Anda di halaman 1dari 1

I.

Pendahuluan a. Latar Belakang Masalah

Reduplikasi sebagai suatu peristiwa yang lazim terdapat dalam bahasa telah banyak dibicarakan meski menggunakan berbagai istilah, misalnya bentuk ulang (Keraf, 1991), kata ulang (Keraf, 1984), proses pengulangan (Ramlan, 1979), dan yang lain pada umumnya menggunakan istilah reduplikasi. Ada pula yang menggunakan istilah bentuk ulang sekaligus menggunakan reduplikasi dengan pengertian yang agak berlainan (lihat Parera, 1988). Perulangan kata merupakan salah satu ciri umum bahasa-bahasa Melanesia. Bahkan di dalam bahasa-bahasa Indonesia, perulangan merupakan suatu proses gramatikal yang teratur. Dengan demikian lebih kurang terjemahan pernyataan Gray dan Graff yang dikutip dari tulisan Gonda (1949:170). Uraian yang lebih luas dan lengkap mengenai system perulangan bahasa Karo dapat ditmukan dalam Kamus Bahasa Karo yang penulis temukan dalam kamus tersebutyang dtulis oleh P.Leo Joosten,OFM Cap. Mengingat hal tersebut, merupakan tugas mata kuliah Morfologi untuk membahas atau menganalisis reduplikasi dalam bahasa Karo, maka penulis ingin membahas dengan seksama system reduplikasi bahasa Karo melalui pengumpulan dan penganalisisan data, baik data yang berupa tuturan tertulis maupun data yang berupa tuturan lisan. Penulis mengacu pada bentuk reduplikasi morfemis bahasa Indonesia oleh M.D.S. Simatupang. Bahasa Batak Karo adalah bentuk bahasa Austronesia Barat yang digunakan di daerah Pulau Sumatera sebelah utara pada wilayah Kepulauan Indonesia (Dyen 1965:26 dalam Woollams, G. 2004: 1). Masyarakat Batak Karo bermukim di wilayah sebelah barat laut Danau Toba yang mencakup luas wilayah sekitar 5.000 kilometer persegi yang secara astronomis terletak sekitar antara 3 dan 330' lintang utara serta 98 dan 9830' bujur timur

Anda mungkin juga menyukai