Anda di halaman 1dari 7

QAIDAH :

ِ ‫ال يَ ْفقَهُ ُك َّل ا ْل ِف ْق ِه َحتَّى ي ََرى ِل ْلقُ ْر‬


‫آن ُو ُجوهًا‬
ABSTRAK
Artikel ini membahas kaidah "‫ "ال يفقه كل الفقه حتى يرى للقران وجوها‬yang berasal dari tradisi
keilmuan Islam. Kaidah ini menggarisbawahi pentingnya memahami Al-Qur'an secara
mendalam untuk dapat benar-benar memahami fiqh atau hukum Islam. Penulis menguraikan
konsep kaidah tersebut serta relevansinya dalam konteks pemahaman dan aplikasi hukum
Islam. Metode penelitian ini menggunakan metode kepustakaan (Library Research). Dalam
tulisan ini, penulis juga menyajikan diskusi tentang bagaimana kaidah ini memengaruhi
interpretasi dan penerapan hukum Islam dalam berbagai konteks. Artikel ini berupaya untuk
menyediakan pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara pemahaman Al-Qur'an dan
praktik fiqh dalam tradisi keilmuan Islam.
Kata Kunci : Kaidah, Fiqih, Al-qur’an
ABSTRACT
This article discusses the rule "‫ "ال يفقه كل الفقه حتى يرى للقران وجوها‬which comes from the Islamic
scientific tradition. This rule underscores the importance of understanding the Qur'an in depth
to truly understand fiqh or Islamic law. The author explains the concept of these rules and their
relevance in the context of understanding and applying Islamic law. This research method uses
the library method (Library Research). In this article, the author also discusses how these rules
influence the interpretation and application of Islamic law in various contexts. This article
seeks to provide a better understanding of the relationship between understanding the Qur'an
and the practice of fiqh in the Islamic scientific tradition.
Keywords: Rules, Fiqh, Al-Qur'an
Pendahuluan
Dalam pandangan banyak ulama, memahami Al-Quran bukanlah tujuan akhir, tetapi
merupakan langkah awal dalam memahami dan mengembangkan hukum Islam secara
menyeluruh. Melalui pendekatan yang holistik terhadap sumber-sumber hukum Islam,
termasuk Al-Quran, hadis, dan prinsip-prinsip ijma (kesepakatan) dan qiyas (analogi), para
cendekiawan agama dapat menghasilkan pemahaman yang lebih dalam dan kontekstual
tentang fiqih Islam. 1
Pentingnya memahami Al-Quran dalam konteks penafsiran hukum Islam tidak hanya
tercermin dalam karya-karya ulama klasik, tetapi juga menjadi fokus utama dalam berbagai
studi kontemporer. Berbagai penelitian dan kajian telah dilakukan untuk menggali berbagai
dimensi Al-Quran, mulai dari aspek linguistik, historis, hingga kontekstual, guna
memperdalam pemahaman terhadap teks suci tersebut. Dengan pemahaman yang lebih
mendalam terhadap Al-Quran, diharapkan masyarakat Muslim dapat merumuskan hukum-
hukum yang lebih sesuai dengan nilai-nilai Islam yang sejati dan relevan dengan perubahan
zaman.2
Hal ini penting mengingat kompleksitas ajaran Islam dan kebutuhan akan interpretasi
yang tepat dalam konteks zaman dan situasi yang berubah. Menelusuri ayat-ayat Al-Quran
serta memahami konteks historis dan budaya di baliknya menjadi esensial dalam menegakkan
hukum Islam yang adil dan relevan bagi masyarakat kontemporer.3 Artikel ini, akan mengulas
lebih lanjut tentang kaidah "‫ "ال يفقه كل الفقه حتى يرى للقران وجوها‬dan relevansinya dalam konteks
pemahaman Al-Quran. Kami akan menyajikan tinjauan yang mendalam tentang bagaimana
para ulama dan cendekiawan Islam menggunakan prinsip ini dalam menafsirkan dan
memahami berbagai aspek ajaran Al-Quran.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengunakan metode penelitian Maktabi atau kepustakaan
(Libarary Research) yaitu berupa penelaahan dalam beberapa buku baik berbahasa Indonesia,
Inggris ataupun berbahasa Arab juga artikel dan beberapa jurnal yang membahas secara detail
tentang kaidah tafsir, yaitu setiap orang yang menafsirkan al-Qur’an, maka ia harus menguasai
Ilmu Tafsir.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Makna Qai’dah
Kaidah "‫ "ال يفقه كل الفقه حتى يرى للقران وجوها‬secara harfiah berarti "Tidak semua
orang memahami sepenuhnya fiqh hingga ia melihat berbagai wajah Al-Quran".
Artinya, untuk memahami agama Islam dengan benar, seseorang harus memahami Al-
Quran dalam berbagai konteks dan pandangan yang berbeda. Ini menekankan betapa
pentingnya memahami tidak hanya teks Al-Quran secara literal, tetapi juga memahami
konteksnya dan pendapat para ulama. Ini karena Al-Quran sering kali memerlukan

1
Muhammad Abu Zahrah. Usul al-Fiqh: Metode Penafsiran Hukum Islam, Beirut : Dar al-Fikr al-Arabi,
1948, hal. 61
2
Muhammad Abdul Haleem, Understanding the Quran: Themes and Style, London : I.B. Tauris, 1999,
hal. 49
3
Abu Abdul Wadud, "Memahami Hukum Islam: Perspektif Al-Quran." Jurnal Fikih Kontemporer, vol.
12, No. 2, 2022, hlm. 45
pemahaman yang mendalam dan penafsiran yang mendalam untuk diterapkan dengan
benar dalam kehidupan sehari-hari.4

Menurut kaidah "‫"ال يفقه كل الفقه حتى يرى للقران وجوها‬, pemahaman tentang hukum
Islam tidak lengkap sampai seseorang dapat melihat berbagai interpretasi Al-Qur'an
yang mendasarinya. Hal ini menekankan betapa pentingnya memahami Al-Qur'an
secara menyeluruh dan menggali berbagai dimensi dan konteksnya. Dengan
memperhatikan berbagai interpretasi Al-Qur'an, seseorang dapat mengembangkan
pemahaman yang lebih mendalam tentang hukum Islam dan menghindari keterbatasan.
Konsep ini mengingatkan kita bahwa Al-Qur'an merupakan sumber utama dalam
menentukan hukum Islam, tetapi pemahaman orang tentangnya berbeda-beda
tergantung pada konteks, budaya, dan ilmu pengetahuan mereka. Akibatnya, sangat
penting bagi para pemangku kepentingan Islam, termasuk ulama, cendekiawan, dan
masyarakat umum, untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang Al-Qur'an
dengan mempelajari tafsir-tafsir yang berbeda.5

Salah satu prinsip penting dalam memahami agama Islam adalah prinsip " ‫ال يفقه‬
‫كل الفقه حتى يرى للقران وجوها‬." Memahami bahwa Al-Quran adalah wahyu yang diturunkan
dalam konteks sejarah dan sosial tertentu memungkinkan seseorang untuk menghindari
kesalahpahaman dan penafsiran yang sempit. Dengan melihat konteks ini, seseorang
dapat lebih memahami makna dan tujuan hukum agama, yang memungkinkan untuk
menerapkannya dengan bijaksana dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, prinsip ini
mengajarkan pentingnya berpikir dan merenungkan Al-Quran. Tidak hanya memahami
teks secara literal, tetapi juga mencari dan merenungkan berbagai aspek Al-Quran dapat
membantu seseorang memperoleh pemahaman yang lebih mendalam dan menyeluruh
tentang apa yang diajarkan Islam. Ini membantu mengembangkan kesadaran moral dan
spiritual yang lebih baik.6

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kaidah ini mengandung makna


mendalam yang mengajarkan bahwa pemahaman agama tidaklah sempurna hanya
dengan menguasai berbagai ilmu keagamaan secara kuantitatif. Melainkan,
pemahaman yang mendalam terhadap ajaran agama harus disertai dengan pemahaman
yang luas terhadap konteks Al-Quran itu sendiri. Dengan memperhatikan berbagai
sudut pandang Al-Quran, seseorang dapat mencapai pemahaman yang lebih mendalam
dan komprehensif terhadap ajaran Islam.7

B. Dalil Qai’dah
1. Al-Qur’an
Kaidah "‫ "ال يفقه كل الفقه حتى يرى للقران وجوها‬merupakan prinsip yang menekankan
pentingnya memahami Alquran secara menyeluruh sebelum mengklaim

4
Ibn Qayyim al-Jauziyah, I'lam al-Muwaqqi'in 'an Rabb al-'Alamin, Beirut : Daar al-Kutub al-Ilmiyah,
1996, Jilid 1, hal. 53
5
Shaikh Muhammad Al-Mutawalli, "Explaining the Hadith, ‘Not Everyone Who Possesses Knowledge
of Fiqh Knows (the Fiqh).’" Islam Q&A. https://islamqa.info/en/answers/203245/explaining-the-hadith-not-
everyone-who-possesses-knowledge-of-fiqh-knows-the-fiqh, Accessed January 2022.
6
Abu Muhammad Ali Ibn Ahmad Ibn Sa’id Ibn Hazm, Ma’rifat al-Nasikh wa al-Mansukh, Hasyiyah
kitab Jalal al-Din al-Suyuthi, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim (Indonesia: Dar Ihya’ al-‘Arabiyah, t.t), hal. 390
7
Abu A’la Al-Maududi, The Meaning of The Qur’an, (Lahore: Islamic Publication (Pvt) Limited, 1994),
hal. 28-30
pemahaman yang mendalam dalam bidang fikih. Ayat Alquran yang mendukung
kaidah ini antara lain adalah Surah An-Nisa ayat 82, Allah berfirman :

ً ‫َّللا لَ َو َجدُوا فِ ْي ِه ا ْخت ََِلفًا َكث‬


‫ِير‬ َ ‫أَفَ ََل يَت َ َدب َُّر ْونَ ْالقُ ْرآنَ َولَ ْو َكانَ مِ ْن ِع ْن ِد‬
ِ َّ ‫غي ِْر‬

“Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) Al-Qur'an? Sekiranya (Al-


Qur'an) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang
bertentangan di dalamnya.” 8

Ayat ini menegaskan bahwa Alquran adalah sumber utama hukum Islam, dan
pemahaman yang benar terhadapnya merupakan fondasi yang diperlukan untuk
memahami fikih secara menyeluruh. Prinsip ini juga diperkuat oleh Surah Ali
Imran ayat 7, Allah Berfirman :

َ‫ب َوأُخ َُر ُمت َ ْشهتُ فَأ َ َّما الَّذِينَ فِي قُلُوبِ ِه ْم زَ ْي ٌغ فَيَتَّبِعُ ْون‬ ِ ‫َب مِ ْنهُ ايْتُ ت ُ ْح َك ْمتُ ه َُّن أ ُ ُّم ْال ِك ٰت‬ َ ‫علَيْكَ ْال ِكت‬ َ ‫ه َُو الَّذِي أ َ ْنزَ َل‬
‫الر ِسخ َْونَ فِي ْالع ِْل ِم يَقُ ْولُ ْونَ آ َمنَّا بِ ِه ُك ٌّل ِم ْن‬ ُ َّ ‫َما تَشَابَهَ مِ ْنهُ ا ْبتِغَا َء ْال ِفتْنَ ِة َوا ْبتِغَا َء ت َأ ْ ِوي ِل ِه َو َما يَ ْعلَ ُم ت َأ ْ ِويلَةً إِ َّال‬
َّ ‫َّللا َو‬
ِ ‫ِع ْن ِد َربِنَا َو َما يَذَّ َّك ُر إِ َّال أُولُوا ْاْل َ ْلبَا‬
‫ب‬

“Dialah yang menurunkan Kitab (Al- Qur'an) kepadamu (Muhammad). Di


antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok Kitab (Al-Qur'an)
dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang- orang yang dalam hatinya condong
pada kesesatan, mereka mengikuti yang mutasyabihat untuk mencari-cari fitnah
dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya
kecuali Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, "Kami beriman
kepadanya (Al-Qur'an), semuanya dari sisi Tuhan kami." Tidak ada yang dapat
mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal.” 9

Ayat ini menggarisbawahi pentingnya bagi mereka yang mendalami ilmu untuk
memahami kedalaman Alquran dan tidak terjebak dalam penafsiran yang keliru
atau terjerumus dalam fitnah.

2. Hadits
Nabi Muhammad saw. dalam beberapa hadits menekankan pentingnya
memahami Al-Qur'an secara holistik dan mendalam. Sebagai contoh, dalam sebuah
riwayat disebutkan bahwa Nabi bersabda,

‫سنَة‬ ِ َّ ‫َاب‬
ُ ‫َّللا َو‬ َ َ‫َضلُّوا بَ ْع َدهُ إِ ِن ا ْعت‬
َ ‫ص ْمت ُ ْم بِ ِه ِكت‬ ِ ‫ « َوقَ ْد ت ََر ْكتُ فِي ُك ْم َما لَ ْن ت‬:‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
]‫نَبِي ِه » [أخرجه مسلم والحاكم‬

