Anda di halaman 1dari 12

Sesengak Sasak Babat Bale Beleq

Aik meneng, Tunjung Tilah, Empak bau Artinya: Banyak generasi muda kita sudah kehilangan kebanggaan terhadap budaya daerahnya, mereka belum mengetahui nilai-nilai filosofis budaya yang bersumber dari nenek moyangnya.

Kadal Nongaq Leq kesambik Benang Kataq setaqilan Ajah Onyak dek tau Matiq Payu salak Kejarian Arinya: Dalam Melangkah, Berkata, Melihat, Memegang harus berhati-hati karena kecerobohan akan membuat celaka, kalau ada orang memberikan nasehat maka dengarkanlah nasehat tersebut siapa tahu nasehat tersebut memberikan petunjuk arah bagi jalan kehidupan masa depan.

Makalah ini mencoba menyajikan tata budaya Sasak terintegrasi dengan nilai-nilai filosofis budaya sasak yang apabila diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari di era modern ini akan mampu mendongkrak roda pembangunan yang sedang kita galakkan di era otonomi daerah. Air tetap jernih, teratai tak rusak, Ikan tertangkap

Yogyakarta, 1 Januari 2012 Abdul Qodir Jaelani Assasaky/B/11340129

PURA SURANADI DAN NARMADA SEBAGAI LAMBANG CAGAR BUDAYA TERTUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT By:Abdul Qodir Jaelani A. Pendahuluan Gumi Sasak1 merupakan tempat Orang-Orang sasak menggantungkan harapan dan kehidupannya. Ditanah tersebut Orang Sasak melakukan serangkaian proses kehidupan dari generasi kegenerasi dan melahirkan bagian penting yang harus diketahui oleh generasi mudanya. Kesuburan tanahnya mampu menopang kehidupan orang-orang sasak karena sumber air yang mengalir dari Gunung Rinjani2 secara terus menerus, sehingga menjadi berkah tersendiri bagi orangorang Sasak.3 Dari beberapa catatan dan informasi, asal-usul suku Sasak yang mendiami Pulau lombok adalah ras Mongoloid di Asia Tenggara. Penemuan situs sejarah yang paling penting untuk mengetahui kehidupan prasejarah di Gumi Sasak adalah penemuan benda-benda arkeologis yang saat ini sudah ditetapkan oleh Kementerian Budaya dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai Cagar Budaya yang terletak di Gunung Piring, Truwae,Kecamatan Pujut, Kecamatan Narmada, Kecamatan Lingsar dan Kecamatan Jerowaru4. Adapun benda peninggalan sejarah yang memiliki nilai pendidikan, budaya yang ditemukan adalah periuk utuh, kereweng, kerangka manusia, sisa kulit kerang, arang, fragmen logam dan binatang, bangunan pura Narmada dan Suranadi.5 Taman Narmada dan Suranadi6 berada di satu kecamatan di Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara Barat dibangun
Gumi merupakan bahasa sasak yang artinya Bumi dan Sasak merupakan nama dari suku asli yang tinggal di Pulau Lombok, sehingga Gumi Sasak artinya Lokasi tempat tinggalnya Orang-Orang Sasak. 2 Gunung Rinjani Merupakan Gunung Berapi yang paling besar di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang membentang dari Kabupaten Lombok Timur, Lombok Tengah dan Lombok Barat. 3 Sudirman, Gumi Sasak Dalam Sejarah, (Mataram: Museum Press, 2004), hal.1 4 Lihat di http://www.disbudpar.ntbprov.go.id/acces 1 Januari 2013 at:11.44 WIB 5 TGH. M. Djuaini Mukhtar, Catatan Pribadi: Albarzanji dan Perjuangan Nahdlatul Wathan di Narmada, (Narmada: Pondok Pesantren nurul Haramain,2009), hal.10. 6 Handayani, Peninggalan Sejarah dan Purbakala Nusa Tenggara Barat, (Museum Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2004), hal.21.
1

oleh Raja Anak Agung Ngurah Karang Asem pada tahun 1727 yang ditujukan untuk digunakan sebagai tempat menggelar upacara Pakelem yang diadakan pada purnama kelima tahun Caka (antara Oktober-November). Namun pada zamannya, Taman Pura Narmada dan Suaranadi tidak hanya berfungsi sebagai tempat upacara saja, tetapi juga digunakan oleh raja beserta dengan keluarganya sebagai tempat untuk beristirahat terutama pada musim kemarau. Pura Narmada dan Suranadi menurut Babat Ketubuk Bale Belek Sasak,7 Pura Narmada dan Suranadi mempunyai hubungan sejarah erat dengan Gunung Rinjani, seperti hubungan Gunung Merapi, Keraton dan Pantai Parang Kritis.8 Jika Pura Narmada dan Suranadi ditinjau dari yuridis undang-undang nomor 5 tahun 1992 tentang cagar budaya maka pura tersebut sudah termasuk cagar budaya karena benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.9

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Sejarah berdirinya Pura Narmada dan Suranadi Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara barat? 2. Bagaimana Implikasi UU Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar budaya terhadap keberadaan Pura Suranadi dan Narmada.?

Babat merupakan cerita yang mengisahkan kehidupan Gumi Sasak secara lengkap dengan menggunakan bahasa sansakerta. 8 Erni Budiawan, Islam Sasak Waktu Lime Versus Waktu Telu, (Yogyakarta: LKIS,2000), hal.13. 9 Pasal 1 UU Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya.

C. Pembahasan 1. Sejarah Pura Suranadi Pura Suranadi terletak di dalam komplek Taman Suranadi. Pura ini memiliki pola pura yang terpisah satu sama lain, yakni disesuaikan dengan keberadaan sumber mata air suci yang terdapat di lokasi tersebut. Walaupun terpisah secara fisik, namun dalam menjalankan rangkaian kegiatan ritual pura tersebut merupakan satu kesatuan yang tak bisa terpisahkan. Keberadaan Pura Suranadi erat kaitannya dengan lima mata air (Panca Tirta atau Pancaksara) yang ada di lokasi tersebut, yaitu Mata Air Toya Tabah, Mata Air Toya Pabersihan, Mata Air Toya Panglukatan, Mata Air Tirta, dan Mata Air Pangentas.10 Konon keberadaan Pura Suranadi terkait dengan
11

perjalanan

Danghyang Dwijendra, dikenal pula dengan nama Pedanda Sakti Wawu Rauh12, menuju Sasak (Lombok) untuk kedua kalinya. Di Lombok, beliau dijuluki juga sebagai Pangeran Sangupati. Guna menjaga agar umat Hindu yang ditinggalkan bisa melakukan tertib upacara menurut ajaran agama yang telah ditentukan, lantas beliau dengan puja mantera-nya memunculkan lima mata sumber air di Suranadi.13 Adapun versi lainnya yang menyebutkan bahwa Pura Suranadi dibangun atas gagasan Raja Pagesangan bernama AA Nyoman Karang pada 1720 Masehi. Seorang pendeta dari Bali, cucu dari Danghyang Dwijendra yang bernama Pedanda Sakti Abah, dipanggil oleh Raja Pagesangan untuk melaksanakan panca yadnya, yakni lima macam pengorbanan suci menurut ajaran

10 11

Sudirman, Gumi Sasak Dalam Sejarah, (Mataram: Museum Press, 2004), hal.73. Pedande Murupakan Pimpinan Agama Hindu, Sakti Meupakan Padanan dari Kata

kuat. Wawu Rauh merupakan bahasa sasak halus yang artinya melakukan perjalanan atau lebih dikenal dalam babat sasak melakukan perjalanan untuk meninjau keadaan daerah kekuasaanya, atau mengutip kata Majda El-Muhtaj dalam Buku Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia melakukan sidak mendadak ke setiap instansi pemerintahan. 13 Ali Bin Dahlan, Buku Pintar Suku Sasak, (Selong:Yayasan Pemban Selaparang, 2005), hal.2.
12

agama Hindu. Untuk melangsungkan kegiatan ritual tersebut maka dipilihlah Suranadi sebagai tempatnya.14 Pura Suranadi memiliki tiga buah kelompok pura. Masing-masing diberi nama sesuai dengan fungsi sumber air yang ada di dalamnya. Masingmasing pura itu memiliki area jaba sisi, jaba tengah, jeroan (tri mandala). Purapura tersebut, antara lain (1) Pura Ulon (Gaduh), yakni terletak di ujung timur laut, berbatasan langsung dengan kawasan hutan lindung Taman Wisata Alam, halaman Pura Ulon terdapat Mata Air Panglukatan dan Petirtan; (2) Pura Pangentas, terletak tidak jauh dari Pura Ulon ke arah barat daya, Pura ini dilengkapi dengan dua palinggih dan terdapat Mata Air Pangentas, Panembak, dan Tirta Mapepada, Pura ini difungsikan sebagai tempat mengambil air untuk upacara pitra yadnya; dan (3) Pura Pabersihan yang berlokasi sekitar 300 meter dari Pura Ulon, Pura ini memiliki Mata Air Pabersihan dengan beberapa macam palinggih dan bangunan pelengkap upacara.15 2. Sejarah Pura Narmada Pura Narmada terletak di dalam komplek Taman Narmada. Pura ini memiliki pola pura yang terpisah satu sama lain, yakni disesuaikan dengan keberadaan sumber mata air suci yang terdapat di lokasi tersebut. Taman Narmada terletak di Desa Lembuak, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat atau sekitar 10 kilometer sebelah timur Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Taman yang luasnya sekitar 2 ha (hektar are) ini dibangun pada tahun 1727 oleh Raja Mataram Lombok, Anak Agung Ngurah Karang Asem, sebagai tempat upacara Pakelem yang diselenggarakan setiap purnama kelima tahun Caka (Oktober-November).16 Selain tempat upacara, Taman Narmada juga digunakan sebagai tempat peristirahatan keluarga raja pada saat musim kemarau. Nama Narmada diambil dari Narmadanadi, anak Sungai Gangga yang sangat suci di India. Bagi umat Hindu, air merupakan suatu unsur suci yang memberi kehidupan
Yusuf Marki, Babad Lontar di era Modern, Musium Negeri NTB, 2010. Sudirman, Gumi Sasak Dalam Sejarah, (Mataram: Museum Press, 2004), hal.76. 16 Ibid , hal.77, lihat juga silsilah Datu-Datu Lombok di Papan Pura besakih depan Gerbang Pure Narmade.
15 14

kepada semua makhluk di dunia ini. Air yang memancar dari dalam tanah (mata air) diasosiasikan dengan tirta amerta (air keabadian) yang memancar dari Kensi Sweta Kamandalu. Dahulu kemungkinan nama Narmada digunakan untuk menamai nama mata air yang membentuk beberapa kolam dan sebuah sungai di tempat tersebut. Lama-kelamaan digunakan untuk menyebut pura dan keseluruhan kompleks Taman Narmada.17 Taman Narmada yang sekarang ini adalah hasil pembangunan dan serangkaian perbaikan/pemugaran yang berlangsung dari waktu ke waktu. Sewaktu para petugas dari Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala bersama dengan para petugas Kantor Wilayah Depdikbud Nusa Tenggara Barat meneliti dan mengumpulkan data sebagai langkah awal pemugaran, mereka berpendapat bahwa pemugaran secara menyeluruh tidak mungkin dilakukan. Banyak bagian yang telah rusak terutama tebing-tebing kolam, taman, pagar maupun bangunan. Pada tahun 1980 sampai 1988 rekonstruksi Taman Narmada dapat diselesaikan. Setelah direkonstruksi oleh pemerintah melalui Ditjen Kebudayaan, Direktorat Perlindungan dan pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Taman Narmada dijadikan sebagai kompleks bangunan cagar budaya dengan daftar induk inventarisasi peninggalan sejarah dan purbapakala pusat nomor 1839. Dengan demikian, sesuai dengan peraturan yang berlaku kelestarian Taman Narmada dilindungi oleh pemerintah. Kompleks Taman Narmada Kompleks Taman Narmada yang ada di Lombok itu dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu gerbang utama, jabalkap, telaga kembar, gapura gelang/paduraksa, mukedes, telaga padmawangi, balai loji, balai terang, patandaan, bangunan sekepat, balai bancingah, Pura Kelasa dan Pura Lingsar. Berikut ini akan diuraikan bagianbagian dari Taman Narmada dari gerbang utama.18 Gerbang utama yang berbentuk gapura bentar dan berada di sebelah utara. Setelah gerbang utama kita akan memasuki halaman jabalkap, yang di
Jelenga, Orang Sasak dalam perjalanan Cerite Lombok, Buletin Kanjian No.1/Th.1/Februari-Maret/2002, Selong, Lombok Timur. 18 Lihat di http://www.disbudpar.ntbprov.go.id/pure narmade/acces 1 Januari 2013 at:11.44 WIB
17

dalamnya terdapat telaga kembar. Di bagian selatan jabalkap terdapat sebuah gapura yang bernama Gapura Gelang atau Paduraksa yang menghubungkan antara halaman jabalkap dengan halaman mukedes. Pada halaman mukedes terdapat beberapa buah bangunan, antara lain Sanggah Pura, Balai Pamerajan dan Balai Loji(salah satu diantara bangunan kediaman raja). Di sebelah tenggara halaman mukedes terdapat gapura yang menuju ke halaman pasarean. Di halaman paseran ini terdapat juga Balai Loji, Telaga Padmawangi, Pawedayan, pawargan, Balai Terang. Balai Terang adalah sebuah bangunan yang berfungsi sebagai tempat istirahat/tidur raja, berbentuk panggung yang seluruhnya terbuat dari kayu. Bagian atas bangunan yang terbuka dipergunakan untuk menikmati pemandangan ke arah Meru pura di sebelah timurnya. Pintu dan jendela Balai Terang ini bermotif bulan tunggal dan tumbuh-tumbuhan.19 Di sebelah timur halaman pasarean terdapat Pura Kelasa atau Pura Narmada. Bentuk arsitekturnya menyerupai punden berundak. Bagian yang paling suci terdapat di halaman tengah pada undak yang paling atas (pura di Bali umumnya halaman paling suci adalah yang paling belakang). Pura ini tergolong pura jagat atau pura umum bagi semua penganut Hindu Dharma dan merupakan salah satu di antara delapan pura tua di Pulau Lombok. Pura Narmada terletak di atas tebing berundak-undak, sedang di bawah lembah tebing terdapat kolam duyung dan telaga segara anak.20 Sebelah selatan halaman pasarean terdapat halaman patandaan. Pada halaman patandaan ini terdapat dua bangunan sakapat yaitu sejenis wantilan atau panggung terbuka bertiang empat. Pada halaman inilah sering diselenggarakan berbagai pertunjukan. Sedangkan di sebelah selatan Patandaan terdapat halaman bancingah. Yang tertinggal di halaman ini sekarang hanyalah tembok keliling halaman dengan dua gapura bentar. Unsur-unsur bangunan yang lain sebenarnya masih banyak, antara lain pancuran sembilan (siwak) yang letaknya di atas Segara Anak. Bentuk bangunannya dorogancet dengan dua bagian terpisah menyerupai
Hasil Observasi langsung Penulis Makalah ketika melakukan tinjauan langsung ketaman Narmada waktu menempuh Studi SMA dan MA di Narmada tanggal 23 April 2009. 20 Hasil Wawancara Penulis dengan Mangku (Juru Kunci) Pura Narmada tanggal 23 April 2009.
19

bangunan tradisional di Jawa Tengah. Bangunan ini termasuk bangunan sakral baik bagi penganut Hindu Dharma maupun penganut Waktu Tilu.21 Selain itu, ada pula Balai Petirtaan yang sumber mata airnya berasal dari Gunung Rinjani. Balai Petirtaan juga merupakan tempat pertemuan tiga sumber air, yakni Suranadi, Lingsar, dan Narmada. Karena mata airnya berasal dari Gunung Rinjai dan tempat pertemuan tiga sumber mata air lainnya, maka air yang ada di Balai Petirtaan dipercaya dapat menjadikan orang yang meminum dan membasuh mukanya dengan air di situ akan awet muda.22 Bangunan-bangunan lain di kompleks Taman Narmada dalam wujud pertamanan sudah sulit ditelusuri keasliannya. Menurut peta tahun 1899 taman di kompleks Taman Narmada diantaranya adalah: Taman Bidadari, Taman Anyar, Taman Paresak, dan Taman Kelasa. Taman Anyar dan Taman Kelasa saat ini telah menjadi perkampungan penduduk. Sedangkan Taman Paresak saat ini telah menjadi kebun buah-buahan dengan tanaman utamanya ialah buah manggis.23

3. Implikasi Implikasi UU Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar budaya terhadap keberadaan Pura Suranadi dan Narmada. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 menegaskan bahwa

"Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia"serta penjelasannya antara lain menyatakan "Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya, dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia".24 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor II/MPR 1988 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara menegaskan bahwa" kebudayaan Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa, harus dipelihara, dibina
21 22

Sarjono, Politik Tuan Guru Bajang, (Yogyakarta:Enzal Press,2012), hal.xxi Sambutan Gubenur Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam Visit LombokSumbawa tahun 2012 di depan Presiden susilo Bambang Yudhoyono. 23 Mangku Pure Narmade Dalam Sambutan Acara kunjungan Nurul Haramain Studens tanggal 20 Maret 2010 di Balai Utama Pure Narmada. 24 Pasal 32 Undang-Undang Dasar 1945.

dan dikembangkan guna memperkuat penghayatan dan pengamalan Pancasila, meningkatkan kualitas hidup, memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebanggaan nasional, memperkokoh jiwa persatuan dan kesatuan bangsa serta mampu menjadi penggerak bagi perwujudan cita-cita bangsa di masa depan". Beranjak dari amanat ini maka Pemerintah berkewajiban untuk mengambil segala langkah dalam usaha memajukan kebudayaan bangsa.25 Pura Narmada dan Suranadi merupakan Benda cagar budaya yang mempunyai arti penting bagi kebudayaan sasak sebagai kekayaan bangsa, khususnya untuk memupuk rasa kebanggaan nasional serta memperkokoh kesadaran jatidiri bangsa. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat menetapkan Pura Narmada dan Suranadi sebagai Benda cagar budaya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku melindungi benda cagar budaya sebagai warisan budaya bangsa Indonesia. Sejauh peninggalan sejarah Pura Narmada dan Suranadi merupakan benda cagar budaya maka demi pelestarian budaya bangsa, benda cagar budaya harus dilindungi dan di lestarikan; untuk keperluan ini maka benda cagar budaya perlu dikuasai oleh Negara bagi pengamanannya sebagai milik bangsa.26 Pura Narmada dan Suranadi Sebagai benda cagar budaya merupakan suatu hasil ciptaan suku sasak pada masa lalu yang dapat menjadi sumber kebanggaan bangsa yang bersangkutan. Oleh karena itu, pelestarian Pura Narmada dan Suranadi merupakan ikhtiar untuk memupuk kebanggaan nasional dan memperkokoh kesadaran jati diri sebagai bangsa yang berdasarkan Pancasila. Kesadaran jatidiri suatu bangsa yang banyak dipengaruhi oleh pengetahuan tentang masa lalu bangsa yang bersangkutan, sehingga keberadaan kebangsaan itu pada masakini dan dalam proyeksinya ke masa depan bertahan kepada ciri khasnya sebagai bangsa yang tetap berpijak pada landasan falsafah dan budayanya sendiri. Upaya melestarikan Pura Narmada dan Suranadi dilaksanakan, selain

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor II/MPR 1988 tentang Garisgaris Besar Haluan Negara sebagai penegasan pasal 32 UUD 1945 sebelum lahirnya UU Nomor 5 Tahun 1992 tentang cagar budaya. 26 Telaah kritis terhadap pasal 1 UU No.5 Tahun 1992 tentang benda cagar budaya dan implikasinya terhadap Pura Narmada dan Suranadi.

25

untuk memupuk rasa kebanggaan nasional dan memperkokoh kesadaran jati diri sebagai bangsa yang berdasarkan Pancasila, juga untuk kepentingan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta pemanfaatan lain dalam rangka kepentingan nasional.27 D. Kesimpulan Pura Narmada dan Suranadi merupakan pura yang terletak di Gumi Sasak merupakan tempat Orang-Orang sasak menggantungkan harapan dan kehidupannya. Pura Narmada dan Suranadi berada di Taman Narmada dan Suranadi berada di satu kecamatan di Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara Barat dibangun oleh Raja Anak Agung Ngurah Karang Asem pada tahun 1727 yang ditujukan untuk digunakan sebagai tempat menggelar upacara Pakelem yang diadakan pada purnama kelima tahun Caka (antara Oktober-November). Namun pada zamannya, Taman Pura Narmada dan Suaranadi tidak hanya berfungsi sebagai tempat upacara saja, tetapi juga digunakan oleh raja beserta dengan keluarganya sebagai tempat untuk beristirahat terutama pada musim kemarau. Pura Narmada dan Suranadi menurut Babat Ketubuk Bale Belek Sasak, Pura Narmada dan Suranadi mempunyai hubungan sejarah erat dengan Gunung Rinjani, seperti hubungan Gunung Merapi, Keraton dan Pantai Parang Kritis. Pura Narmada dan Suranadi merupakan Benda cagar budaya yang mempunyai arti penting bagi kebudayaan sasak sebagai kekayaan bangsa, khususnya untuk memupuk rasa kebanggaan nasional serta memperkokoh kesadaran jatidiri bangsaPura Narmada dan Suranadi Sebagai benda cagar budaya merupakan suatu hasil ciptaan suku sasak pada masa lalu yang dapat menjadi sumber kebanggaan bangsa yang bersangkutan. Oleh karena itu, pelestarian Pura Narmada dan Suranadi merupakan ikhtiar untuk memupuk kebanggaan nasional dan memperkokoh kesadaran jati diri sebagai bangsa yang berdasarkan Pancasila. Kesadaran jatidiri suatu bangsa yang banyak dipengaruhi oleh pengetahuan
Penjelasan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya, lihat juga www.dpr.go.id/ Draff Naskah Akademik Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya/Baleg dpr/acces 1 Januari 2013 at:11.44 WIB
27

10

tentang masa lalu bangsa yang bersangkutan, sehingga keberadaan kebangsaan itu pada masakini dan dalam proyeksinya ke masa depan bertahan kepada ciri khasnya sebagai bangsa yang tetap berpijak pada landasan falsafah dan budayanya sendiri. Upaya melestarikan Pura Narmada dan Suranadi dilaksanakan, selain untuk memupuk rasa kebanggaan nasional dan memperkokoh kesadaran jati diri sebagai bangsa yang berdasarkan Pancasila, juga untuk kepentingan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta pemanfaatan lain dalam rangka kepentingan nasional.

11

DAFTAR PUSTAKA A. Buku-Buku Ali Bin Dahlan, Buku Pintar Suku Sasak, Selong:Yayasan Pemban Selaparang, 2005. Erni Budiawan, Islam Sasak Waktu Lime Versus Waktu Telu, Yogyakarta: LKIS,2000. Handayani, Peninggalan Sejarah dan Purbakala Nusa Tenggara Barat, Museum Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2004. Jelenga, Orang Sasak dalam perjalanan Cerite Lombok, Buletin Kanjian No.1/Th.1/Februari-Maret/2002, Selong, Lombok Timur. Sarjono, Politik Tuan Guru Bajang, Yogyakarta:Enzal Press,2012. Sudirman, Gumi Sasak Dalam Sejarah,Mataram: Museum Press, 2004. TGH. M. Djuaini Mukhtar, Catatan Pribadi: Albarzanji dan Perjuangan Nahdlatul Wathan di Narmada,Narmada: Pondok Pesantren nurul

Haramain,2009. Yusuf Marki, Babad Lontar di era Modern, Musium Negeri NTB, 2010.

B. Undang-Undang dan Internet. http://www.disbudpar.ntbprov.go.id/acces Undang-Undang Dasar 1945. UU Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor II/MPR 1988 tentang Garisgaris Besar Haluan Negara sebagai penegasan pasal 32 UUD 1945 sebelum lahirnya UU Nomor 5 Tahun 1992 tentang cagar budaya.

12

Anda mungkin juga menyukai