda pengenal yang dilekatkan pada pakaian pasien sehingga apabila tersesat dapat dikenali
TERAPI FARMAKOLOGIS DEMENSIA
Management Agitasi pada
Dementia
Farmakologi Depresi pada
Dementia
Farmakologi Episode Psikosis

• Olanzapine 2,5 mg per hari hingga 5 mg 2xperhari


• Quetiapin 25 mg pada malam hari sampai 2x75 mg perhari
• Primavanserin 34 mg per hari
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai