Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN

ANALISIS DAN EVALUASI


PROGRAM INTERVENSI GIZI
FORTIFIKASI MIKRONUTRIEN
Fe PADA TEPUNG TERIGU
Dosen Pengampu : Dr. Herta Mastahlina, SKM, MPH
Disusun Oleh
Kelompok 7:

Naomi Hasianna P01031221146

Nadhirah Nur Afina P01031221143

Rina Kesuma P01031221152

Rizki Khairani P01031221155

Ruth Gracemasari P01031221159


Latar belakang
Pengertian
Fortifikasi mikronutrien merupakan strategi kesehatan masyarakat
yang penting dalam memerangi kekurangan gizi. Kekurangan mikronutrien,
seperti vitamin dan mineral, dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan,
termasuk gangguan pertumbuhan, penurunan fungsi imun, dan peningkatan
risiko penyakit kronis. Fortifikasi makanan dengan mikronutrien esensial adalah
cara efektif untuk meningkatkan status gizi populasi tanpa mengubah pola
konsumsi makanan yang sudah ada.
Tujuan
Tujuan utama dari program intervensi fortifikasi mikronutrien adalah
untuk mengurangi prevalensi kekurangan mikronutrien di populasi. Dengan
menambahkan nutrisi penting ke dalam makanan yang sering dikonsumsi, seperti
garam yang difortifikasi dengan yodium atau tepung yang difortifikasi dengan zat
besi, program ini bertujuan untuk mencapai cakupan yang luas dan memberikan
manfaat kesehatan yang signifikan.
Metodologi
Penelitian ini menggunakan data primer sebagai sumber utama
informasi untuk mengevaluasi efektivitas fortifikasi zat besi (Fe) pada tepung terigu.
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan untuk mengukur dampak fortifikasi zat besi pada tepung terigu.
Sampel tepung terigu difortifikasi dengan zat besi pada berbagai konsentrasi sesuai
dengan standar fortifikasi nasional dan internasional, diambil dari berbagai pabrik
pengolahan tepung terigu di wilayah penelitian. Proses fortifikasi dilakukan dengan
menambahkan senyawa zat besi yang telah disetujui, seperti ferrous sulfate atau
ferrous fumarate, ke dalam tepung terigu dalam proporsi yang telah ditentukan, dan
pencampuran dilakukan secara homogen untuk memastikan distribusi zat besi yang
merata.
Hasil analis
Berdasarkan data tersebut, prevalensi anemia paling tinggi terdapat pada
kelompok umur di bawah 25 tahun dengan persentase 34,6% dan interval kepercayaan
95% antara 29,3-40%. Kelompok umur 25-34 tahun memiliki prevalensi
sebesar 31,4% dengan interval kepercayaan 25,5-38%, sementara kelompok 35-44
tahun dan 45 tahun ke atas memiliki prevalensi yang jauh lebih rendah,
yaitu 9% dan 2,4% dengan interval kepercayaan masing-masing 6-13% dan 1,6-3,5%.

Dari sisi pendidikan, wanita yang tidak sekolah menunjukkan prevalensi


anemia tertinggi yaitu 68%, diikuti oleh mereka yang tamat SD dengan 49%.
Prevalensi menurun pada wanita dengan pendidikan yang lebih tinggi,
dengan 26,4% untuk yang tamat SMP, 30,7% untuk yang tamat SMA, 18,4% untuk
yang tamat D1-D3/PT, dan hanya 8% pada wanita yang tamat PT.
Untuk status pekerjaan, 57% wanita yang
masih sekolah mengalami anemia, sedangkan 31,7% wanita yang tidak
bekerja juga mengalami kondisi yang sama. Di antara wanita yang
bekerja, prevalensi anemia terendah terdapat
pada PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD dengan hanya 0,8%,
dan 14% pada pegawai swasta. Catatan “N Terimbang <50”
mengindikasikan bahwa jumlah sampel untuk kategori tertentu kurang
dari 50, yang dapat mempengaruhi keakuratan statistik untuk kelompok
tersebut.
Interpretasi Hasil
Analisis
Berdasarkan data SKI 2023, Prevalensi anemia pada ibu hamil masih tinggi di
Indonesia. Pemerintah membuat upaya menangani anemia dengan fortifikasi
bahan pangan yaitu penambahan Fe pada tepung terigu. Penambahan zat besi
(Fe) pada tepung terigu merupakan salah satu strategi penting dalam upaya
mencegah anemia, terutama pada ibu hamil. Anemia pada ibu hamil adalah
kondisi yang umum terjadi dan dapat berdampak serius pada kesehatan ibu dan
janin. Zat besi merupakan komponen kunci dari hemoglobin, protein dalam sel
darah merah yang bertanggung jawab untuk mengangkut oksigen ke seluruh
tubuh. Kekurangan zat besi mengakibatkan berkurangnya produksi hemoglobin,
yang kemudian menyebabkan anemia.
Fortifikasi tepung terigu dengan zat besi bertujuan untuk meningkatkan asupan zat besi
harian secara luas di masyarakat. Ketika tepung yang difortifikasi ini dikonsumsi
sebagai bagian dari diet harian, ibu hamil mendapat tambahan sumber zat besi yang
penting. Ini sangat bermanfaat mengingat kebutuhan zat besi meningkat selama
kehamilan untuk mendukung pertumbuhan janin, plasenta, dan peningkatan volume
darah ibu.
Selain itu, fortifikasi tepung terigu adalah pendekatan yang efektif karena tepung terigu
adalah bahan pangan pokok yang sering dikonsumsi oleh berbagai lapisan
masyarakat. Dengan cara ini, penambahan zat besi ke dalam tepung dapat
menjangkau populasi yang luas dan beragam, termasuk ibu hamil dari berbagai latar
belakang sosial ekonomi.
Rekomendasi
 Pemberian Makanan Tambahan: Program ini melibatkan pemberian makanan
tambahan yang kaya akan mikronutrien seperti vitamin dan mineral untuk anak-
anak yang mengalami kekurangan gizi. Makanan tambahan ini dapat berupa
suplemen atau makanan yang dikhususkan untuk anak-anak yang memerlukan
peningkatan gizi.

 Diversifikasi Makanan: Program ini melibatkan peningkatan variasi makanan yang


dikonsumsi oleh anak-anak untuk memastikan mereka mendapatkan asupan
mikronutrien yang cukup. Diversifikasi makanan dapat dilakukan dengan
memberikan makanan yang berbeda-beda dan beragam, seperti makanan yang
mengandung protein, karbohidrat, dan lemak yang seimbang.
 Suplementasi Mikronutrien: Program ini melibatkan penambahan
mikronutrien yang kurang dalam makanan anak-anak. Suplementasi
mikronutrien dapat dilakukan dengan memberikan vitamin dan mineral
yang diperlukan dalam bentuk tablet, kapsul, atau serbuk yang dapat
ditambahkan ke dalam makanan.

 Fortifikasi Makanan: Program ini melibatkan penambahan mikronutrien


ke dalam makanan yang umum dikonsumsi anak-anak. Fortifikasi
makanan dapat dilakukan dengan menambahkan vitamin dan mineral ke
dalam bahan makanan seperti tepung, gula, atau minyak.
 Pengawasan dan Monitoring: Program ini melibatkan pengawasan
dan monitoring terhadap anak-anak yang menerima intervensi gizi
untuk memastikan mereka mendapatkan asupan mikronutrien yang
cukup dan tidak mengalami efek sampingan dari suplemen atau
makanan tambahan
Strategi Mengatasi
Kelemahan dan
Tantangan:
 Pengawasan dan Monitoring: Pengawasan dan monitoring yang efektif terhadap
program intervensi gizi sangat penting untuk memastikan bahwa program tersebut
berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan.

 Koordinasi dan Kerjasama: Koordinasi dan kerjasama yang baik antara pemerintah,
organisasi non-pemerintahan, dan industri pangan sangat penting untuk memastikan
bahwa program intervensi gizi berjalan dengan efektif dan mencapai tujuan yang
diharapkan.

 Pendidikan dan Sosialisasi: Pendidikan dan sosialisasi yang efektif terhadap


masyarakat tentang pentingnya konsumsi makanan yang difortifikasi sangat penting
untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam program
intervensi gizi
 Pengembangan Teknologi: Pengembangan teknologi yang lebih baik untuk
proses fortifikasi makanan sangat penting untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi program intervensi gizi. Pengembangan teknologi dapat dilakukan
dengan cara mengembangkan metode yang lebih efektif untuk menambahkan
mikronutrien ke dalam makanan, serta memastikan bahwa teknologi yang
digunakan aman dan efektif.

 Pengawasan Kualitas: Pengawasan kualitas yang ketat terhadap makanan yang


difortifikasi sangat penting untuk memastikan bahwa makanan yang
dikonsumsi masyarakat aman dan efektif dalam meningkatkan status gizi.
KESIMPULAN
Fortifikasi zat besi pada tepung terigu merupakan strategi efektif dalam mencegah
anemia, terutama pada ibu hamil, dengan meningkatkan asupan zat besi harian. Zat
besi adalah komponen vital hemoglobin yang mengangkut oksigen dalam darah,
dan kekurangannya menyebabkan anemia. Ibu hamil memerlukan lebih banyak zat
besi untuk mendukung pertumbuhan janin dan peningkatan volume darah mereka.
Anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan komplikasi serius seperti kelelahan,
risiko infeksi, kelahiran prematur, dan berat badan lahir rendah pada bayi.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai