Anda di halaman 1dari 63

ADAPTASI PSIKOLOGIS

MASA NIFAS

By :
Tini Murtini, SST
REFERENSI
 Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan
Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia
 Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.
 Desty, dkk. 2009. Respon Orang Tua
Terhadap Bayi Baru Lahir. Akademi
Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta.
 Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas.
Yogyakarta: Fitramaya.
TUJUAN PEMBELAJARAN
 FASE ADAPTASI PSIKOLOGI
 RESPON ORANGTUA PADA BAYI
 POST PARTUM BLUES
 KESEDIHAN DAN DUKA CITA
 BOUNDING ATTACHMENT
 SIBLING RIVALLY

Pengertian Bounding attachment
 Maternal dan Neonatal Health: adalah kontak
dini secara langsung antara ibu dan bayi
setelah proses persalinan, dimulai pada
kala III sampai dengan post partum.

 Subroto (cit Lestari, 2002): sebuah


peningkatan hubungan kasih sayang dengan
keterikatan batin antara orang tua dan bayi.
Tahap – tahap bounding
attachment :
 Perkenalan (acquaintance), dengan
melakukan kontak mata, menyentuh,
erbicara, dan mengeksplorasi segera
setelah mengenal bayinya.
 Bounding (keterikatan)
 Attachment, perasaan sayang yang
mengikat individu dengan individu lain.
Elemen – elemen Bounding
attachment :
 Sentuhan – sentuhan
 Kontak mata
 Suara
 Aroma (bayi
( belajar dengan cepat untuk
membedakan aroma susu ibunya )
 Entrainment (BBL bergerak-gerak sesuai
dengan struktur pembicaraan orang
dewasa.)
 Bioritme – Anak yang belum lahir atau
baru lahir dapat dikatakan senada dengan
ritme alamiah ibunya
 Kontak dini – Saat ini , tidak ada bukti-
bukti alamiah yang menunjukkan bahwa
kontak dini setelah lahir merupakan hal
yang penting untuk hubungan orang tua–
anak.
Keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh
dari kontak dini :
 Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat.
 Reflek menghisap dilakukan dini.
 Pembentukkan kekebalan aktif dimulai.
 Mempercepat proses ikatan antara
orang tua dan anak (body warmth (
kehangatan tubuh); waktu pemberian
kasih sayang; stimulasi hormonal).
Prinsip – prinsip dan upaqya meningkatkan
Bounding attachment :

 Dilakukan segera (menit pertama jam


pertama).
 Sentuhan orang tua pertama kali.
 Adanya ikatan yang baik dan sistematis
berupa kedekatan orang tua ke anak.
 Kesehatan emosional orang tua.
 Terlibat pemberian dukungan dalam proses
persalinan.
 Persiapan PNC sebelumnya.
 Adaptasi.
 Tingkat kemampuan, komunikasi dan
keterampilan untuk merawat anak.
 Kontak sedini mungkin sehingga dapat
membantu dalam memberi kehangatan
pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu,
serta memberi rasa nyaman
Setelah bayi lahir, seluruh anggota keluarga
mulai membina hubungan dengan bayi dan perlu
menyesuaikan gaya hidup, interaksi serta
hubungan dalam keluarga. Penyesuaian yang
dilakukan tiap anggota keluarga mempengaruhi
kesejahteraan keluarga secara menyeluruh.

