Tafsir Muktazilah
Tafsir Muktazilah
اَّل ُتْد ِر ُك ُه ٱَأْلْب َٰص ُر َو ُه َو ُيْد ِر ُك ٱَأْلْب َٰص َر ۖ َو ُه َو ٱلَّلِط يُف ٱْلَخ ِبيُر
“ Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang dia dapat melihat segala yang kelihatan;
dan dialah yang Maha halus lagi Maha Mengetahui.”
Menurut Zamakhsyâri ayat ini sebagai penjelasan bahwa Tuhan tidak
dapat dilihat dengan mata kepala kapan pun. Lafad nafi (lâ) yang
terdapat pada ayat tersebut berlaku umum, tidak terkait waktu dan
tempat tertentu, baik di dunia maupun di akhirat. Zamakhsyâri
berpendapat bahwa karena Tuhan bersifat imateri, maka Tuhan tidak
dapat dilihat dengan mata kepala.
Dalam menaggapi QS. al-Qiyâmah: 22-23, yaitu:
Allah SWT telah menjelaskan dalam al-Qur'an surat Luqmân ayat 17.
ٰي ُبَن َّي َاِقِم الَّص ٰل وَة َو ْأُمْر ِباْلَمْع ُرْو ِف َو اْن َه َع ِن
اْلُم ْنَك ِر
" Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah