Anda di halaman 1dari 13

ETIKA DALAM

KONSELING
PERTEMUAN KE - 11
Laili Alfita,S.Psi., MM.,M.Psi. Psikolog
Etika Konseling

• berarti suatu aturan yang harus dilakukan


seorang konselor dan hak-hak klien yang
harus dilindungi oleh seorang konselor.
Selama proses konseling berlangsung, seorang
konselor harus bertanggung jawab terhadap
kliennya dan dirinya sendiri.
• Pendapat Craig (1998, p. 81) menyebut ;
• “The term ‘ethics is used in three different but related ways,
signifying 1) a general pattern or way of life, 2) a set rules of conduct
or moral code, 3) inquiry about way of life of rules of conduct”.

Dalam pandangan tersebut etika digunakan dalam tiga bentuk cara yang
berhubungan, yaitu membahas cara hidup manusia dengan pola
umum, membentuk aturan atau kode moral, dan penyelidikan
tentang cara hidup dari bagaimana aturan
diadakan/diselenggarakan.

Berarti etika melingkupi kajian aturan dan tatanan nilai


baik-buruk yang dibentuk, disusun, dilaksanakan, dan ditujukan oleh
suatu sistem sosial maupun sistem keilmuan yang ada. Hubungan etika,
filsafat, dan ilmu pengetahuan digambarkan pada diagram di Gambar
DALAM PERKEMBANGANNYA, ETIKA
DIBAGI DUA :
1) ETIKA
UMUM
2) ETIKA ETIKA
KHUSUS INDIVIDUAL
ETIKA
SOSIAL
DASAR KODE ETIK PROFESI
BIMBINGAN DAN KONSELING

O 1. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.


O 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
O 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (pasal 28 ayat 1,
2 dan 3 tentang standar pendidik dan tenaga kependidikan)
O 4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Konselor.
O 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun
2008 tentang Guru
TUJUAN KODE ETIK

Ada tujuan tertentu kenapa kode etik profesi


diterapkan.
Tujuan dimaksud adalah:
O Menjunjung tinggi martabat profesi;
O Melindungi pihak yang menjadi layanan profesi dari
perbuatan mal-praktik;
O Meningkatkan kualitas profesi;
O Menjaga status profesi;
O Menegakkan ikatan antara tenaga professional
dengan profesi yang disandangnya
KUALIFIKASI DAN KEGIATAN PROFESIONAL
KONSELOR

KUALIFIKASI
• Konselor yang tergabung dalam Asosiasi
Bimbingan dan Konseling Indonesia harus
memiliki
• (1) nilai, sikap, keterampilan, pengetahuan dan
wawasan dalam bidang profesi konseling, dan
• (2) Pengakuan atas kemampuan, dan
kewenangan sebagai konselor.
1) Nilai, Sikap, Pengetahuan, Wawasan, Keterampilan
• Agar dapat memahami orang lain dengan sebaik-baiknya, konselor harus terus-menerus
berusaha mengembangkan dan menguasai dirinya. Ia harus mengerti kekurangan dan
prasangka-prasangka pada dirinya sendiri, yang dapat mempengaruhi hubungannya
dengan orang lain dan mengakibatkan rendahnya layanan mutu profesional serta
merugikan orang lain.
• Dalam melakukan tugasnya membantu klien, konselor harus memperlihatkan sifat-sifat
sederhananya, rendah hati, sabar, menepati janji, dapat dipercaya, jujur, tertib, dan hormat.
• Konselor harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap saran dan peringatan yang
diberikan kepadanya, khususnya dari rekan-rekan seprofesi dalam hubungannya dengan
pelaksanaan ketentuan-ketentuan tingkah laku profesional sebagaimana diatur dalam kode
etik ini.
• Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus mengusahakan mutu kerja yang
setinggi mungkin, kepentingan pribadi, termasuk keuntungan finansial dan material tidak
diutamakan.
• Konselor harus terampil menggunakan teknik-teknik dan prosedur-prosedur khusus yang
dikembangkan tas dasar wawasan yang luas dan kaidah-kaidah ilmiah.
2) Pengakuan Wewenang
Untuk dapat bekerja sebagai konselor atau guru pembimbing, diperlukan
pengakuan keahlian dan kewenangan oleh badan khusus yang dibentuk oleh
organisasi profesi atas dasar wewenang yang diberikannya oleh pemerintah.
.
Prinsip Etika Psikolog (Konselor)
• A. Competence (Kemampuan)
• Psikolog harus benar-benar melakukan tugasnya sebaik mungkin (sebaik-
baiknya). Ia menyadari bahwa batasan dirinya bergantung pada bidang yang
sudah dipelajari dan diterimanya. Ia menyadari bahwa kelompok yang berbeda
membutuhkan penanganan secara berbeda pula. Ia harus senantiasa bersedia
belajar.
• B. Integrity (Integritas)
• Ia perlu memelihara integritas pribadi: jujur, adil, dan menghormati orang lain,
mengerti nilai-nilai kehidupan, keinginan-keinginan, dan keterbatasan diri
pribadinya.
• C. Profesional and Scientific Responsibility (Tanggung Jawab Profesional
dan Ilmiah)
• Ia harus memiliki tanggung jawab profesional. Tidak bertindak sembarangan.
Perlu berkonsultasi dengan orang-orang atau lembaga yang berpengalaman dan
lebih profesional. Tentang moralitas, psikolog boleh meyakini nilai-nilai itu tetapi
tidak boleh merusak terapi. Nilai hidup pribadinya tidak boleh merusak kualitas
pekerjaannya. Misalnya, jika ia seorang lesbian, ia tidak boleh memaksakan
kliennya agar bersikap permisif terhadap perilaku lesbian. Setiap psikolog harus
memerhatikan rekan sekerjanya. Jika ia mengetahui ada yang nakal, ia harus
melaporkan rekannya untuk diproses pencabutan izin bekerjanya.
STANDAR ETIKA

1. Boundaries of Competence
Kita hanya memberikan layanan yang sesuai dengan training dan
pendidikan yang kita terima dan pelajari.

2. Describing the Nature and Results of Psychological Services:


(a) Beritahukan klien apa yang akan kita berikan dan lakukan kepadanya.
Setelah selesai, kita wajib memberitahukan kepadanya, supaya ia tidak
merasa dirugikan.
(b) Jika kita bekerja untuk suatu lembaga dan diwajibkan melapor kepada
lembaga itu, kita harus meminta izin kepada klien.

• 3. Sexual Harrasment (pelecehan seksual):


• (a) Tidak boleh melakukan pelecehan seksual, memikat klien secara seksual, dan
atau berperilaku yang bermuatan seksual.
• (b) Kita tidak boleh membedakan klien berdasarkan jenis kelamin.
STANDAR ETIKA
• 4. Personal Problems and Conflics:
• (a) Kita tidak boleh membahayakan klien karena masalah diri kita sendiri (misalnya,
kita sedang marah kepada istri di rumah, lalu marah kepada klien).
• (b) Jika mempunyai masalah pribadi, segera cari pertolongan (jangan terlalu lama).
Sementara itu, berhentilah sementara sebagai konselor.

• 5. Avoiding Harm
Kita tidak boleh merugikan klien. Harus menghindari gangguan

• 6. Misuse of Psychologists' Influence


• Kita tidak boleh memberikan pengaruh untuk menekan klien. Misalnya, memberi
pertimbangan yang keliru demi kepentingan kita

• 7. Multiple relationships
• Kita tidak bisa menghindari persahabatan dengan klien, namun jangan sampai
persahabatan itu mengganggu dan merugikan proses terapi kita. Bila perlu, jagalah
jarak dengan klien.
STANDAR ETIKA

• 8. Barter (With Patient or Clients)


• Dalam terapi yang serius, jangan menerima kado atau hadiah dalam bentuk
apa pun. Pemberian yang bersifat tidak anti-teraupetik (membangun) boleh
diterima dan harus dijaga agar tidak mengekploitasi hubungan itu.

• Sumber
• Halaman: 389 – 399,Judul Buku: Perlengkapan Seorang Konselor Pengarang: Julianto
Simanjuntak Penerbit: Layanan Konseling Keluarga dan Karir (LK3), Kota: Jakarta
Tahun: 2007
SAMPAI JUMPA

Anda mungkin juga menyukai