a. Adaptasi Maternal
Rubin (1963) mengidentifikasikan 3 tahap prilaku
wanita ketika beradaptasi dengan perannya
sebagai orang tua yaitu:
Taking in
Taking hold
Letting go
“ Taking in”
 Merupakan fase ketergantungan ibu segera
setelah melahirkan yang menyerahkan
sepenuhnya kepada orang lain untuk memenuhi
kebutuhannya.
 Ibu terfokus pada dirinya sendiri, sehingga cenderung
pasif terhadap lingkungannya. Pengalaman selama
proses persalinan sering berulang diceritakannya
 Ketidaknyamanan yang dialami antara lain rasa mules,
Nyeri pada luka jahitan, kurang ttidur, kelelahan
 Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah
istirahat cukup, komunikasi yang baik dan asupan
nutrisi
 Rubin mengatakan bahwa fase ini akan berakhir
dalam 1 atau 2 hari setelah melahirkan.
Gangguan Psikologis yang dapat
dialami oleh ibu pada fase ini
adalah:
 Kekecewaan pada bayinya
 Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan
fisik yang dialami
 Rasa bersalah karena belum bisa menyusui
bayinya
 Kritikan suami atau keluarga tentang
perawatan bayinya
“Taking Hold”
Masa transisi/ mulai belajar. Terjadi
peralihan dari perasaan tergantung ke
mandiri.
Berlangsung antara 3 – 10 hari setelah
melahirkan
Perasaannya sangat sensitive sehingga
mudah tersinggung jika kita kurang hati –
hati.
Ibu berada antara mencari kasih sayang
untuk dirinya sendiri juga mulai
mengalihkan perhatian dan kasih
sayangnya kepada bayi.
Ibu mengharapkan umpan balik terhadap
keterampilan menyusui bayi.
 Hal yang perlu diperhatikan adalah
komunikasi yang baik, dukungan dan
pemberian penyuluhan/pendidikan kesehatan
tentang perawatan diri dan bayinya.
 Tugas bidan antara lain: mengajarkan cara
perawatan bayi, cara menyusui yang benar,
cara perawatan luka jahitan, senam nifas,
pendidikan kesehatan gizi, istirahat,
kebersihan diri dan lain-lain
“Letting Go”
Ibu menerima peran
barunya sebagai ibu
secara penuh
Sejalan dengan
peningkatan
keterampilan dalam
merawat bayi
Ibu merasa makin
penuh percaya diri.
Hal-hal yang harus dipenuhi
selama nifas adalah sebagai
berikut:
 Fisik : istirahat, asupan gizi, lingkungan
bersih
 Psikologi: Dukungan keluarga
 Sosial : Perhatian, rasa kasih sayang,
menghibur ibu saat sedih dan menemani saat
ibu merasa kesepian
 Psikososial.
b. Adaptasi Paternal
RESPON POSITIF :

Ayah beradaptasi terhadap kehadiran


bayinya dengan mengikuti proses yang sama
seperti ibu bayi

Diawali dengan sentuhan pada bayi.

Biasanya ayah lebih banyak berbicara pada


bayinya ketika memberikan respon terhadap
prilaku bayi, sementara ibu lebih banyak
menggunakan sentuhan dan senyum.
KELLER HILDEBRANT DAN RICHARD (1985)

Melaporkan bahwa 6 minggu setelah


kelahiran bayi, ayah yang menjalin
kontak lebih dalam dengan bayinya dan
lebih berperan serta aktif dalam
merawat bayi, ternyata lebih positif
penyesuaian perannya sebagai orang
tua daripada yang kurang menjalin
kontak dengan bayi.
RESPON NEGATIF :

• Kelahiran bayi tidak dinginkan keluarga


karena jenis kelamin yang tidak sesuai
keinginan.
• Kurang berbahagia karena kegagalan KB.
• Perhatian ibu pada bayi yang berlebihan
yang menyebabkan ayah merasa kurang
mendapat perhatian.
• Faktor ekonomi mempengaruhi perasaan
kurang senang atau kekhawatiran dalam
membina keluarga karena kecemasan dalam
biaya hidupnya.
• Rasa malu baik bagi ibu dan keluarga karena
anak lahir cacat.
• Anak yang dilahirkan merupakan hasil
hubungan zina, sehingga menimbulkan rasa
malu dan aib bagi keluarga.
Faktor yg mempengaruhi respon
ortu thd bayinya:
 Faktor internal
 Genetika
 kebudayaan yg mereka praktikkan &
menginternalisasikan dalam diri mereka
 moral & nilai
 kehamilan sebelumnya, pengalaman yg terkait
 Pengidentifikasian yang telah mereka lakukan
selama kehamilan.
 Keinginan mjd ortu yg telah di impikan & efek
pelatihan selama kehamilan.
• Faktor eksternal
perhatian yg diterima selama hamil,
melahirkan dan post partum, sikap &
perilaku pengunjung & apakah bayinya
terpisah dari ortu selama 1 jam pertama &
hari-hari dalam kehidupannya.
Respon antara ibu & bayinya sejak kontak
awal-tahap perkembangannya

• Touch→ dgn ujung jari & tangan membelai


kmd memeluk, bayi mengenggam jari atau
rambut ibu.
• Eye to eye Contact ( kontak mata ) → hub
saling percaya. Bayi baru bisa memusatkan
perhatian pd satu objek setelah 1 jam
kelahiran pd jarak sekitar 20-25 cm &
memusatkan pandangannya sebaik org
dewasa pada usia ± 4 bln.
• Odor ( bau badan ) → bau badan ibu &
air susu ibunya.
• Body Warm ( kehangatan tubuh)
• Voice ( suara )
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
ADAPTASI PSIKOSOSIAL
Dukungan suami, orang tua, teman dan
orang dekat
Usia
Kehamilan yang direncanakan/
tidakdirencanakan
Status sosio-ekonomi
Masalah seksualitas
Pengalaman orang tua sebelumnya
Riwayat melahirkan anggota keluarga
atau teman dekat.
Pengalaman yang lalu terkait dengan
pemberi pelayanan kesehatan ( Cohen,
Kenner& Hollingsworth, 1991)
Sosial dan budaya ( Pillitteri, 1995)
Kesiapan psikososial individu yang
bersangkutan.

Karakteristik kesiapan psikososial adalah :


 Kapasitas untuk menjalin dan mempertahankan
hubungan yang intim
 Kemampuan untuk memberi dan memperhatikan
kebutuhan orang lain
 Kemampuan untuk belajar dan menyesuaikan pola
kehidupan sehari-hari
 Kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif
dengan orang lain
 Identifikasi seksual yang jelas
Bila ibu gagal beradaptasi
terhadap perubahan yang
dialaminya maka kemungkinan
dapat terjadi masalah
gangguan kesehatan jiwa
yaitu :

Kemurungan pasca
melahirkan (Depresi
Postpartum Blues)
Depresi pasca melahirkan
(postpartum depresion)
Psikosa pasca melahirkan
(postpartum psikosa)
Postpartum Blues
Depresi ringan dan sepintas pada
postpartum, ditandai dengan :
Menangis
Merasa sangat lelah
Insomnia
Mudah tersinggung
Sulit konsentrasi
Gangguan hilang dengan sendirinya dan membaik
setelah 2-3 hari, kadang-kadang sampai 10 hari

Distress psikologis meningkat dalam 12 bulan


pertama setelah melahirkan (Johnson 1989; Paltiel
1993)
 Seberapa baik wanita
beradaptasi sebagai ibu
tergantung pada hubungan
keluarga sebelumnya, gangguan
perasaan selama fase siklus
menstruasi dan penggunaan
obat hormonal, dukungan dari
suami dan faktor yang saling
terkait lainnya.
 Keterbatasan diri dan perubahan
perasaan ringan yang bersifat
sementara terjadi 30 % sampai
80 % pada ibu yang baru
melahirkan.
Penyebab
 Kekecewaan emosional (hamil,bersalin)
 Rasa sakit pada masa nifas awal
 Kelelahan, kurang tidur
 Cemas terhadap kemampuan merawat
bayi
 Takut tidak menarik lagi bagi suami
Penanganan
 Tidak memerlukan tindakan serius
 Kecuali antisipasi, pemahaman, rasa aman dan
cari hiburan untuk diri sendiri
Depresi Postpartum
 Depresi masa nifas merupakan ggangguan afeksi yang
sering terjadi pada masa nifas, dan tampak dalam
minggu pertama pasca persalinan. Insiden depresi
postpartum sekitar 10-15 %
 Tidak berbeda dengan gejala keluhan pada depresi
psikotik  sedih/berduka yang berlebihan dan
berkepanjangan.
 Gejala mungkin tampak lebih dini, biasanya 3 bulan
pertama setelah melahirkan atau sampai bayi berusia
setahun.
Gejala depresi postpartum :
 Sering menangis
 Sulit tidur
 Nafsu makan hilang
 Gelisah
 Perasaan tidak berdaya atau hilang kontrol
 Cemas atau kurang perhatian pada bayi
 Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi
 Pikiran menakutkan mengenai bayi
 Kurang perhatian terhadap penampilan
dirinya sendiri
 Perasaan bersalah dan putus harapan
(hopeless)
 Penurunan atau peningkatan berat badan
 Gejala fisik, seperti sulit bernafas atau
perasaan berdebar-debar
Beberapa faktor predisposisi
terjadinya depresi post partum
adalah sebagai berikut:
 Perubahan hormonal yang cepat (yaitu
hormon prolaktin, steroid, progesteron dan
estrogen)
 Masalah medis dalam kehamilan (PIH,
diabetus melitus, disfungsi tiroid )
 Karakter pribadi (harga diri,
ketidakdewasaan)
 Marital dysfunction atau ketidakmampuan
membina hubungan dengan orang lain
 Riwayat depresi, penyakit mental dan
alkoholik
 Unwanted pregnancy
 Terisolasi
 Kelemahan, gangguan tidur, ketakutan
terhadap masalah keuangan keluarga,
kelahiran anak dengan kecacatan/penyakit
Walaupun etiologi belum diketahui
secara pasti tetapi menurut penelitian :

