PERSENTASI QAIDAH-Ahmad Chalwani
PERSENTASI QAIDAH-Ahmad Chalwani
1
Muhammad Abu Zahrah. Usul al-Fiqh: Metode Penafsiran Hukum Islam, Beirut : Dar al-Fikr al-Arabi,
1948, hal. 61
2
Muhammad Abdul Haleem, Understanding the Quran: Themes and Style, London : I.B. Tauris, 1999,
hal. 49
3
Abu Abdul Wadud, "Memahami Hukum Islam: Perspektif Al-Quran." Jurnal Fikih Kontemporer, vol.
12, No. 2, 2022, hlm. 45
pemahaman yang mendalam dan penafsiran yang mendalam untuk diterapkan dengan
benar dalam kehidupan sehari-hari.4
Menurut kaidah ""ال يفقه كل الفقه حتى يرى للقران وجوها, pemahaman tentang hukum
Islam tidak lengkap sampai seseorang dapat melihat berbagai interpretasi Al-Qur'an
yang mendasarinya. Hal ini menekankan betapa pentingnya memahami Al-Qur'an
secara menyeluruh dan menggali berbagai dimensi dan konteksnya. Dengan
memperhatikan berbagai interpretasi Al-Qur'an, seseorang dapat mengembangkan
pemahaman yang lebih mendalam tentang hukum Islam dan menghindari keterbatasan.
Konsep ini mengingatkan kita bahwa Al-Qur'an merupakan sumber utama dalam
menentukan hukum Islam, tetapi pemahaman orang tentangnya berbeda-beda
tergantung pada konteks, budaya, dan ilmu pengetahuan mereka. Akibatnya, sangat
penting bagi para pemangku kepentingan Islam, termasuk ulama, cendekiawan, dan
masyarakat umum, untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang Al-Qur'an
dengan mempelajari tafsir-tafsir yang berbeda.5
Salah satu prinsip penting dalam memahami agama Islam adalah prinsip " ال يفقه
كل الفقه حتى يرى للقران وجوها." Memahami bahwa Al-Quran adalah wahyu yang diturunkan
dalam konteks sejarah dan sosial tertentu memungkinkan seseorang untuk menghindari
kesalahpahaman dan penafsiran yang sempit. Dengan melihat konteks ini, seseorang
dapat lebih memahami makna dan tujuan hukum agama, yang memungkinkan untuk
menerapkannya dengan bijaksana dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, prinsip ini
mengajarkan pentingnya berpikir dan merenungkan Al-Quran. Tidak hanya memahami
teks secara literal, tetapi juga mencari dan merenungkan berbagai aspek Al-Quran dapat
membantu seseorang memperoleh pemahaman yang lebih mendalam dan menyeluruh
tentang apa yang diajarkan Islam. Ini membantu mengembangkan kesadaran moral dan
spiritual yang lebih baik.6
B. Dalil Qai’dah
1. Al-Qur’an
Kaidah " "ال يفقه كل الفقه حتى يرى للقران وجوهاmerupakan prinsip yang menekankan
pentingnya memahami Alquran secara menyeluruh sebelum mengklaim
4
Ibn Qayyim al-Jauziyah, I'lam al-Muwaqqi'in 'an Rabb al-'Alamin, Beirut : Daar al-Kutub al-Ilmiyah,
1996, Jilid 1, hal. 53
5
Shaikh Muhammad Al-Mutawalli, "Explaining the Hadith, ‘Not Everyone Who Possesses Knowledge
of Fiqh Knows (the Fiqh).’" Islam Q&A. https://islamqa.info/en/answers/203245/explaining-the-hadith-not-
everyone-who-possesses-knowledge-of-fiqh-knows-the-fiqh, Accessed January 2022.
