Penalaran Logika: Penyusun
Penalaran Logika: Penyusun
Materi
Penalaran Induktif
Penalaran Deduktif
Dasar Argumentasi
Deduktif
Induktif
Argumen yang mendasarkan kesimpulannya kemungkinan mengikuti premispremis (probably follows from the premisses)
Argumen yang mendasarkan kesimpulannya harus dengan mengikuti premis-premis (necessarily follows the premises)
Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah suatu proses mencapai kesimpulan umum berdasarkan dari observasi contoh contoh khusus. Penalaran induktif adalah tipe penalaran yang berawal dari sekumpulan contoh fakta spesifik menuju kesimpulan umum. Penalaran ini menggunakan premis dari objek yang diuji untuk menghasilkan kesimpulan tentang objek yang belum diuji.
Hari ini Budi tiba di kampus pukul 8.30 dan menemukan bahwa tidak ada lagi tempat parkir motor untuknya.
Keesokan harinya dia memutuskan untuk tiba di kampus pukul 7.30. Ternyata ia mendapat tempat parkir di dekat ruang kuliahnya.
Dari kejadian ini, kesimpulan apakah yang dapat diambil oleh Budi?
Hanya dipergunakan di Universitas Indonesia
Catatan
Hasil kesimpulan dari dua contoh sebelumnya tidak berlaku mutlak untuk setiap orang. Artinya kesimpulan hanya berlaku lokal. Sebagai contoh kesimpulan bahwa matahari terbit di timur berlaku untuk seluruh Indonesia tetapi tidak tepat untuk penduduk yang bermukim di Kutub Utara. Kesimpulan bahwa Budi harus tiba pukul 7.30 mungkin hanya untuk lapangan parkir di Fakultasnya tetapi belum tentu berlaku untuk parkir di tempat lain.
Hanya dipergunakan di Universitas Indonesia
Badai Katrina
Badai besar dengan tekanan udara sekitar 900 mbar dapat mengakibatkan kerusakan masal
Prediksi
Generalisasi
Bentuk penalaran induktif dimana kesimpulan diambil mengenai suatu kelompok berdasarkan pengetahuan mengenai beberapa kasus dalam kelompok tersebut.
Sebab-akibat
Bentuk penalaran induktif dimana kesimpulan mengenai suatu akibat dari suatu keadaan dibuat berdasarkan sebab yang diketahui (atau sebaliknya).
Analogi
Bentuk penalaran induktif dimana kesimpulan mengenai sesuatu (kejadian, orang, objek) karena kemiripannya dengan benda-benda lain.
Bali Bakal Terendam dan Nusa Dua akan Terpisah pada 2050
Berdasarkan proyeksi curah hujan jangka pendek dan jangka panjang untuk daerah Jakarta hingga tahun 2030. Pada proyeksi curah hujan jangka pendek, terdapat sedikit perubahan pada pola sebaran curah hujan, meski belum ada perubahan nilai curah hujan maksimum dari tahun ke tahun yaitu tetap 340 mm. Pada proyeksi jangka pendek memperlihatkan terjadinya kenaikan jumlah curah hujan di Jakarta, khususnya bagian selatan. Curah hujan pun akan semakin mengalami peningkatan sebesar 20 milimeter setiap lima tahun, papar ahli perubahan iklim dari Institut Teknologi Bandung, Dr. rer.nat. Armi Susandi, MT, dalam orasi ilmiah yang dilakukan pada peresmian penerimaan mahasiswa baru tahun akademik 2010/2011 di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) ITB, Bandung, Selasa (3/8) pagi. Sedangkan pada proyeksi curah hujan jangka panjang, terjadi penyebaran peningkatan curah hujan ke arah utara. Sehingga Jakarta Pusat dan sebagian Jakarta Selatan, akan kerap terjadi banjir bandang yang jauh lebih besar pada tahun-tahun sesudah 2030. Anomali cuaca dan iklim ini akan menimbulkan dampak yang lebih dramatis seperti yang akan terjadi pada Pulau Bali. Luas Pulau Bali kini 5.632 kilometer persegi, pada 2050 akan terendam seluas 489 kilometer persegi. Rendamannya akan semakin luas pada 2070, hingga mencapai 557 kilometer persegi.
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/lingkungan/10/08/03/128137-bali-bakal-teremdam-dan-nusa-duaakan-terpisah-pada-2050 Hanya dipergunakan di Universitas Indonesia
Pemakaian bahasa Indonesia di seluruh daerah di Indonesia dewasa ini belum dapat dikatakan seragam. Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu kalimat, ucapan terlihat dengan mudah. Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Di lingkungan persuratkabaran, radio, dan TV pemakaian bahasa Indonesia belum lagi dapat dikatakan sudah terjaga baik. Para pemuka kita pun pada umumnya juga belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia yang terjaga baik. Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.
Sumber : http://kelasmayaku.wordpress.com/2010/09/22/penalaran-induksi/
Belajar menurut pandangan tradisional adalah usaha untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan. Pengetahuan mendapat tekanan yang penting, oleh sebab pengetahuan memegang peranan utama dalam kehidupan manusia. Pengetahuan adalah kekuasaan. Siapa yang memiliki pengetahuan, ia mendapat kekuasaan.
Sumber : http://kelasmayaku.wordpress.com/2010/09/22/penalaran-induksi/
Seseorang yang menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki gunung. Sewaktu mendaki, ada saja rintangan seperti jalan yang licin yang membuat seseorang jatuh. Ada pula semak belukar yang sukar dilalui. Dapatkah seseorang melaluinya? Begitu pula bila menuntut ilmu, seseorang akan mengalami rintangan seperti kesulitan ekonomi, kesulitan memahami pelajaran, dan sebagainya. Apakah Dia sanggup melaluinya? Jadi, menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki gunung untuk mencapai puncaknya.
Sumber : http://kelasmayaku.wordpress.com/2010/09/22/penalaran-induksi/
Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses pembuktian suatu kesimpulan dari satu atau beberapa pernyataan. Kesimpulan yang terbukti benar berdasarkan penalaran deduktif disebut teorema . Penalaran deduktif adalah penalaran dari suatu fakta yang umum ke fakta yang spesifik. Dengan kata lain, penalaran deduktif mencapai suatu kesimpulan spesifik berdasarkan suatu hal yang umum.
Hanya dipergunakan di Universitas Indonesia
Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif biasa digunakan untuk membuktikan suatu pernyataan, baik berupa teorema matematika, argumen legal, atau teori saintifik. Penalaran deduktif membawa pada suatu pernyataan yang benar, diberikan premispremis bernilai benar.
Pembahasan
Pernyataan
Negasi dari Suatu Pernyataan Pernyataan Majemuk Negasi dari Pernyataan Majemuk Kontrapositif, Konvers, dan Invers dari Suatu Pernyataan Bersyarat Pernyataan Terkuantifikasi
Argumen Deduktif
Modus Ponens Modus Tollens Silogisme
Hanya dipergunakan di Universitas Indonesia
Pernyataan umum:
Semua nama tidak boleh digunakan dalam permainan scrable.
Kesimpulan:
Depok adalah sebuah nama. Maka Depok dilarang digunakan pada scrable.
Hanya dipergunakan di Universitas Indonesia
Kesimpulan
Pernyataan
Sebuah pernyataan adalah sebuah kalimat yang benar atau salah, tapi tidak keduanya. Contoh :
Pernyataan
Ibukota Indonesia adalah Jakarta. (benar) Kota hujan adalah julukan untuk Jakarta. (salah) Mengapa Malaysia dapat mengalahkan Indonesia 3-0 dalam leg pertama final AFF tahun 2010? Tolong jangan mengobrol selama perkuliahan berlangsung!
Hanya dipergunakan di Universitas Indonesia
Bukan Pernyataan
Penggunaan teknologi yang sesuai untuk mengkontrol gas rumah kaca pada pada kota New York akan menyelamatkan 64000 jiwa selama 20 tahun ke depan. Penggunaan teknologi yang sesuai untuk mengkontrol gas rumah kaca pada kota New York tidak akan menyelamatkan 64000 jiwa selama 20 tahun ke depan.
Hanya dipergunakan di Universitas Indonesia
~P
P dan ~P memiliki nilai kebenaran yang berlawanan. Apabila P benar maka ~P salah. Apabila P salah maka ~P benar.
P B S
~PP S B
B : Benar S : Salah
Pernyataan Majemuk
Pernyataan majemuk adalah kombinasi dari pernyataan sederhana. Pernyataan sederhana tersebut dihubungkan melalui penghubung logika (logical connector), yaitu dan, atau, dan jikamaka.
Pernyataan Majemuk
(lanjutan)
P dan Q
P atau Q
Jika P, maka Q
(pernyataan bersyarat dengan P sebab dan Q akibat)
P dan Q (dinotasikan P
Q)
P B B S S
Q B S B S
P Q B S S S
B : Benar S : Salah
P atau Q (dinotasikan P
Q)
P B B S S
Q B S B S
P Q B B B S
B : Benar S : Salah
Q)
P
antecedent (pendahuluan)
Q
consequent (akibat)
P B B S S
Q B S B S
P Q B S B S
Hanya dipergunakan di Universitas Indonesia
Contoh P dan Q
Q P
berpenghasilan tinggi.
Hanya dipergunakan di Universitas Indonesia
Contoh P atau Q
P Malam ini saya akan belajar untuk ujian sejarah atau saya akan menyelesaikan tugas matematika. Q
P
P
Negasi dari pernyataan P dapat diekspresikan sebagai tidak berlaku P ((dinotasikan ~P).)
tidak (P dan Q) ekivalen dengan (tidak P) atau (tidak Q). tidak (P atau Q) ekivalen dengan (tidak P) dan (tidak Q). tidak (Jika P, maka Q) ekivalen dengan P dan (tidak Q).
P B B S S
Q B S B S
~P S S B B
~Q S B S B
P Q B S S S
~(P Q) S B B B
(~P ) (~Q) S B B B
B : Benar S : Salah
Contoh: Hari ini hujan dan udara dingin. Negasinya adalah Hari ini tidak hujan atau udara tidak dingin.
Hanya dipergunakan di Universitas Indonesia
P B B S
Q B S B
~P S S B
~Q S B S
P Q B B B
~ (P Q) S S S
(~P) (~ Q) S S S
Contoh: Stefi belajar untuk ujian Matematika atau mengerjakan tugas IPA. Negasinya adalah Stefi tidak belajar untuk ujian Matematika dan tidak mengerjakan tugas IPA.
Hanya dipergunakan di Universitas Indonesia
P B
Q B
~Q S
P Q B
~(P Q) S
P (~Q) S
B
S S
S
B S
B
S B
S
B B
B
S S
B
S S
Contoh: Jika Dita mendapat nilai baik, maka akan diberi hadiah. Negasinya adalah Dita mendapat nilai baik dan tidak akan diberi hadiah.
Hanya dipergunakan di Universitas Indonesia
Jika P, maka Q
Kontrapositif :
(~Q) (~P)
Konvers Invers
: :
(~P) (~Q)
Contoh
Konvers
Jika Jakarta banjir, maka hujan turun.
Invers
Jika hujan tidak turun, maka Jakarta tidak banjir.
Hanya dipergunakan di Universitas Indonesia
Pernyataan Quantified
Quantifier
Universal Quantifier ( )
o Semua (all) o Setiap (every)
Existential Quantifier ( )
o Tidak ada (no) o Terdapat (there is / there exists)
Hanya dipergunakan di Universitas Indonesia
Pernyataan Quantified
Quantifier
Universal Quantifier ( ) o Semua (all) o Setiap (every) Existential Quantifier ( )
berbahaya.
