Mood Disorder Part I Dan Part II REV
Mood Disorder Part I Dan Part II REV
• Gangguan bipolar I
• Gangguan bipolar II
• Gangguan siklotimik
• Gangguan bipolar dan gangguan terkait akibat zat/obat
• Gangguan bipolar dan gangguan terkait akibat kondisi medis lain,
• Gangguan bipolar tertentu dan gangguan terkait lainnya ,
• Gangguan bipolar dan gangguan terkait lainnya yang tidak dijelaskan.
Klasifikasi Depresi Menurut
DSM5 & ICD-11
1. With anxious distress
2. With mixed features
3. With rapid cycling (Note: applicable only to bipolar disorders)
4. With melancholic features
5. With atypical features
6. With mood-congruent psychotic features
7. With mood-incongruent psychotic features
8. With catatonia
9. With peripartum onset
10. With seasonal pattern
Gangguan Depresif :
• Disruptive Mood Dysregulation Disorder
• Gangguan depresi mayor ( MDD)
• Persistent depressive disorder (Distimia )
• Premenstrual dysphoric disorder
• Substance/medication-induced depressive disorder
• Depressive disorder due to another medical condition ( Kondisi media lain )
• other specified depressive disorder
• unspecified depressive disorder
Disruptive Mood Dysregulation Disorder
8
Hamilton Depression Rating
Scale (HAM-D)
Hamilton Depression Rating
Scale (HAM-D)
• Kuesioner 17 item (dinilai oleh dokter) untuk menilai tingkat keparahan
depresi dalam penelitian dan praktik klinis
• 8 item skor 0-2
• 9 item skor 0-4 Total skor 52
• Kelemahan HAM-D:
- Terdapat 3 item insomnia, 2 item kecemasan, 2 item somatic
berkontribusi secara tidak proporsional terhadap skor total
- Kurang sensitive dalam menilai efek pengobatan pada item bunuh diri
10
Montgomery-Asberg Depression
Rating Scale (MADRS)
Montgomery-Asberg Depression
Rating Scale (MADRS)
Montgomery-Asberg Depression Rating
Scale (MADRS)
13
Quick Inventory of Depressive
Symptomatology (QIDS)
15
Patient Health Questionnaire-9
(PHQ-9)
Patient Health Questionnaire-9 (PHQ-9)
17
Beck Depression Inventory (BDI)
• Terdiri dari 21 item , self rated scale (diperiksa mandiri oleh pasien)
• Skala 0-3
• Skor 0-13 : minimal ; 14-19 : ringan; 20-28: sedang ; 29-63: berat
• Skor ≥ 20 : membutuhkan pengobatan
• Diselesaikan 8 menit atau kurang
18
Depression Inventory Development Scale
(DID)
19
Clinically Useful Depression Outcome Scale
(CUDOs)
20
Remission From Depression Questionnaire
(RDQ)
21
Pediatric Depression Rating
Scale
• Children Depression Rating Scal (CDRS-R) paling sering digunakan usia 6-12
tahun
• Dinilai oleh klinisi
• Memakan waktu 10-15 menit
• CDRS asli : 15 item dengan total skor 61 ; CDRS-R : 17 item dengan total
skor 113
22
Mania Rating Scale
• The Young Mania Rating Scale (YMRS)
• Bipolar Inventory of Symptoms Scale (BISS)
• Bech- Rafaelsen Mania and Melancholia Scales (BRMaS)
• Mood Disorder Questionnaire (MDQ)
23
The Young Mania Rating Scale (YMRS)
24
Bipolar Inventory of Symptoms Scale (BISS)
• 44 item
• Membedakan dengan baik antara episode depresi, manik/hipomanik, dan
campuran
• Dapat mengidentifikasi : mania, depresi, iritabilitas, kecemasan, psikosis
25
Bech- Rafaelsen Mania Scales (BRMaS)
• 11 item
• Skor 0-4
• < 15 : hipomania ; sekitar 20 mania sedang; sekitar 28 : mania berat
26
Mood Disorder Questionnaire (MDQ)
27
Irritability Scales
• Concise Associated Symptom Tracking (CAST)
• Sheehan Irritability Scale ( SIS)
28
Functional impairment scale
29
Instrumen untuk ide dan
perilaku bunuh diri
• Columbia-Suicide Severity Rating Scale (C-SSRS)
• Suicide Ideation and Behavior Assesment Tool (SIBAT)
• Sheehan-Suicidality Tracking Scale (S-STS)
• Sheehan-Suicidality Tracking Scale Clinically Meaningful Change Meassure
(S-STS CMCM)
• InterSePT Scale for Suicidal Thinking (ISST Plus)
30
Skala penilaian lain
• The Clinical Global Impression – Severity (CGI-S) untuk menilai keparahan
penyakit
• The Clinical Global Impression- Improvement (CGI-I) untuk menilai
perbaikan secara global
31
NEUROKIMIA
GANGGUAN MOOD
• Studi Metabolik
Terbukti bahwa dengan rendahnya kadar CSF-5HIAA dapat menurunkan perilaku bunuh diri tidak
spesifik pada gangguan mood, akan tetapi tidak dapat membuktikan hubungannya dengan
depressi unipolar maupun bipolar.
• Studi Transporter
• SERT
• Pada penelitian Trombosit terdapat penurunan pengikatan SERT pada Trombosit dari pasien yang
mengalami depresi unipolar dibandingkan subjek control yang sehat
• Pada penelitian Postmortem terdapat penurunan pengikatan SERT di striatum, amigdala, dan batang otang
pada pasien depresi dibandingkan subjek control yang sehat
• NET
Pengikatan NET di lokus coeruleus ditemukan lebih rendah pada sampel tipe campuran dengan depresi
Bipolar I , Bipolar II, atau gangguan Depresi Mayor unipolar disbanding subjek control yang sehat
• DAT
Tidak adanya kaitan antara pengikatan DAT striatal pada depresi
• Studi Metabolik
Terbukti bahwa dengan rendahnya kadar CSF-5HIAA dapat menurunkan perilaku
bunuh diri tidak spesifik pada gangguan mood, akan tetapi tidak dapat
membuktikan hubungannya dengan depressi unipolar maupun bipolar.
• Studi Transporter
• SERT
• Pada penelitian Trombosit terdapat penurunan pengikatan SERT pada Trombosit dari
pasien yang mengalami depresi unipolar dibandingkan subjek control yang sehat
• Pada penelitian Postmortem terdapat penurunan pengikatan SERT di striatum,
amigdala, dan batang otang pada pasien depresi dibandingkan subjek control yang
sehat
• NET
Pengikatan NET di lokus coeruleus ditemukan lebih rendah pada sampel tipe campuran
dengan depresi Bipolar I , Bipolar II, atau gangguan Depresi Mayor unipolar disbanding
subjek control yang sehat
• DAT
Tidak adanya kaitan antara pengikatan DAT striatal pada depresi
• Studi Reseptor
• Terdapat penurunan 5HT1A dalam mesiotemporal cortex serta hippocampus,
raphe nucleus, insula, cingulate anterior cortex dan occipital cortex pada
pasien depresi unipolar.
• Tidak ada perbedaan dalam pengikatan reseptor 5HT2A antara control dan
pasien dengan depresi unipolar sedangkan pada penelitian postmortem
terdapat peningkatan pengikatan resptor 5HT2A dibandingkan subjek control.
1. HPA Axis
Depresi
• HPA Axis telah terbukti berperan penting dalam patofisiologi gangguan depresi.
• Hiperaktivitas HPA Axis merupakan kelainan neuroendokrin yang paling menonjol dan konsisten yang
ditemukan pada depresi
• Pasien dengan depresi biasanya menunjukkan tingkat kortisol awal yang lebih tinggi
• Peningkatan kadar kortisol ditemukan pada pasien yang mengalami depresi dengan ciri psikotik
dibandingkan dengan depresi nonpsikotik
• Wanita pada masa perinatal, termasuk kehamilan dan nifas, memiliki risiko lebih tinggi terkena depresi. Hal
ini disebabkan karena selama kehamilan HPA Axis menjadi hiperaktif, terutama karena produksi CRH
plasenta.
• Stres pada masa awal kehidupan, termasuk penganiayaan pada masa kanak-kanak, dapat mengaktifkan HPA
Axis secara kronis yang berkembangan menjadi depresi selama masa remaja dan dewasa
Gangguan bipolar
• Bukti yang ada menunjukkan HPA Axis yang hiperaktif pada pasien dengan
gangguan bipolar
• Aktivitas HPA Axis telah terbukti berubah sesuai dengan fase gangguan
bipolar pada pasien,
• Dalam sebuah penelitian yang menggunakan uji penekanan gabungan
DEX/CRH, menemukan peningkatan respons ACTH yang signifikan pada
pasien dengan gangguan bipolar pada fase manik dan depresi.
