Anda di halaman 1dari 40

TERAPI PERILAKU KOGNITIF UNTUK

SIKLOTIMIA : KONTROL REGULATOR


KOGNITIF SEBAGAI MEDIATOR PERUBAHAN
MOOD

KELOMPOK 1

1
KELOMPOK 1
• DIAN PRATAMA PERBATA 016.06.0002
• ARIEF RACHMAN ROYAN 016.06.0045
• WAYAN RIANTANA 017.06.0010
• DESAK PUTU LOSIKA DEWI 017.06.0027
• LUH GITA ARNITASARI DEVI 017.06.0039
• NADIA SISKA AGUSTINI 017.06.0056

2
Pengantar Siklotimia
Definisi Gangguan siklotimik adalah bentuk gejala ringan gangguan bipolar II, ditandai
dengan episode hipomania dan depresif ringan. (Kaplan & Sadock, 2010)

Epidemiologi Sekitar 10 persen pasien rawat jalan dan 20 persen dari pasien rawat inap dengan
gangguan kepribadian ambang juga memiliki diagnosis gangguan siklotimik. Rasio
perempuan dan laki laki pada gangguan siklotimik sekitar 3:2 dan 50 sampai 75
persen pasien memiliki awitan antara usia 15-25 tahun. Keluarga orang – orang
dengan gangguan siklotimik sering memiliki anggota keluarga dengan ganggua
terkait zat. (Kaplan & Sadock, 2010)

Etiologi Faktor Biologi

Faktor Psikososial
(Kaplan & Sadock, 2010)

3
Diagnosis

4
Tanda & Gejala Ciri esensial ialah ketidakstabilan menetap dari afek (suasana perasaan) meliputi banyak
periode depresi ringan dan hipomania ringan, diantaranya tidak yang cukup parah atau
cukup lama untuk memenuhi kriteria gangguan afektif bipolar atau gangguan depresif
berulang. Setiap episode alunan depresif (mood swing) tidak memenuhi kriteria
manapun yang disebut dalam episode manik atau episode depresif. (Maslim, 2013)

Penyalahgunaan Penyalahgunaan alkohol dan zat lain lazim ditemukan pada pasien dengan gangguan
zat siklotimik, yang menggunakan zat baik untuk mengobati dirinya sendiri (dengan alkohol,
benzadiazepin dan marijuana) atau bahkan memperoleh rangsangan lebih lanjut (dengan
kokain, amfetamin, dan halusinogen) ketika mereka dalam keadaan manik. (Kaplan &
Sadock, 2010)

Terapi Terapi Biologis ->Obat penstabil mood dan antimanik adalah terapi lini pertama bagi
pasien dengan gangguan siklotimik. (Kaplan & Sadock, 2010)

Terapi Psikososial -> Psikoterapi untuk pasien dengan gangguan siklotimik paling baik
ditujukan untuk meningkatkan kesadaran pasien akan kondisi mereka dan membantunya
membentuk mekanisme koping untuk mood swing mereka. (Kaplan & Sadock, 2010)

5
Isi Jurnal

Latar Kontrol regulasi kognisi yang terlibat dalam


Belakang amplifikasi variabilitas mood pada siklotimia.

Tujuan Penelitian ini menguji apakah terapi perilaku


kognitif (cognitive behavioural therapy (CBT))
diarahkan pada tingkat kewaspadaan dan
perubahan mood bisa merubah fungsi global,
variabilitas mood dan kontrol regulasinya.

6
Pendahuluan
Siklotimia diklasifikasikan oleh DSM-IV (American
Psychiatric Association, 1994) sebagai sebagai gangguan
mood yang melibatkan banyak episode singkat hipomania
dan depresi ringan, dengan episode yang berlangsung
beberapa hari atau lebih lama.
Penelitian ini meneliti terapi perilaku kognitif (CBT)
mengarah pada regulasi ekstrem dari mood sehari – hari
pada pasien dengan siklotimia. Secara khusus menyelidiki
apakah perubahan pola variabilitas mood sehari – hari
mengikuti CBT karena perubahan kontrol regulator
kognitif.

7
Pengobatan yang terlibat CBT diarahkan pada membantu pasien
siklotimia mengenali dan mengontrol variabilitas moodnya, dan
untuk mencegah eskalasi atau penurunan ke mood ekstrem yang
lemah. Terapi akan memoderasi hubungan antara aktivasi dan
mood, dan efeknya akan dimediasi oleh kontrol regulasi kognitif.