 Faktor biologis karena perubahan hormon


selama masa pasca melahirkan

 Faktor psikologis termasuk sikap negatif


sebelumnya tentang mengasuh anak dan
keadaan kehidupan yang menegangkan

 Faktor sosial seperti tidak mendapatkan


dukungan dari suami, hubungan perkawinan
yang tidak harmonis.
Beberapa intervensi yang dapat
membantu ibu terhindar dari
depresi post partum antara lain:
 Pelajari diri sendiri
 Tidur dan makan yang cukup
 Olahraga
 Hindari perubahan hidup sebelum atau
sesudah melahirkan
 Beritahukan perasaan Anda
 Dukungan keluarga dan orang lain
 Persiapan diri yang baik
 Lakukan pekerjaan rumah tangga
 Dukungan emosional
 Dukungan kelompok depresi post partum
 Bersikap tulus ikhlas dalam menerima peran
barunya
4. Depresi selama masa pasca melahirkan
dapat timbul lagi dan gejala bisa
berlanjut sampai satu tahun kemudian.

WASPADA !!!
 Pikiran bunuh diri
 Ancaman kekerasan terhadap anak
 Waham paranoid

!!!PERLU PERAWATAN KHUSUS, KONSULTASI


PSIKIATRI!!!
Postpartum Psikosa
 Jarang terjadi

 Gejala biasanya terlihat dalam 3 – 4 minggu


setelah melahirkan berupa halusinasi dan
perilaku yang tidak wajar

 Penyebab mungkin berhubungan dengan


perubahan tingkat hormonal, stres psikologis
dan fisik serta sistem pendukung yang tidak
memadai (Bobak & Jensen, 1987)

 Sering dialami oleh ibu yang mengalami


abortus, kematian bayi dalam kandungan
maupun kemudian bayi dilahirkan.
Penatalaksanaan postpartum
psikosa :
 Pemberian anti depresan
 Berhenti menyusui
 Perawatan di rumah sakit
KESEDIHAN DAN DUKACITA

 Perasaan kesedihan dan


dukacita ini berkaitan dengan
kehilangan bayi karena
keguguran, IUFD, meninggal
setelah lahir atau bayi yang
cacat

 Ada 2 hal yang perlu diketahui


tentang rasa sedih :
1. Individual
Megungkapkan rasa sedih dengan
menangis, mengadu pada orang lain tetapi
juga ingin menyendiri agar tetap tenang
dan kuat.

Bidan dan keluarga harus tetap


memberikan dukungan dan bersabar serta
menghargai cara orang tsb mengatasi
kesedihannya
2. Tidak Dapat Diramalkan
Perkembangan Rasa Dukacita
(Glen Davidson, 1979)
 Syok dan mati rasa
 Mencari-cari dan merindukan
 Disorientasi
 Reorganisasi
Syok
 Merupakan respon awal individu terhadap
kehilangan.
 Manifestasi perilaku dan perasaan meliputi:
penyangkalan, ketidakpercayaan, putus asa,
ketakutan, bersalah, kekosongan, kesendirian,
kesepian, isolasi, mati rasa, intoversi
(memikirkan dirinya sendiri) tidak rasional,
bermusuhan, kebencian, kegetiran,kurang
inisiatif, mengasingkan diri, berkhianat, frustasi,
memberontak dan kurang konsentrasi
Manifestasi klinik :
 Menghela nafas panjang
 Penurunan berat badan
 Anoreksia, tidur tidak tenang, keletihan,
dan gelisah
 Penampilan kurus dan tampak lesu
 Rasa penuh di tenggorokan, tersedak,
nafas pendek, nyeri dada, gemetaran
internal
 Fasilitas untuk kontak lebih lama.
 Penekanan pada hal-hal positif.
 Perawat maternitas khusus (bidan
( ).
 Libatkan anggota keluarga lainnya/
dukungan sosial dari keluarga, teman dan
pasangan.
 Informasi bertahap mengenai
bounding attachment.
Hambatan Bounding attachment
 Kurangnya support sistem.
 Ibu dengan resiko (ibu sakit).
 Bayi dengan resiko (bayi
( prematur,
bayi sakit, bayi dengan cacat fisik).
 Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.
Sibling Rivally
 Kamus kedokteran Dorland (Suherni, 2008):
Sibling rivalry adalah kompetisi antara
saudara kandung untuk mendapatkan cinta
kasih, afeksi dan perhatian dari satu kedua
orang tuanya, atau untuk mendapatkan
pengakuan atau suatu yang lebih.
Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan
dan pertengkaran antara saudara laki-laki dan
saudara perempuan. Hal ini terjadi pada semua
orang tua yang mempunyai dua anak atau lebih.
 Sibling Rivally atau perselisihan yang
terjadi pada anak-anak tersebut adalah hal
yang biasa bagi anak-anak usia antara 5-
11 tahun. Bahkan kurang dari 5 tahun pun
sudah sangat mudah terjadi sibling rivalry
itu. Istilah ahli psikologi hubungan antar
anak-anak seusia seperti itu bersifat
ambivalent (perasaan yang bertentangan
dengan love hate relationship.
Penyebab Sibling Rivally
 Masing-masing anak bersaing untuk
menentukan pribadi mereka,
 .Anak merasa kurang mendapatkan
perhatian, disiplin dan mau mendengarkan
dari orang tua mereka.
 Anak-anak merasa hubungan dengan
orang tua mereka terancam oleh
kedatangan anggota keluarga baru/bayi
 Tahap perkembangan anak baik fisik
maupun emosi yang dapat mempengaruhi
proses kedewasaan dan perhatian
terhadap satu sama lain.
 Anak frustasi karena merasa lapar, bosan
atau letih sehingga memulai pertengkaran.
 Kemungkinan, anak tidak tahu cara untuk
mendapatkan perhatian atau memulai
permainan dengan saudara mereka.
 Dinamika keluarga dalam memainkan
peran.
 Pemikiran orang tua tentang agresi dan
pertengkaran anak yang berlebihan dalam
keluarga adalah normal.
 Tidak memiliki waktu untuk berbagi,
berkumpul bersama dengan anggota
keluarga.
 Orangtua mengalami stres dalam
menjalani kehidupannya.
 Anak-anak mengalami stres dalam
kehidupannya.
 Cara orang tua memperlakukan anak dan
menangani konflik yang terjadi pada
mereka.
Segi positif Sibling Rivally :
 Mendorong anak untuk mengatasi
perbedaan dengan mengembangkan
beberapa keterampilan penting.
 Cara cepat untuk berkompromi dan
bernegosiasi.
 Mengontrol dorongan untuk bertindak
agresif.
Cara mengatasi sibling rivally
 Tidak membandingkan antara anak satu
sama lain.
 Membiarkan anak menjadi diri pribadi
mereka sendiri.
 Menyukai bakat dan keberhasilan anak-
anak Anda.
 Membuat anak-anak mampu bekerja sama
daripada bersaing antara satu sama lain.
 Memberikan perhatian setiap waktu atau
pola lain ketika konflik biasa terjadi.
 Mengajarkan anak-anak Anda cara-cara
positif untuk mendapatkan perhatian dari
satu sama lain.
 Bersikap adil sangat penting, tetapi
disesuaikan dengan kebutuhan anak.
Sehingga adil bagi anak satu dengan yang
lain berbeda
 Merencanakan kegiatan keluarga yang
menyenangkan bagi semua orang.
 Meyakinkan setiap anak mendapatkan
waktu yang cukup dan kebebasan mereka
sendiri.
 Orang tua tidak perlu langsung campur
tangan kecuali saat tanda-tanda akan
kekerasan fisik.
 Orang tua harus dapat berperan
memberikan otoritas kepada anak-anak,
bukan untuk anak-anak.
 Orang tua dalam memisahkan anak-anak
dari konflik tidak menyalahkan satu sama
lain.
 Jangan memberi tuduhan tertentu tentang
negatifnya sifat anak.
 Kesabaran dan keuletan serta contoh-
contoh yang baik dari perilaku orang tua
sehari-hari adalah cara pendidikan anak-
anak untuk menghindari sibling rivalry
yang paling bagus.
Peran Bidan dalam mengatasi
Sibling Rivally :

 Membantu menciptakan terjadinya ikatan


antara ibu dan bayi dalam jam pertama
pasca kelahiran.
 Memberikan dorongan pada ibu dan
keluarga untuk memberikan respon positif
tentang bayinya, baik melalui sikap
maupun ucapan dan tindakan.

Anda mungkin juga menyukai