Anda di halaman 1dari 12

Studi Kepemimpinan Michigan

Setiap manusia pada hakekatnya adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung
jawaban atas kepemimpinannya, manusia sebagai pemimpin minimal mampu
memimpin dirinya sendiri dan mempunyai kelebihan dibandingkan yang lainnya.
Begitu pula setiap organisasi harus memiliki pemimpin, tanpa pemimpin akan kacau
karena harus ada orang yang memerintah dan mengarahkan dalam mencapai
tujuan secara efektif dan efisin.
Secara umum definisi kepemimpinan dapat dirumuskan bahwa kepemimpinan
berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat
mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, mengarahkan
dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut
dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu tujuan
tertentu (Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI,2009,125). Menurut Sindang
P.Siagian (2003) kepemimpinan merupakan motor atau daya penggerak dari semua
sumber-sumber bagi suatu organisasi. Pembahasan tentang kepemimpinan
menyangkut tugas dan gaya kepemimpinan, cara mempengaruhi kelompok, yang
mempengaruhi kepemimpinan seseorang.
Tugas kepemimpinan, meliputi dua bidang utama, pekerjaan yang harus
diselesaikan dan kekompakan orang yang dipimpinannya. Tugas yang berhubungan
dengan pekerjaan disebut task function. Tugas yang berhubungan dengan
pekerjaan perlu agar pekerjaan kelompok dapat diselesaikan dan kelompokm
mencapai tujuannya. Tugas yang berhubungan dengan kekompakan kelompok
dibutuhkan agar hubungan antar orang yang bekerjasama menyelesaikan kerja itu
lancar dan enak jalannya.
Kepemimpinan merupakan salah satu topik terpenting didalam mempelajari dan
mempraktekkan manajemen. Studi tentang kepemimpinan ini sejak dulu telah
banyak menarik perhatian para ahli. Sepanjang sejarah dikenal adanya
kepemimpinan yang berhasil dan tidak berhasil selain itu kepemimpinan banyak
mempengaruhi cara kerja dan prilaku banyak orang. Sebagian sebabnya sudah ada
yang diketahui, sebagian belum terungkap. Oleh karena itu kepemimpinan banyak
menarik perhatian para ahli untuk mempelajari. Di Amerika Serikat terdapat banyak
serangkaian penelitian tentang kepemimpinan mulai dari yang klasik sampai yang
modern. Pada makalah ini akan diuraikan kembali tentang studi klasik dari
kepemimpinan tersebut, dalam hal ini kami memfokuskan kajian tentang studi
kepemimpinan Universitas Michigan.

Selama kurun waktu tiga dekade, dimulai pada permulaan tahun 1950-an,
penelitian mengenai perilaku pemimpin telah didominasi oleh suatu fokus pada
sejumlah kecil aspek dari perilaku. Teori perilaku adalah teori kepemimpinan yang
menjelaskan ciri-ciri perilaku seorang pemimpin dan ciri-ciri perilaku seorang bukan
pemimpin. Kebanyakan studi mengenai perilaku kepemimpinan selama periode
tersebut menggunakan kuesioner untuk mengukur perilaku yang berorientasi pada

tugas dan yang berorientasi pada hubungan. Beberapa studi telah dilakukan untuk
melihat bagaimana perilaku tersebut dihubungkan dengan kriteria tentang
efektivitas kepemimpinan seperti kepuasan dan kinerja bawahan. Peneliti-peneliti
lainnya menggunakan eksperimen laboratorium atau lapangan untuk menyelidiki
bagaimana perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahan. Jika
kita cermati, satu-satunya penemuan yang konsisten dan agak kuat dari teori
perilaku ini adalah bahwa para pemimpin yang penuh perhatian mempunyai lebih
banyak bawahan yang puas. (massofa.wordpress.com)
Ada berbagai aliran dan teori perilaku diantaranya: Ohio State University, University
of Michigan, The Managerial Grid. Namun dalam makalah ini kami akan
memfokuskan pembahasan tentang studi kepemimpinan University of Michigan.
Studi kepemimpinan Universitas Michigan yang dipelopori oleh Gibson dan
Ivancevich, mengidentitikasi dua bentuk perilaku pemimpin yaitu : Perilaku
kepemimpinan yang berorientasi pada pekerjaan/tugas (The Job Centered) dan
bentuk Perilaku kepemimpinan terpusat pada pegawai/bawahan (The Employee
centered).
Menurut Robbins (2003) studi kepemimpinan yang dilakukan oleh Pusat Riset dan
Survei Universitas Michigan pada waktu yang kira-kira bersamaan dengan yang
dilakukan di Ohio, mempunyai sasaran penelitian yang serupa: mencari
karakteristik perilaku pemimpin yang tampaknya dikaitkan dengan ukuran
keefektifan kinerja. Kelompok Michigan juga sampai pada dua dimensi perilaku
kepimipinan yang mereka sebut beroriantasi bawahan dan berorientasi produksi.
Pemimpin yang berorientasi-bawahan dideskripsikan sebagai menekankan
hubungan antarpribadi; mereka berminat secara pribadi pada kebutuhan bawahan
mereka dan menerima perbedaan individual di antara anggota-anggota. Sebaliknya
pemimpin yang berorientasi-produksi, cenderung menekankan aspek teknis atau
tugas dari pekerjaan perhatian utama mereka aalah pada penyelesaian tugas
kelompok mereka, dan anggota-anggota kelompok adalah alat untuk tujuan akhir
itu.
Pusat Riset Micihigan University melakukan suatu penelitian. Penelitian ini
mengidentifikasikan dua konsep yakni orientasi produksi (production orientastion)
dan orientasi bawahan (employee orientation). Pemimpin yang menekankan pada
orientasi bawahan sangat memperhatikan bawahan, di mana mereka merasa
bahwa setiap karyawan itu penting, dan menerima karyawan sebagai pribadi.
Sedangkan pemimpin yang berorientasi pada produksi sangat memperhatikan hasil
dan aspek-aspek kerja untuk kepentingan organisasi, dengan tanpa menghiraukan
apakah bawahan senang atau tidak. Kedua ini hampir sama dengan tipe otoriter
dan tipe demokrtatis. (Wahjo Sumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta: Ghalia,
1987:66.)
Dalam mengadakan penelitian pusat riset survei universitas Michigan bekerjasama
dengan riset angkatan laut yang tujannya untuk menentukan prinsip-prinsip
produktivitas kelompok, dan kepuasan anggota kelompokyang diperoleh dari
partisipasi mereka. Untuk mencapai tujuan ini maka pada tahun 1947, dilakukan
penelitian di Newark, new Jersey, pada perusahaan asuransi Prudental. Pada
penelitian Newark, New Jersey tersebut pengukuran yang sistematis dibuat

berdasarkan persepsi dan sikap para pekerja. Variabel-variabel ini kemudian


dihubungkan dengan pengukuran-pengukuran pelaksanaan kerja. Hasil
menunjukkan bahwa pengawas-pengawas pada seksi produksi tinggi lebih
menyukai:
1. Menerima pengawasan dari pengawas-pengawas mereka yang bersifat terbuka di
banding yang terlalu ketat.
2. Menyukai sejumlah otoritas dan tanggungjawab yang ada pada pekerjaan mereka
3. Menggunakan sebagian besar waktunya dalam pengawasan
4. Memberikan pengawasan terbuka kepada bawahannya dari pada pengawasan
yang ketat
5. Berorientasi pada pekerja dari pada berorientasi pada produksi.
Berdasarkan penelitian universitas michigan tersebut ada dua macam tipe perilaku
kepemimpinan yang telah kami sebutkan diatas. Rensis leinkert memberikan uraian
karaktesitik dari masing-masing tipe kepemimpinan tersebut. Dalam tipe
kepemimpinan yang berorientasi pada tugas ditandai oleh beberapa hal sebagai
berikut :
1. Pemimpin memberikan petunjuk kepada bawahan.
2. Pemimpin selalu mengadakan pengawasan secara ketat terhadap bawahan.
3. Pemimpin meyakinkan kepada bawahan bahwa tugas-tugas harus dilaksanakan
sesuai dengan keinginannya.
4. Pemimpin lebih menekankan kepada pelaksanaan tugas daripada pembinaan dan
pengembangan bawahan.
Sedangkan tipe kepemimpinan yang berorientasi kepada karyawan atau bawahan
ditandai dengan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pemimpin lebih memberikan motivasi daripada memberikan pengawasan kepada
bawahan.
2. Pemimpin melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan.
3. Pemimpin lebih bersifat kekeluargaan, saling percaya dan kerja sama, saling
menghormati di antara sesama anggota kelompok.

3. Menurut MICHIGAN kepemimpinan ada 2, yaitu:

Kepemimpinan terpusat pada pekerjaan


Kepemimpinan terpusat pada pegawai

https://ibnunsr.wordpress.com/2012/06/05/studi-kepemimpinan-michigan/

B. Latar Belakang Metode Tujuan dan Hasil Penelitian Studi OHIO


Menurut OHIO kepemimpinan ada 2, yaitu:

Kepemimpinan menurut struktur tugasnya


Kepemimpinan menurut tenggang rasa

https://ibnunsr.wordpress.com/2012/06/05/teori-kepemimpinan-ohio/
teori michigan dan ohio state

A.

Studi Kepemimpinan OHIO

Pada tahun 1945 , Biro penelitian Bisnis dari Universitas Negeri Ohio melakukan
serangkaian penemuan dalam bidang kepemimpinan. Suatu tim riset interdisipliner
mulai dari ahli psikologi , sosiologi, dan ekonomi mengembangkan dan
menggunakan Kuesioner Deskripsi Perilaku Pemimpin , untuk menganalisis
kepemimpinan dalam berbagai tipe kelompok dan situasi. Penelitian ini dilakukan
atas beberapa komandan Angkatan Udara dan anggota-anggota pasukan
pengebom (bombers crew), pejabat-pejabat sipil di angkatan laut, pengawaspengawas dalam pabrik, administrator-administrator, perguruan tinggi, guru ,
kepala guru, pemilik-pemilik sekolah , pemimpin-pemimpin berbagai gerakan
mahasiswa dan kelompok-kelompok sipil lainnya.
Studi ohio memulai dengan premis bahwa tidak ada kepuasaan atas rumusan atau
definisi kepemimpinan yang ada, mereka juga mengetahui bahwa hasil kerja yang
terdahulu terlalu banyak berasumsi bahwa kepemimpinan selalu diartikan sama
dengan kepemimpinan yang baik.
Staf peniliti dari Ohio ini merumuskan kepemimpinan sebagai suatu perilaku
seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu grup kearah
pencapaian tujuan tertentu. Dalam hal ini pemimpin mempunyai deskripsi perilaku
atas dua dimensi, yakni: struktur pembuatan inisiatif dan perhatian.
Struktur pembuatan inisiatif ini menunjukkan kepada perilaku pemimpin di dalam
menentukan hubungan kerja antara dirinya dengan yang dipimpin, dan usahanya di
dalam menciptakan pola organisasi, saluran komunikasi, dan prosedur kerja yang
jelas. Adapun perilaku perhatian (consideration) menggambarkan perilaku
pemimpin yang menunjukan kesetiakawanan, bersahabt, saling memercayai, dan

kehangatan didalam hubungan kerja antara pemimpin dan anggota stafnya. Kedua
perilaku inilah yang digali dan diteliti oleh penelitian Universitas Ohio ini.
Kuesioner (The Leader Behavior Description Questionnaire - LBDQ) terdiri dari 15
item yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai struktur inisiatif, dan 15 item
yang berisi pertanyaan mengenai perhatian. Responden diminta menilai frekuensi
pemimpinnya di dalam melakukan setia bentuk struktur inisiatif dan perhatian
dengan cara memilih salah satu dari 5 deskripsi sebagai berikut:selalu, seringkali,
sewaktu-waktu, jarang dan tidak pernah. Dengan demikian, struktur inisiatif dan
perhatian merupakan dimensi-dimensi dan perilaku yang diamati dan digunakan
oleh pihak lain. Contoh item-item yang digunakan dalam pertanyaan dapat dilihat

TABEL : Contoh item dalam kuesioner deskripsi perilaku pemimpin


.
Perhatian
Struktur Pembuatan inisiatif
Pemimpin mempunyai waktu untuk mendengarkan anggota kelompok

Pemimpin berkemauan untuk melakukan perubahan-perubahan.