6
Abu Muhammad Ali Ibn Ahmad Ibn Sa’id Ibn Hazm, Ma’rifat al-Nasikh wa al-Mansukh, Hasyiyah
kitab Jalal al-Din al-Suyuthi, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim (Indonesia: Dar Ihya’ al-‘Arabiyah, t.t), hal. 390
7
Abu A’la Al-Maududi, The Meaning of The Qur’an, (Lahore: Islamic Publication (Pvt) Limited, 1994),
hal. 28-30
pemahaman yang mendalam dalam bidang fikih. Ayat Alquran yang mendukung
kaidah ini antara lain adalah Surah An-Nisa ayat 82, Allah berfirman :
Ayat ini menegaskan bahwa Alquran adalah sumber utama hukum Islam, dan
pemahaman yang benar terhadapnya merupakan fondasi yang diperlukan untuk
memahami fikih secara menyeluruh. Prinsip ini juga diperkuat oleh Surah Ali
Imran ayat 7, Allah Berfirman :
َب َوأُخ َُر ُمت َ ْشهتُ فَأ َ َّما الَّذِينَ فِي قُلُوبِ ِه ْم زَ ْي ٌغ فَيَتَّبِعُ ْون ِ َب مِ ْنهُ ايْتُ ت ُ ْح َك ْمتُ ه َُّن أ ُ ُّم ْال ِك ٰت َ علَيْكَ ْال ِكت َ ه َُو الَّذِي أ َ ْنزَ َل
الر ِسخ َْونَ فِي ْالع ِْل ِم يَقُ ْولُ ْونَ آ َمنَّا بِ ِه ُك ٌّل ِم ْن ُ َّ َما تَشَابَهَ مِ ْنهُ ا ْبتِغَا َء ْال ِفتْنَ ِة َوا ْبتِغَا َء ت َأ ْ ِوي ِل ِه َو َما يَ ْعلَ ُم ت َأ ْ ِويلَةً إِ َّال
َّ َّللا َو
ِ ِع ْن ِد َربِنَا َو َما يَذَّ َّك ُر إِ َّال أُولُوا ْاْل َ ْلبَا
ب
Ayat ini menggarisbawahi pentingnya bagi mereka yang mendalami ilmu untuk
memahami kedalaman Alquran dan tidak terjebak dalam penafsiran yang keliru
atau terjerumus dalam fitnah.
2. Hadits
Nabi Muhammad saw. dalam beberapa hadits menekankan pentingnya
memahami Al-Qur'an secara holistik dan mendalam. Sebagai contoh, dalam sebuah
riwayat disebutkan bahwa Nabi bersabda,
سنَة ِ َّ َاب
ُ َّللا َو َ ََضلُّوا بَ ْع َدهُ إِ ِن ا ْعت
َ ص ْمت ُ ْم بِ ِه ِكت ِ « َوقَ ْد ت ََر ْكتُ فِي ُك ْم َما لَ ْن ت:قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
]نَبِي ِه » [أخرجه مسلم والحاكم
“Sungguh telah aku tinggalkan pada kalian sesuatu yang tidak akan menjadikan
kalian tersesat selagi kalian berpegang teguh denganya yaitu al-Qur’an dan Sunah
nabi-Nya“. HR Muslim 10
8
Terjemahan Surah An-Nisa’ ayat 82, Kemenag RI/NU Online
9
Terjemahan Surah Ali Imran ayat 7, Kemenag/NU Online
10
Abu al-Husein Muslim an-Naisabury, Al-Jami’ ash-Shahih, No: 1218
Selain itu, Hadits yang menjadi penguat dan merujuk pada kaidah ini adalah
salah satu hadits yang menceritakan kisah Nabi SAW dengan Muadz bin Jabal ra,
َ َض لَكَ ق
ضا ٌء َ ع َر َ ضي إِذَا َ ث ُمعَاذًا إِلَى ْاليَ َم ِن قَا َل َكي
ِ ْف ت َ ْق َ َسلَّ َم لَ َّما أ َ َرا َد أ َ ْن يَ ْبع
َ علَ ْي ِه َو ُ َّ صلَّى
َ َّللا ِ َّ سو َل
َ َّللا ُ أ َ َّن َر
سلَّ َم قَا َل فَإِ ْن لَ ْم
َ علَ ْي ِه َو ُ َّ صلَّى
َ َّللا ِ َّ سو ِل
َ َّللا ُ سنَّ ِة َر
ُ َِّللا قَا َل فَب
ِ َّ ب ِ َّللا قَا َل فَإِ ْن لَ ْم ت َِج ْد فِي ِكت َا ِ َّ ب
ِ ضي بِ ِكت َا ِ قَا َل أ َ ْق
َّللا قَا َل أَ ْجت َ ِه ُد َرأْيِي
ِ َّ بِ سلَّ َم َو َال فِي ِكتَا
َ علَ ْي ِه َو ُ َّ صلَّى
َ َّللا ُ سنَّ ِة َر
ِ َّ سو ِل
َ َّللا ُ ت َِج ْد فِي
“Rasulullah SAW bersabda kepada Mu’adz bin Jabal: Bagaimana kamu akan
memutuskan perkara jika dihadapkan pada suatu persoalan hukum? Mu’adz
menjawab: saya akan memutuskannya berdasarkan kitab Allah (al-Qur’an).
