Tata Usaha Negara yang diterbitkan oleh Pejabat Badan Pertanahan Nasional sudah benar menurut hukum dan sesuai dengan prosedur yang berlaku, maka Kepala Badan Pertanahan Nasional dapat juga mengeluarkan suatu keputusan yang berisi menolak tuntutan pihak ketiga yang berkeberatan atas keputusan BPN tersebut. Sebagai konsekuensi dari penolakan tersebut berarti keputusan BPN yang telah dikeluarkan tersebut tetap benar dan sah walaupun ada pihak lain yang mengajukan ke pengadilan setempat. Karena proses pengadilan dapat berlangsung sangat lama, banyak orang yang memilih jalan arbitrasi sebagai metode pencapaian keputusan atas kepemilikan tanah. Dengan lembaga arbiter, untuk kasus di Indonesia, Badan Arbitrase Nasional Indonesia, kepemilikan tanah diputuskan oleh BANI dengan melihat dokumen-dokumen yang dimiliki oleh masing-masing pihak. Cara ini lebih praktis dan memakan waktu yang lebih singkat daripada pengadilan. Secara garis besar, proses pengambilalihan lahan dapat digambarkan melalui flowchart sebagai berikut:
Dari penjabaran di atas, dapat dilihat bahwa masalah pembebasan lahan membutuhkan dasar hukum yang lebih baik agar pengadaan lahan bisa dilakukan secara cepat tanpa merugikan pihakpihak yang terlibat. Saat ini, DPR sedang merumuskan RUU Pembebasan Lahan untuk memberikan dasar hukum baru sebagai landasan pembebasan lahan demi kepentingan umum agar pelaksanaan proyek yang menguntungkan publik dapat berjalan dengan lancar dan public dapat mendapatkan fasilitas dan pelayanan yang baik. Selain itu, lancarnya keberjalanan proyek diharapkan mampu untuk menghapus keengganan investor untuk berinvestasi karena kerugian yang diterima akibat dari keterlambatan pelaksanaan proyek sehingga investasi di sektor fasilitas public meningkat.