Hipotesis spesifiknya adalah:


• H1 : tingkat mood akan berubah (kurang energik, lebih bahagia,
tidak cemas) selama dan sesudah CBT dibandingkan dengan
sebelumny dan kesehatan mental pasien akan membaik.
• H2 : variasi diurnal dan variabilitas harian dalam mood dan
kontrol regulasi akan berkurang selama dan setelah CBT
dibandingkan sebelumnya.
• H3 : hubungan antara aktivasi mood (energik) baik mood
bahagia maupun suasana cemas akan dimoderatori oleh CBT dan
efek dimoderatorinya akan dimediasi oleh kontrol regulasi
kognitif, dalam bentuk kontrol pikiran dan keterlibatannya yang
dilaporkan sendiri dalam keadaan sadar.

8
METODE
SAMPLE

A. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah pasien yang memiliki karakteristik
sebagai berikut:
 Berumur 35 tahun dengan riwayat gangguan mood yang berkepanjangan dan yang telah menerima
pelayanan kesehatan mental selama 15 tahun.

 Telah menikah dan memiliki 2 orang anak, tetapi tidak bekerja selama 12 tahun karena mengalami
gangguan ketidastabilan mood yang bersifat kronis

 Tidak pempunyai teman dekat dikarenakan ketidakstabilan mood tersebut.

 Telah mengonsumsi obat moodstabilizer (Olanzapine) dan anti-depressant (Fluoxetine) selama 18


bulan sebelum penelitian, melakukan psikoedukasi program CBT, dengan hanya sedikit bukti
perubahan terhadap gejalanya.

 Diagnosis klinis cyclothymia diverifikasi menggunakan Wawancara Klinis Terstruktur untuk DSM-IV.

10
Lanjutan…
• Pasien tersebut digambarkan kedalam 2 bentuk siklus mood yang dominan, yaitu naik dan
turun.
 Siklus meningkat  peningkatan mood yang stabil yang kemudian menjadi manik sementara,
kepercayaan diri yang tinggi, aktif/hiperaktivitas mental, dan agitasi psikomotor/kurang tidur.
 Pasien menyatakan mengalami perilaku yang tidak teratur, tidak terkendali dan tidak
menentu, kompulsif, aktivitas seksual berlebihan, dan keinginan berlebihan akibat stimulasi
eksternal.
 Pasien menyatakan bahwa mereka mengabaikan gejala awal siklus naik tersebut dan hanya
fokus pada puncaknya saja.
 Siklus menurun  penurunan mood dan kepercayaan diri, menarik diri, dan meningkatnya
keinginan bunuh diri. Pada titik terendah dari siklus turun tersebut, pasien menyatakan
bahwa perilakunya tidak aktif secara total, merasa tak berdaya/putus asa, dan ingin bunuh
diri.

11
Lanjutan…

B. Prosedur

a. Intervensi
Pasien diberi perlakuan menggunakan 19 sesi CBT, setelah menetapkan baseline/dasar pada 5 sesi
penilaian.
Perlakuan tersebut mengadopsi dari prosedur penatalaksanaan “Basco and Rush’s Treatment” untuk
mendapatkan perubahan mood yang cepat. Pasien diberi formulasi diagram pada sesi 5, yang
disimpulkan secara skematis, kognitif, dan perilaku utama dari siklus mood naik/manik dan
turun/depresi. Pasien menggunakan formulasi tersebut sebagai metode untuk menilai efek selama
terapi berlangsung dalam periode pengawasan untuk meningkatkan kesadaran diri dari keadaan mood

b. Penilaian
Periode penilaian berlangsung selama 51 minggu dan termasuk 3 periode yang berbeda:

1. 5 minggu sebelum memulai CBT (baseline)

2. 35 minggu selama CBT (intervensi)


12
3. 11 minggu setelah CBT (pengawasan)
Lanjutan…

Pasien menyelesaikan serangkaian tindakan pengukuran psikometrik, untuk menentukan GAF


(global assement funcitoning) sebelum baseline, menyelesaikan terapi, dan pengawasan. Pasien
juga harus menyelesaikan perlakuan menggunakan catatan terstruktur selama 51 minggu.

Catatan yang diberikan berbentuk buklet kertas mingguan dan dikembalikan pada sesi perawatan.
Setiap hari pasien mencatat waktu tidur dan bangun, menilai mood dan pengontrolan regulasi
diri pada jam 01.00, 05.00, 09.00, dan 21.00.

Keempat jam tersebut dipilih karena mencakup periode terjaga dari pasien pada kesehariannya.
Frekuensi penilaian yang tinggi tersebut tidaklah layak, sehingga pengontrolan seluruh mood
dinilai menggunakan skala yang tervalidasi.

13
TINDAKAN

14
Pengukuran Fungsi Global

Sikap Hipomanik •mengukur


dan Prediksi variabilitas
Inventarisasi suasana hati
secara umum
Positif

Inventaris Beck •mengukur


Depression-II perasaan depresi

Inventarisasi
•mengukur fungsi
Masalah interpersonal
Interpersonal-32

• mengukur
Inventarisasi
Gejala Singkat
gejala
psikiatrik

15
Suasana Hati
skala respons mulai
Pengukuran
dari 1 (tidak sama
menggunakan buku
sekali) hingga 9
harian
(sebagian besar)

Pasien sendiri yang


menilai dimana ia saat
ini mengalami tiga
suasana hati tertentu

Tiga jenis suasana hati


 energik
bahagia sub-
cemas
skala
UWIST

16
Pasien menilai sejauh
mana saat ini ia
Kontrol Regulasi Kognitif mengalami dua aspek
kontrol regulasi
kognitif

skala respons
mulai dari 1
(tidak sama
sekali) hingga 9
(sebagian besar)

Kontrol jenis pertama Kontrol jenis kedua

“Saya tidak bisa "Saya bisa membiarkan


mengendalikan pikiran pikiran saya datang dan
saya” (skor terbalik) pergi"

HAPPI mengukur kognisi


sub-skala yang dapat diperoleh dari lima
mempengaruhi daftar pertanyaan
HAPPI perkembangan mania gangguan kesadaran
atau hipomania

Respons teragregasi dalam


tiga periode berkorelasi
0,85 dengan jenis yang
terkait dalam pengukuran
HAPPI global, dan antara 17
0,63 dan 0,93 dengan jenis
lain dalam sub-skala
DATA
• Pengembalian data pasien selama 47 dari 51 minggu, minggu
yang terlewatkan adalah minggu ke 6, 19, 31 dan 32

• Pasien melaporkan suasana hati dalam sehari 135 kali pada


awal kejadian, 825 kali saat terapi, dan 299 kali pada saat di
follow-up

• tingkat kepatuhan masing-masing 96 %, 84% dan 97%

• Selain menggunakan penilaian perhari, penilaian ini juga


dikumpulkan untuk menghitung rata-rata harian (rata-rata)
dan variabilitas harian (standar deviasi) untuk setiap variabel

• Pasien menunjukan peningkatan pada 3 dari 4 kesempatan


pengukuran pada semua hari yang ia tanggapi

18
HASIL

Tabel 1 menunjukkan rata-


rata dan standar deviasi
variabel harian dan harian
sebelum, selama dan
setelah CBT.

Data “tidur” menunjukkan


bahwa periode tidur
pasien bergeser sekitar 30
menit setelah CBT

19
Efek Terapi Pada Fungsi Global

Pengukuran fungsi global yang


dianalisis menggunakan rumus
Jacobson dan Traux (1991) untuk
menilai indeks perubahan yang
terpercaya (RCI) untuk satu pasien

Perubahan terjadi ketika perubahan


pada suatu ukuran cukup

Skor pada tiga poin waktu


ditunjukkan pada Tabel 2

20
Efek Terapi Pada Fungsi Global

Antara penilaian dan penghentian CBT, HAPPI


(RCI = 2.17, p <.05) dan skor BDI-II (RCI = 2,31,
p <0,5) menunjukkan penurunan yang nyata

Tidak ada nilai RCI antara penghentian CBT dan


nilai akhir follow up yang signifikan
menunjukkan stasis dalam hasil pengukuran
selama periode follow up.

21
Efek terapi pada mood dan kontrol
regulasi

22
Untuk menguji efek terapi pada tingkat
mood dan kontrol regulasi (H1) pada
diurnal variasi dalam suasana hati sehari-
hari dan kontrol regulasi (H2), analisis dua
faktor kovarians dilakukan pada masing-
masing mood dan variabel kontrol regulasi,
dengan tahap perawatan (sebelum terapi,
terapi, tindak lanjut) dan waktu (9 pagi, 1
malam, 5 sore dan 9 malam).

23
Table 2. Skor pasien pada ukuran hasil global
pada penilaian awal, di akhir CBT, dan pada akhir
tindak lanjut.

24
25
26
27
Efek terapi pada hubungan antara
aktivasi, kontrol regulasi, dan suasana
hati

Untuk menguji H3, tiga analisis regresi yang


direkomendasikan untuk menguji moderasi yang
dimediasi (Muller, Judd dan Yzerbyt, 2005) dengan
menggunakan lag orde pertama dari variabel
dependen dimasukkan pada langkah pertama untuk
menghapus ketergantungan serial.