Rasulullah bersabda: jika kamu tidak menjumpainya dalam al-Qur’an?. Mu’adz
menjawab: maka berdasarkan pada sunnah Rasul. Rasulullah bersabda: jika tidak
menjumpainya juga dalam sunnah Rasul? Muadz menjawab: saya akan
berijtihadberdasarkan akal pikiran saya.” (HR Imam Abu Dawud)11
Melihat percakapan di atas antara Nabi kepada Muadz, maka dapat dipahami
bahwa utamanya adalah al-Qur’an baru kemudian hadis. Percakapan tersebut juga
diperlukan bagi mujtahid apabila merujuk sebuah hukum haruslah berpedoman
pada alQur’an sebelum mengambil pedoman dari Sunnah nabi, jika tidak
ditemukan maka diperbolehkan mengambil dari Sunnah-sunnah Nabi.12
ََّللا َال يُحِ بُّ ۡال ُمعۡ تَد ِۡين ُ ت َم ٰۤا ا َ َح َّل ه
َ َّللا لَـ ُك ۡم َو َال ت َعۡ تَد ُۡوا ا َِّن ه َ ٰٰۤيـاَيُّ َها الَّذ ِۡينَ ٰا َمنُ ۡوا َال ت ُ َح ِر ُم ۡوا
ِ طيِ ٰب
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengharamkan apa yang baik
yang telah dihalalkan Allah kepadamu, dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas (87). Dan
makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai rezeki yang halal dan
baik, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada- Nya. (88) “
11
Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, No. 3119
12
Abu Yasid, “Hubungan Simbiotik al-Qur’an dan Hadis dalam Membentuk Diktum-Diktum Hukum,”
Jurnal Tsaqafah 7, 1 (2011): 141.
13
Wahbah Zuhaili, Tafsir Al-Munir, Jakarta: Gema Insani, 2013, Jilid. 4, hal. 41
Disebutkan dalam hadits, diriwayatkan dari ad-Darami, dari Nabi saw, Beliau
bersabda
َّ اَنَا لَ ْم ا ُ ْؤ َم ْر ِب
الر ْهبَانِيَّ ِة
“Aku tidak pernah diperintahkan untuk hidup ala rahib." (HR ad-Darimi)
Kesimpulan
Kaidah " "ال يفقه كل الفقه حتى يرى للقران وجوهاmenekankan pentingnya pemahaman
yang mendalam terhadap Al-Quran dalam berbagai konteks dan pandangan yang
berbeda sebelum mengklaim pemahaman yang mendalam dalam bidang fiqih. Oleh
karena itu, sebagai umat Islam, kita diingatkan untuk tidak terjebak dalam penafsiran
yang sempit atau ekstrem, melainkan memperhatikan konteks, budaya, dan ilmu
pengetahuan dalam memahami Al-Quran. Dengan demikian, kita dapat mencapai
pemahaman yang lebih mendalam dan komprehensif tentang ajaran Islam, yang akan
membimbing kita dalam menjalani kehidupan yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan
menjauhi sikap ekstremisme atau kesesatan.
DAFTAR PUSTAKA
al-Jauziyah, I. Q. (1996). I'lam al-Muwaqqi'in Rabb al-Alamin . Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.
Al-Maududi, A. A. (1994). The Meaning of The Quran. Lahore: Islamic Publication
(Pvt) Limited.
al-Mutawalli, S. M. (n.d.). Explaining the Hadith, 'Not Everyone Who Possesses
Knowledge of Fiqh Knows (the Fiqh). Retrieved from Islam Q&A:
https://islamqa.info/en/answers/203245/explaining-the-hadith-not-everyone-who-possesses
knowledge-of-fiqh-knows-the-fiqh.
an-Naisabury, A. a.-H. (n.d.). Al-Jami' ash-Shahih .
Dawud, A. (n.d.). Sunan Abu Dawud (Vol. No. 3119).
Haleem, M. A. (1999). Understanding the Quran : Themes and Style . London: I.B Tauris.
Hazm, A. M. (n.d.). Ma'rifat Nasikh wa al-Mansukh . Dar Ihya al-Arabiyah .
Wadud, A. A. (2022). Memahami Hukum Islam : Perspektif Al-Qur'an . Jurnal Fikih
Kontemporer.
Yasid, A. (2011). Hubungan Simbiotik al-Qur'an dan Hadits dalam Membentuk
Diktum-Diktum Hukum . Jurnal Tsaqafah .
Zahrah, M. A. (1948). Usul al-Fiqh : Metode Penafsiran Hukum Islam . Beirut: Dar al-
Fikr al-Arabi .
Zuhaili, W. (2013). Tafsir Al-Munir . Jakarta: Gema Insani.