Anda di halaman 1dari 3

PENGUKURAN TEKANAN DARAH ARTERI SECARA TIDAK LANGSUNG DAN RESPON BALIK TEKANAN DARAH ARTERI I. PENDAHULUAN A.

DASAR TEORI Ukuran kesehatan seseorang secara umum dapat dilihat dari tanda-tanda vitalnya, mulai dari suhu tubuh, frekuensi napas, frekuensi nadi, dan tekanan darah. Tekanan darah adalah gaya yang dilakukan darah terhadap setiap area dinding pembuluh (Guyton). Tekanan darah yang dijadikan patokan dalam pengukuran adalah tekanan saat ventrikel jantung berkontraksi (systole) dan tekanan saat atrium jantung berkontraksi (diastole). Menurut JNC VII, nilai systole normal adalah <120 mmHg. Sedang nilai diastole normal adalah <80 mmHg. Tinggi-rendahnya tekanan darah dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari usia, jenis kelamin, fisiologis tubuh, hingga posisi tubuh. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Pengukuran secara tidak langsung dibagi menjadi dua cara, yaitu pengukuran secara palpatoire dan auscultatoire. Pengukuran secara palpatoire menggunakan cara palpasi (meraba) nadi. Pengukuran secara auscultatoire dengan mendengar (auskultasi) bunyi aliran darah arteri menggunajan stetoskop. Bunyi detak dan desir aliran darah yang terdengar disebut Bising Korotkoff, sesuai dengan nama penemu metode auscultatoire. Kedua metode ini biasa dipakai bersama-sama untuk menentukan tekanan darah seseorang. B. TUJUAN 1. Agar mahasiswa mampu melakukan pengukuran tekanan darah arteri secara tidak langsung. 2. Agar mahasiswa memahami pengaruh gaya beratterhadap tekanan darah arteri. ALAT DAN BAHAN 1. Stetoskop 2. Sphygmomanometer CARA KERJA 1. Memosisikan probandus dalam posisi berbaring tenang. 2. Menentukan posisi nadi brakialis probandus. 3. Membalut secara pas lengan atas probandus menggunakan balut Riva Rocci dengan posisi balut 3 jari atau 2-3 cm di atas fossa cubiti. 4. Melakukan palpasi pada nadi radialis probandus dan menentukan sistolik palpatoar, yaitu dengan memompa sambil palpasi nadi radialis hingga nadi tak teraba. Tekanan dinaikkan 30 mmHg untuk memastikan, lalu diturunkan perlahan hingga nadi teraba kembali. Sistolik palpatoar adalah nilai saat tepat nadi tak teraba dan / atau saat nadi teraba kembali. 5. Menempatkan ujung chest piece stetoskop di lipatan siku probandus, tepat di posisi nadi brachialis. 6. Membuka keran udara sphygmomanometer sambil mendengarkan secara seksama menggunakan stetoskop. 7. Menentukan nilai systole saat terdengar detak pertama. 8. Menentukan nilai diastole saat detak menghilang. 9. Mencatat hasil pada lembar pengamatan. 10. Memosisikan probandus dalam posisi duduk tenang. 11. Mengulangi langkah 2-9. 12. Memosisikan probandus dalam posisi berdiri tenang. 13. Mengulangi langkah 2-9. 14. Memosisikan probandus dalam posisi berbaring tenang, kemudian berdiri tiba-tiba dan segera mengukur tekanan darah probandus dengan langkah 2-9. HASIL PEMBAHASAN Perbedaan tekanan darah probandus pada setiap perbedaan posisi tubuh probandus menunjukkan bahwa tekanan darah dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Saat probandus berada pada posisi berbaring tenang, darah terdistribusi merata pada setiap bagian tubuh, sehingga gaya yang diperlukan untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh menjadi lebih kecil. Akibatnya, tekanan darah probandus menjadi lebih rendah. Pada saat probandus berada dalam posisi berdiri ataupun duduk tenang, darah cenderung terkumpul di tubuh bagian bawah, sehingga butuh gaya yang lebih besar untuk mendistribusikan darah secara merata ke seluruh tubuh. Akibatnya, tekanan darah probandus menjadi lebih tinggi dibandingkan saat probandus berada dalam posisi berbaring. Kelonjakan tekanan darah probandus yang paling drastis terjadi saat perpindahan posisi probandus secara tibatiba dari posisi berbaring ke posisi berdiri. Namun, kelonjakan ini tidak berlangsung lama, maksimal

II.

III.