o Tidak ada (no) o Terdapat (there is / there exists) Hanya dipergunakan di Universitas Indonesia
Argumentasi Deduktif
Dua elemen kunci untuk pernyataan deduktif yang baik: 1. Premis (hipotesis atau asumsi) yang benar 2. Penalaran yang valid
Argumentasi Deduktif
Tiga bentuk pemikiran deduktif yang valid: 1. penalaran langsung (Modus Ponens) Apabila pernyataan Jika P, maka Q benar, dan P benar, maka Q benar. 2. penalaran tidak langsung (Modus Tollens) Apabila pernyataan Jika P, maka Q benar dan Q salah, maka P salah. 3. silogisme Apabila pernyataan Jika P, maka Q benar, dan Jika Q, maka R benar, maka Jika P, maka R benar.
Modus Ponens
Q P Q
Premis 1 : Jika saya mengantuk, maka saya tidur. Premis 2 : Saya mengantuk. Kesimpulan : Saya tidur.
Hanya dipergunakan di Universitas Indonesia
Modus Tollens
Q ~Q ~P
Premis 1 : Jika saya mengantuk maka saya tidur. Premis 2 : Saya tidak tidur. Kesimpulan : Saya tidak mengantuk.
Hanya dipergunakan di Universitas Indonesia
Silogisme
Premis 1 : Premis 2 :
P Q
Q R R
R ((~P))
Kesimpulan : P
Contoh :
Premis 1 : Jika saya mengantuk, maka saya tidur. Premis 2 : Jika saya tidur, maka saya memejamkan mata. Kesimpulan : Jika saya mengantuk, maka saya memejamkan mata.
Hanya dipergunakan di Universitas Indonesia
Premis 1 : Jika saya lapar maka saya makan. Premis 2 : Saya tidak lapar. Kesimpulan : Saya tidak makan.
Premis 1 : Jika saya lapar maka saya makan. Premis 2 : Jika saya saya makan, maka saya kenyang.
Kesimpulan : Jika saya lapar, maka saya kenyang.
Hanya dipergunakan di Universitas Indonesia
Contoh pertama merupakan argumentasi deduktif yang salah karena argumentasi tidak memenuhi modes ponens, modus tollens, maupun silogisme. Contoh kedua merupakan argumentasi yang salah karena dalam silogisme yang digunakan R = ~P. Persyaratan dalam silogisme Premis 1 : P Q Premis 2 : Q R
menghasilkan Kesimpulan :
premis
premis
premis
Teori
Hanya dipergunakan di Universitas Indonesia
Mengambil kesimpulan dari contohcontoh yang spesifik. Kesimpulannya belum tentu bbenar.
Latihan
1. Tentukanlah jenis penalaran (deduktif atau induktif) yang digunakan dalam pernyataan berikut ini. 2. Jelaskan pula alasan dari jawaban kalian.
Latihan 1
Latihan 2
Bahan diskusi dapat dilihat pada file Soal Latihan Penalaran Induktif dan Deduktif
Daftar Pustaka
Blitzer, R., Thinking Mathematically, New Jersey, Pearson Prentice Hall, 4Ed, 2008. Botkin, D.B. dan Keller, E.A., Environmental Science, Asia, John Wiley and Sons, 2010 Meliono,I, Hayon, Y.P., Syamtasiah, I., Poerbasari A.S., Suhartono, Logika, Filsafat Ilmu, dan Pancasila, Buku Ajar 1: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi, Universitas Indonesia, Depok, 2010. Miller C. D., Heeren V. E., Hornsby J.S., Mathematical Ideas, Pearson, 11Ed, 2008. Pirnot, T., Mathematics All Around, Boston, Addison Wesley, 3Ed, 2006. Sevilla, A. dan Sommers, K., Quantitative Reasoning, Emeryville, Key College Publishing, 2007 Deducative and Inductive Logic, http://www.psych.utah.edu/gordon/ Classes/Psy4905Docs/PsychHistory/Cards/Logic.html Inductive Reasoning, http://en.wikipedia.org/wiki/Inductive_reasoning, diakses 1 April 2010 Deductive Reasoning, http://en.wikipedia.org/wiki/Deductive_reasoning April 2010