International Civil Law-7
International Civil Law-7
Teori Kualifikasi Lex Fori Teori Kualifikasi Lex Cause Teori Kualifikasi Bertahap
Seorang hakim telah disumpah untuk menegakkan hukumnya sendiri dan bukan sistem hukum asing mana pun. Pemberlakuan hukum asing hanya sebagai wujud kesukarelaan forum untuk membatasi kedaulatan hukumnya. Jika hakim menghadapi lembaga hukum asing yang tidak dikenal dalam lex fori, ia harus menerapkan konsep hukumnya sendiri yang dianggap paling setara dengan konsep hukum asing itu.
b. Jika perkara menyangkut kontrak-kontrak yang dibuat melalui korespondensi, penentuan saat dan sah tidaknya pembentukan kontrak Lex Loci Contractus (hukum dari tempat pembuatan kontrak).
Kelemahan: Kemungkinan terjadinya ketidakadilan karena kualifikasi adakalanya dijalankan dengan menggunakan ukuran-ukuran yang tidak selalu sesuai dengan hukum asing yang seharusnya diberlakukan, atau bahkan dengan ukuran-ukuran yang tidak dikenal sama sekali oleh sistem hukum tersebut.
Kualifikasikan peristiwa X dengan kaidah intern lex fori; Tentukan titik taut sekunder dengan melihat pada kaidah HPI lex fori; Tentukan lex cause; Selesaikan perkara dengan menggunakan kaidah intern lex cause.
cat: langkah 2,3 dan 4 harus konsisten dengan apa yang dikulifikasikan oleh langkah 1.
Tahun 1901, Philip pulang ke Perancis dan mengajukan permohonan di pengadilan Perancis untuk pembatalan perkawinan dengan Sarah dengan alasan bahwa perkawinan itu dilangsungkan tanpa izin orang tua. Permohonan dikabulkan oleh pengadilan Perancis dan Philip kemudian menikah dnegan seorang wanita Prancis di Perancis. Sarah kemudian menggugat Philip di Inggris karena dianggap melakuan perzinahan dan meninggalkan istrinya terlantar. Gugatan ditolak karena alasan yurisdiksi.
Tahun 1904, Sarah yang sudah merasa tidak terikat dalam perkawinan dengan Philip, kemudian menikah kembali dengan Ogden (WN Inggris), dan dilangsungkan di Inggris. Tahun 1906, Ogden menganggap bahwa Sarah masih terikat dengan perkawinan dengan Philip karena berdasarkan hukum Inggris perkawinan Philip dan Sarah belum dianggap batal karena keputusan pengadilan Prancis tidak diakui di Inggris.
Ogden kemudian mengajukan permohonan pembatalan perkawinan dengan Sarah, dengan dasar hukum bahwa istrinya telah berpoligami. Permohonan diajukan di pengadilan Inggris.
Tindakan kualifikasi dimaksudkan untuk menentukan kaidah HPI mana dari Lex Fori yang paling erat kaitannya dengan kaidah hukum asing yang mungkin diberlakukan.
Penentuan ini harus dilakukan dengan mendasarkan diri pada hasil kualifikasi yang dilakukan dengan memperhatikan sistem hukum asing yang bersangkutan.
Hakim biasanya menjalankan konstruksi hukum (analogi) dengan memperhatikan cara-cara penyelesaian sengketa hukum yang serupa atau sejenis di dalam sistem-sistem hukum yang dianggap memiliki dasar yang sama. Jika cara itu belum juga dapat membantu penyelesaian perkara, barulah kualifikasi dilakukan berdasarkan Lex Fori.
Kualifikasikan peristiwa x dengan kaidah intern hukum asing; Tentukan titik taut sekunder dengan melihat pada kaidah HPI Lex Fori; Tentukan Lex Cause; Putusan dengan kaidah intern Lex Cause.
2.
3.
4.
suami
istri
Pernikahan mereka diresmikan di Perancis. Ketika pernikahan dilangsungkan pada tahun 1854, kedua pihak tidak membuat perjanjian / kontrak tentang harta perkawinan. Setelah pernikahan, mereka pindah ke Inggris. Suami meninggal dunia di Inggris dengan meninggalkan testamen yang dibuat secara sah di Inggris.
Isi testamen ternyata mengabaikan semua hak istri atas harta perkawinan. Istri kemudian mengajukan gugatan terhadap testamen dan menuntut haknya atas harta bersama. Gugatan diajukan di Pengadilan Inggris.
Perkara ini dapat dikualifikasikan sebagai pewarisan testamentair atau kontrak tentang harta perkawinan.
Kaidah Intern Perancis mengatakan bahwa Apabila para pihak dalam suatu perkawinan tidak membuat suatu kontrak secara tegas, harta yang ada dalam suatu perkawinan akan menjadi harta bersama (communaute des biens).
Hakim kemudian mengkualifikasikan kembali perkara berdasarkan Kaidah Intern Perancis sebagai perjanjian diam-diam untuk bercampur harta.
Konsekuensinya, kewenangan mewaris sang suami melalui testamen hanyalah mencakup setengah dari seluruh harta bersama.
2.
3.
4.
Kualifikasikan peristiwa x dengan kaidah intern hukum asing (dalam kasus sebagai communaute de Biens); Tentukan titik taut sekunder dengan melihat pada kaidah HPI Lex Fori (dalam kasus sebagia Lex Loci Celebrationis); Tentukan Lex Cause (dalam kasus adalah hukum Perancis); Putusan dengan kaidah intern Lex Cause (dalam kasus sebagai communaute de biens).
Dijalankan pada saat hakim harus menemukan kaidah HPI yang akan digunakan untuk menentukan titik taut penentu.
Kualifikasi ini dilakukan dalam rangka menetapkan Lex Cause. Proses kualifikasi dilakukan dengan mendasarkan diri pada sistem kualifikasi intern Lex Fori.
Kualifikasi ini dijalankan setelah Lex Cause ditetapkan dan dalam rangka menetapkan kategori kaidah atau aturan hukum intern apa dari Lex Cause yang akan digunakan untuk menyelesaikan perkara.
Kualifikasi pada tahap ini harus dijalankan berdasarkan sistem kualifikasi intern yang dikenal pada Lex Cause.
Pada tahap ini semua fakta dalam perkara harus dikualifikasikan kembali berdasarkan kategori Lex Cause.
Contoh Kasus : A adalah seorang warga negara Swiss, yang berdomisili terakhir dan meninggal dunia di Inggris. Pewaris meninggalkan sejumlah harga peninggalan berupa benda tetap di Perancis dan sejumlah benda bergerak di Swiss dan Inggris. Para ahli waris semuanya adalah warga negara Swiss yang berdomisili di Swiss dan perkara pembagian warisan ini diajukan di Pengadilan Swiss. Hukum manakah yang dipergunakan hakim Swiss untuk menyelesaikan persoalan ini?
Fakta Hukum :
Hukum Intern Swiss :
Hukum yang dipergunakan untuk menyelesaikan masalah pewarisan adalah hukum dari domisili terakhir dari pewaris.
Kaidah HPI Inggris :
Untuk benda tetap Lex Rei Sitae Untuk benda bergerak domisili terakhir pewaris
Penyelesaian Perkara :
Tahap I: Kasus dikualifikasikan berdasarkan hukum intern Swiss sebagai masalah Pewarisan. HPI Swiss menunjuk hukum dari domisili terakhir dari pewaris sebagai Lex Cause. Lex Cause adalah Hukum Inggris.
Tahap II : Kualifikasikan kembali perkara dengan kaidah intern Inggris. Inggris mengkualifikasi perkara ini ke dalam 2 kualifikasi : a. Masalah pembagian harta tetap dikategorikan sebagai pewarisan benda tetap. b. Masalah pembagian harta bergerak dikategorikan sebagai masalah pewarisan benda bergerak.
Putusan Perkara :
-
Terhadap benda tetap, diterapkan kaidah intern Inggris yang mengatur pewarisan benda tetap. Terhadap benda bergerak, diterapkan kaidah intern Inggris yang mengatur pewarisan benda bergerak.