“Sungguh telah aku tinggalkan pada kalian sesuatu yang tidak akan menjadikan
kalian tersesat selagi kalian berpegang teguh denganya yaitu al-Qur’an dan Sunah
nabi-Nya“. HR Muslim 10

8
Terjemahan Surah An-Nisa’ ayat 82, Kemenag RI/NU Online
9
Terjemahan Surah Ali Imran ayat 7, Kemenag/NU Online
10
Abu al-Husein Muslim an-Naisabury, Al-Jami’ ash-Shahih, No: 1218
Selain itu, Hadits yang menjadi penguat dan merujuk pada kaidah ini adalah
salah satu hadits yang menceritakan kisah Nabi SAW dengan Muadz bin Jabal ra,

َ َ‫ض لَكَ ق‬
‫ضا ٌء‬ َ ‫ع َر‬ َ ‫ضي إِذَا‬ َ ‫ث ُمعَاذًا إِلَى ْاليَ َم ِن قَا َل َكي‬
ِ ‫ْف ت َ ْق‬ َ َ‫سلَّ َم لَ َّما أ َ َرا َد أ َ ْن يَ ْبع‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو َل‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫أ َ َّن َر‬
‫سلَّ َم قَا َل فَإِ ْن لَ ْم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو ِل‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫سنَّ ِة َر‬
ُ ِ‫َّللا قَا َل فَب‬
ِ َّ ‫ب‬ ِ ‫َّللا قَا َل فَإِ ْن لَ ْم ت َِج ْد فِي ِكت َا‬ ِ َّ ‫ب‬
ِ ‫ضي بِ ِكت َا‬ ِ ‫قَا َل أ َ ْق‬
‫َّللا قَا َل أَ ْجت َ ِه ُد َرأْيِي‬
ِ َّ ‫ب‬ِ ‫سلَّ َم َو َال فِي ِكتَا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫سنَّ ِة َر‬
ِ َّ ‫سو ِل‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫ت َِج ْد فِي‬

“Rasulullah SAW bersabda kepada Mu’adz bin Jabal: Bagaimana kamu akan
memutuskan perkara jika dihadapkan pada suatu persoalan hukum? Mu’adz
menjawab: saya akan memutuskannya berdasarkan kitab Allah (al-Qur’an).
Rasulullah bersabda: jika kamu tidak menjumpainya dalam al-Qur’an?. Mu’adz
menjawab: maka berdasarkan pada sunnah Rasul. Rasulullah bersabda: jika tidak
menjumpainya juga dalam sunnah Rasul? Muadz menjawab: saya akan
berijtihadberdasarkan akal pikiran saya.” (HR Imam Abu Dawud)11

Melihat percakapan di atas antara Nabi kepada Muadz, maka dapat dipahami
bahwa utamanya adalah al-Qur’an baru kemudian hadis. Percakapan tersebut juga
diperlukan bagi mujtahid apabila merujuk sebuah hukum haruslah berpedoman
pada alQur’an sebelum mengambil pedoman dari Sunnah nabi, jika tidak
ditemukan maka diperbolehkan mengambil dari Sunnah-sunnah Nabi.12

C. Praktik dan Contoh Qai’dah


Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Maidah ayat 87-88 :

َ‫َّللا َال يُحِ بُّ ۡال ُمعۡ تَد ِۡين‬ ُ ‫ت َم ٰۤا ا َ َح َّل ه‬
َ ‫َّللا لَـ ُك ۡم َو َال ت َعۡ تَد ُۡوا ا َِّن ه‬ َ ‫ٰٰۤيـاَيُّ َها الَّذ ِۡينَ ٰا َمنُ ۡوا َال ت ُ َح ِر ُم ۡوا‬
ِ ‫طيِ ٰب‬

َ‫َّللا الَّذِي أ َ ْنت ُ ْم بِ ِه ُمؤْ مِ نُ ْون‬


َ َّ ‫طيِبًا َواتَّقُوا‬ ُ َّ ‫َو ُكلُوا مِ َّما َرزَ قَ ُك ُم‬
َ ‫َّللا َح ََل ًال‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengharamkan apa yang baik
yang telah dihalalkan Allah kepadamu, dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas (87). Dan
makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai rezeki yang halal dan
baik, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada- Nya. (88) “