IV. V.

dalam waktu 3 menit. Setelahnya, tekanan darah probandus akan kembali normal. Hal ini merupakan satu cara tubuh mempertahankan kestabilannya (homeostasis). JAWABAN PERTANYAAN 1. GAMBAR 2. a) Faktor-faktor yg dapat mempengaruhi tekanan darah, yaitu: 1) Usia. Bertambahnya usia diiringi dengan pertumbuhan dan perkembangan yang mengubah fisik tubuh. Semakin besar ukuran tubuh seseorang, gaya yang harus dikerjakan agar darah dapt terdistribusi ke seluruh tubuh juga tentu semakin besar. 2) Jenis kelamin. Pria cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada wanita. Hal ini disebabkan perbedaan massa tubu, beban kerja, komposisi hormon, dsb. 3) Posisi tubuh. Darah juga dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Akibatnya, pendistribusian darah ke seluruh tubuh juga dipengaruhi gravitasi. Hal tersebut dibuktikan dalam percobaan ini. Selain itu, ada pula faktor fisik diantaranya Heart Rate (jumlah (rasio) jantung memompa darah selama 1 menit), Stroke Volume (volume darah yang dipompa jantung setiap 1x pompa), Cardiac Output (volume darah yang dipompa jantung selama 1 menit), Resistensi (hambatan). Di mana heart rate dan stroke volume menentukan nilai cardiac output, sementara tekanan darah (blood pressure) ditentukan nilai cardiac output dan resistensi. <HRxSV=CO, COxR=BP> 3. Apabila tekanan darah seseorang setinggi 120/80 mmHg, artinya saat ventrikel orang tersebut berkontraksi (systole), gaya yang dikerjakan darah terhadap dinding pembuluhnya setara dengan gaya yang dapat mendorong sekolom raksa sejauh 120 mm. Dan saat atrium orang tersebut berkontraksi, gaya yang dikerjakan darah terhadap dinding pembuluhnya setara dengan gaya yang dapat mendorong sekolom raksa sejauh 80 mm. 4. Tekanan darah diatur oleh beberapa sistem tubuh, salah satunya adalah refleks baroreseptor. Saat posisi tubuh terhadap gravitasi berubah, darah akan terkumpul di daerah yang paling terpengaruh gravitasi. Misalnya, saat seorang tiba-tiba berdiri, darah akan terkumpul di tubuh bagian bawah. Apabila dibiarkan, hal ini dapat menyababkan cardiac output dan tekanan arteri turun drastis, sehingga darah tak dapat mencapai tubuh bagian atas, terutama otak. Untuk mencegahnya, baroreseptor akan mengidentifikasi perubahan tekanan darah mendadak ini, lalu segera mengirim rangsang sinyal ke batang otak (medula) melalui nervus 9 (vagus) pada arteri karotid atau nervus 10 (glosopharingeus) pada aorta thorax. Selanjutnya, akan diberikan negative feedback melalui saraf simpatis yang akan meningkatkan kontraksi dan heart rate. Sebaliknya, apabila tekanan darah naik drastis, saraf parasimpatislah yang akan bekerja menurunkan kontraksi, heart rate, serta melebarkan (dilatasi) pembuluh darah. 5. Hipertensi adalah keadaan di mana seseorang pada saat istirahat memiliki tekanan darah di atas normal dalam jangka waktu lama . Hipotensi adalah keadaan di mana seseorang pada saat istirahat memiliki tekanan darah di bawah normal dalam jangka waktu lama. KESIMPULAN Tekanan darah arteri seseorang dipengaruhi oleh gaya gravitasi yang bekerja pada orang tersebut. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1986. Websters Medical Desk Dictionary. Merriam-Webster Inc. Burch, George E. 1963. A Primer of Cardiology, 3rd Edition. Philadelphia: Lea & Febiger. Chuseri, Abdulcholiq dkk.2012. Petunjuk Praktikum Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Guyton, Arthur C. 2006. Textbook of Medical Physiology, 11th Edition.Philadelphia : Elsevier Saunders Co. http://biologipedia.blogspot.com/2011/08/sistem-peredaran-darah-manusia.html, DIAKSES PADA 18 SEPTEMBER 2012 http://en.wikipedia.org/wiki/Blood_pressure, diakses pada 16 September 2012 Khadam_i, http://ml.scribd.com/doc/22568561/Pemeriksaan-Tekanan-Darah, diakses pada 13 September 2012 Klabunde, Richard E. 2012 Cardiovascular Physiology Concepts, 2nd Edition.Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia: Wolters Kluwer business

VI. VII.

Putri, http://medicalnote-catatankuliahkedokteran.blogspot.com/2012/06/cara-pemeriksaantekanan-darah.html, diakses pada 13 September 2012

Anda mungkin juga menyukai