28
suasana hati bahagia (β = .31, t
(1203) = 4.95, p <.01) dan
suasana hati cemas (β = -. 59, t
(1203) = - 7.49, p <.01),
menunjukkan efek yang
dimoderasi

29
Cont…
• Variabel dependen: kontrol pada pikiran atau membiarkan pikiran datang
dan pergi
• Variabel predictor: suasana hati yang energik
• Variabel biner: tahap (0: terapi/follow-up; 1: baseline)
• Hasil:
Analisis regresi kedua • Untuk kontrol pada pikiran  ditemukan adanya hubungan yang
untuk menguji apakah signifikan antara efek utama mood energik & interaksinya dengan
efek yang dimoderasi tahapan
dikaitkan dengan • Hanya efek utama mood energik signifikan yang mampu membiarkan
mediator control regulasi
pikiran datang dan pergi

30
Cont…
• Variabel pertama (untuk menguji efek moderasi) diulang, tetapi
dengan memasukkan variabel kontrol regulasi dan interaksinya
dengan tahapan sebagai langkah tambahan
• Hasil:
Analisis regresi ketiga untuk • Kontrol atas pikiran dan interaksinya dengan tahap
menguji apakah variabel merupakan variabel yang secara signifikan mempengaruhi
mediator kontrol regulasi
diteruskan atau merupakan suasana hati bahagia dan cemas
sumber efek moderasi

31
Cont…
Artinya:
• Hubungan antara suasana hati
yang diaktifkan (energik) dan
suasana hati bahagia / cemas
• Hubungan antara suasana hati
dimoderasi oleh terapi, tetapi
yang diaktifkan (energik) dan
efeknya hanya dimediasi oleh
kondisi afektif (suasana hati yang
kontrol atas pikiran.
bahagia & cemas diubah oleh
terapi. Selanjutnya, perubahan ini
dimediasi oleh kemampuan
pasien untuk mengendalikan
Kesimpulan hasil dari pikirannya
analisis regresi
mendukung H3:

32
DISKUSI

33
Intervensi CBT berhasil dalam mengobati masalah
mood pasien yang menyajikan diagnosis siklotimia
yang sudah lama ada

SEBELUM TERAPI SETELAH TERAPI

• Suasana hati pasien • Pasien mampu


ditandai oleh mencapai
keadaan suasana kebahagiaan yang
hati yang tidak lebih dan kurang
bahagia dan kecemasan, tetapi
kecemasan tinggi, tampaknya dengan
yang sedikit lega mengorbankan
saat mood aktif lebih suasana hati yang
tinggi energik

34
variabilitas harian mood energik, senang, dan cemas semua
secara signifikan berkurang

selama dan setelah terapi

(Berbeda) terapi irama sosial ↓ mengurangi variabilitas


mood dengan restrukturisasi pola kegiatan sehari-hari

(Pada penelitian ini) ↓ variabilitas suasana hati dengan ↑


kesadaran kognitif dan perubahan kondisi mood
35
manfaat teraupetik  hubungan antara mood yang
diaktifkan (energik) dan yang mempengaruhi
kesejahteraan (mood bahagia, mood cemas) dikendalikan
oleh terapi
dimediasi oleh kemampuan pasien untuk
mengendalikan pikirannya

akhir pengobatan pasien memiliki model kognitif yang ↓


 menciptakan dan mempertahankan variabilitas mood
yang ekstrim

36
Analisis dari peneliti

kemampuan pasien untuk membiarkan pikiran datang


dan pergi komponen dari kesadaran tidak bertanggung
jawab untuk mengubah hubungan antara aktivasi
perasaan dan perasaan positif
Namun

pasien lebih mampu membiarkan pikiran datang dan


pergi selama dan setelah CBT  hubungan yang lebih
kuat dengan suasana hati bahagia dan kurang cemas.

Pelatihan kesadaran 
tambahan pelengkap
37
(efek + pasien)  dari intervensi pada kehidupan dan
rutinitas  manajemen suasana hati (menjadi lebih
mampu mengenali dan melabel suasana hatinya dan
memilih dari “menu” dari respon coping)

Namun, perlu dicatat bahwa pasien terus mengalami


depresi ringan pada akhir terapi, yang mungkin
dipercaya karena mengalami keadaan energi tinggi yang
akan menyebabkan hilangnya kontrol

perlu melibatkan “perluasan bandwidth” kondisi internal yang


dapat diterima  klien merasa kurang rentan dalam
menghadapi lonjakan tingkat energi. 38
Kesimpulannya

CBT yang berfokus pada perubahan kontrol regulasi kognitif


terbukti efektif untuk mengobati siklotimia

keterbatasan penelitian ini  bahwa hasilnya mungkin tidak


menggeneralisasi kasus-kasus lain dan karena itu studi kontrol
acak saat ini diperlukan

39
40

Anda mungkin juga menyukai