• Kadar kortisol pada air liur ditemukan lebih tinggi pada keturunan dari
orang tua dengan gangguan bipolar dibandingkan dengan keturunan dari
orang tua yang tidak memiliki gangguan kesehatan mental
2. Hipotalamus Hipofisis
Tiroid (HPT Axis)
Depresi
• Fungsi tiroid umumnya tampak hipoaktif pada depresi
• Pasien dengan depresi mengalami gangguan sumbu HPT Axis terutama dengan
berkurangnya sekresi TSH
• Sebagian besar pasien depresi tidak memiliki kelainan fungsi tiroid yang nyata,
meskipun mereka mungkin memiliki prevalensi hipotiroidisme subklinis yang
lebih besar dibandingkan dengan populasi umum
• Namun, terdapat juga bukti yang menunjukkan peningkatan risiko depresi pada
pasien hipertiroidisme
• Autoimunitas juga mungkin terlibat dalam gangguan HPT Axis pada depresi.
Gangguan bipolar
• Meskipun tidak ada bukti yang jelas mengenai hubungan sebab akibat langsung, pasien dengan
gangguan bipolar memiliki risiko kelainan tiroid dibandingkan dengan orang sehat
• Pasien dengan gangguan bipolar memiliki rata-rata volume tiroid dan kadar TSH yang lebih tinggi
dibandingkan dengan subjek kontrol yang sehat
• Banyak penelitian menunjukkan bahwa ketidakseimbangan fungsi tiroid berhubungan dengan
gangguan bipolar.
• Peningkatan autoantibodi tiroid yang bersirkulasi sering terlihat pada pasien dengan gangguan
bipolar.
• Kelainan sumbu HPT cukup umum terjadi pada pasien dengan gangguan bipolar. Namun,
mekanisme biologis di balik bukti ini masih belum jelas, dan peranlitium dalam menginduksi
disfungsi sumbu HPT merupakan perancu yang penting.
3. Hipotalamus Hipofisis
Gonadal (HPG Axis)
Depresi
• Keseimbangan dalam kadar hormon seks tampaknya berperan penting dalam kesehatan mental.
• Estrogen secara langsung dan tidak langsung terlibat dalam neurobiologi depresi.
• Ketidakseimbangan kadar testosteron dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi, baik pada pria
maupun wanita
• Perempuan lebih mungkin mengalami depresi dibandingkan laki-laki, dan perbedaan jenis
Kelamin ini lebih jelas terlihat selama masa reproduksi, mencapai puncaknya pada masa remaja
dan kemudian menurun dan tetap stabil di masa dewasa
Gangguan Bipolar
• Tingginya tingkat gangguan reproduksi telah dilaporkan pada wanita dengan
gangguan bipolar.
• Disfungsi siklus menstruasi dini lebih sering terjadi pada pasien dengan gangguan
bipolar dibandingkan dengan pasien dengan depresi unipolar
• Dalam suatu penelitian melaporkan bahwa wanita dengan gangguan bipolar
memiliki kadar testosteron yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan subjek
kontrol wanita, sedangkan pria dengan gangguan bipolar memiliki kadar
testosteron lebih rendah dibandingkan dengan subjek kontrol pria.
4. Hipotalamus
Neurohipofisis (HNS Axis)
Katekolamin norepinefrin dan epinefrin juga sistem kekebalan tubuh, khususnya dengan berdampak
langsung pada sel kekebalan
Disfungsi Kekebalan Tubuh pada
Gangguan Mood
• CRP adalah Penanda inflamasi yang paling banyak dipelajari pada Gangguan Depresi
Mayor. CRP pada orang dewasa sehat <1–3 mg/L.
• Kadar >3 mg/L Peradangan kronis
• >100 mg/L berhubungan dengan infeksi bakteri aktif yang parah.
• Penyakit Autoimun dan penyakit infeksi berat meningkatkan terjadinya depresi
(50%).
Faktor Disfungsi Kekebalan Tubuh
pada Depresi
• Pemberian obat penghambat sitokin atau NSAID pada pasien depresi unipolar berat tanpa penyakit
penyerta medis hasil negatif
• Pasien depresi bipolar tidak menunjukkan efek apa pun, mungkin karena depresi bipolar kurang
berhubungan dengan disfungsi imun dibandingkan depresi unipolar.
• Pasien dengan tingkat peradangan tertinggi dan dinilai dengan tingkat CRP tampaknya mendapat manfaat
dari pengobatan dengan infliximab antagonis TNF-α
• Olahraga, kewaspadaan, dan psikoterapi seperti terapi perilaku kognitif dapat mengalami penurunan
penanda inflamasi dan memberikan dukungan yang lebih luas untuk efek nonspesifik yang lebih
didasarkan pada perbaikan keadaan penyakit daripada mekanisme pengobatan.