Wahbah Zuhaili dalam tafsirnya, menjelaskan bahwa Ayat ini merupakan


bagian dari prinsip ajaran Islam yang menyeru umatnya untuk bersikap moderat dan
seimbang, toleran, menjauhi sikap ekstrem dalam masalah agama dan tidak melakukan
aktivitas yang dapat menyakiti fisik manusia, juga menjaga kebutuhan- kebutuhan
hidup dan fitrah yang wajar, seperti memenuhi hak ruh dan fisik. Ayat ini menjadi dalil
bahwa pola hidup ala rahib tidak di anjurkan. Penting untuk diingat bahwa Islam adalah
agama yang moderat dan seimbang. Islam tidak mewajibkan umatnya untuk hidup
menyendiri dan meninggalkan dunia, tetapi juga tidak mewajibkan umatnya untuk
hidup sepenuhnya dalam kesenangan duniawi. Islam mengajarkan umatnya untuk
hidup seimbang antara dunia dan akhirat.13

11
Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, No. 3119
12
Abu Yasid, “Hubungan Simbiotik al-Qur’an dan Hadis dalam Membentuk Diktum-Diktum Hukum,”
Jurnal Tsaqafah 7, 1 (2011): 141.
13
Wahbah Zuhaili, Tafsir Al-Munir, Jakarta: Gema Insani, 2013, Jilid. 4, hal. 41
Disebutkan dalam hadits, diriwayatkan dari ad-Darami, dari Nabi saw, Beliau
bersabda

َّ ‫اَنَا لَ ْم ا ُ ْؤ َم ْر ِب‬
‫الر ْهبَانِيَّ ِة‬

“Aku tidak pernah diperintahkan untuk hidup ala rahib." (HR ad-Darimi)

Penafsiran Wahbah Zuhaili diatas mengedepankan aspek-aspek kedisiplinan


ilmu penafsiran al-qur’an dengan membahas sosio-historis ayat, kebahasaan serta
kontekstualnya sehingga menjadikan ayat al-qur’an sebagai produk utama dalam
menerbitkan hukum serta landasan hukum dalam kehidupan sehari-hari seorang
muslim.

Kesimpulan
Kaidah "‫ "ال يفقه كل الفقه حتى يرى للقران وجوها‬menekankan pentingnya pemahaman
yang mendalam terhadap Al-Quran dalam berbagai konteks dan pandangan yang
berbeda sebelum mengklaim pemahaman yang mendalam dalam bidang fiqih. Oleh
karena itu, sebagai umat Islam, kita diingatkan untuk tidak terjebak dalam penafsiran
yang sempit atau ekstrem, melainkan memperhatikan konteks, budaya, dan ilmu
pengetahuan dalam memahami Al-Quran. Dengan demikian, kita dapat mencapai
pemahaman yang lebih mendalam dan komprehensif tentang ajaran Islam, yang akan
membimbing kita dalam menjalani kehidupan yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan
menjauhi sikap ekstremisme atau kesesatan.
DAFTAR PUSTAKA

al-Jauziyah, I. Q. (1996). I'lam al-Muwaqqi'in Rabb al-Alamin . Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.
Al-Maududi, A. A. (1994). The Meaning of The Quran. Lahore: Islamic Publication
(Pvt) Limited.
al-Mutawalli, S. M. (n.d.). Explaining the Hadith, 'Not Everyone Who Possesses
Knowledge of Fiqh Knows (the Fiqh). Retrieved from Islam Q&A:
https://islamqa.info/en/answers/203245/explaining-the-hadith-not-everyone-who-possesses
knowledge-of-fiqh-knows-the-fiqh.
an-Naisabury, A. a.-H. (n.d.). Al-Jami' ash-Shahih .
Dawud, A. (n.d.). Sunan Abu Dawud (Vol. No. 3119).
Haleem, M. A. (1999). Understanding the Quran : Themes and Style . London: I.B Tauris.
Hazm, A. M. (n.d.). Ma'rifat Nasikh wa al-Mansukh . Dar Ihya al-Arabiyah .
Wadud, A. A. (2022). Memahami Hukum Islam : Perspektif Al-Qur'an . Jurnal Fikih
Kontemporer.
Yasid, A. (2011). Hubungan Simbiotik al-Qur'an dan Hadits dalam Membentuk
Diktum-Diktum Hukum . Jurnal Tsaqafah .
Zahrah, M. A. (1948). Usul al-Fiqh : Metode Penafsiran Hukum Islam . Beirut: Dar al-
Fikr al-Arabi .
Zuhaili, W. (2013). Tafsir Al-Munir . Jakarta: Gema Insani.

Anda mungkin juga menyukai