Pemimpin adalah bersahabat dan mudah didekati.

Pemimpin menugaskan anggota kelompok untuk melaksanakan tugas-tugas


tertentu.

Pemimpin meminta anggota kelompok untuk mematuhi aturan-aturan yang sudah


ditetapkan.

Pemimpin membiarkan anggota kelompok mengetahui apa yang diharapkan


darinya.

Walaupun penekanan utama dalam studi kepemimpinan dari Universitas Ohio ini
adalah pada perilaku yang diamati, namun demikian staff peneliti mengembangkan
pula kuesioner pendapat pemimpin (leader Opinion Questionnaire- LOQ) dalam
mengumpulkan data mengenai persepsi diri dari pemimpin-pemimpin tentang gaya
kepemimpinannya .
Di dalam menelaah perilaku kepemimpinan, tim dari Universitas Ohio ini
menemukan bahwa kedua perilaku struktur inisiatif dan pehatian tersebut sangat
berbeda dan terpisah satu sama lain. Nilai yang tinggi pada satu dimensi tidaklah
mesti diikuti rendahnya nilai dari dimensi yang lain. Perilaku pemimpin dapat pula
merupakan kombinasi dari dua dimensi tersebut. Oleh karena itulah, selama
penelitian kedua dimensi perilaku tersebut dirancang pada sumbu yang terpisah.
Empat segi dikembangkan untuk menunjukkan bermacam kombinasi dari struktur
inisiatif (perilaku tugas) dengan perhatian (perilaku hubungan).

B.

PENELITIAN PERILAKU MELALUI EKSPERIMEN

Cara terbaik untuk menemukan hubungan sebab akibat adalah dengan melakukan
eksperimen dimana perilaku pemipin dimanipulasi dengan melatih para pemipin
untuk meggunakan perilaku tertentu. Beberapa eksperimen telah dilakukan dalam
suasana laboratorium kepada para mahasiswa universitas (Day, 1971; Day dan
Hamblin, 1964; Farris dan Lim, 1969; Herold, 1977; Lowin dan Craig, 1968; Misumi
dan Shirakashi, 1966; Sims dan Manz 1984).penelitian ini memperlihatkan bahwa
hubungan sebab akibat beroperasi dalam dua arah, mdengan perilaku kehasil, dan
sebaliknya.
Keterbatasan dan kebanyakan eksperimen laboratorium mengenai kepemimpinan
adalah bahwa eksperimen itu sangant tidak realistis, sehingga sulit
menggeneralisasi hasilnya kepara karyawan dalam organisasi sebenarnya. Dalam
usaha untuk menanggulangi keterbatasan tersebut, dua buah studi telah dilakukan
dengan memperkerjakan para mahasiswa untuk sementara waktu, bekerja paruh
waktu, untuk seorang penyelia yang sebenarnya adalah salah satu peneliti.
Eksperimen lapangan sulit dilakukan pada organisasi yang sebenarnya dan hanya
sedikit dari eksperimen itu digunakan untuk meneliti dampak dari perilaku
kepemimpinan. Dalam eksperimen lapangan ini, perialku telah dimanupulasi
dengan program latihan. Dalam studi selama 18 bulan terhadap para manajer
sebuah pabrik saja, para manajer yang menerima pelatihan menghsilkan
pertimbangan lebih yang banyak dan memerima peringkat kerja yanglebih tinggi
dibanding para Manajer pada kelompok kendali (hand & slocum, 1972). Hasilnya
tidak pasti untuk perilaku yang berorientasi pada tugas. Pada studi mengenai para
penyelia sebuah rumah sakit, pelatihan meningkatkan perilaku pertimbangan dan
menghasilkan kepuasan dan kehadiran lebih tinggi, diukur dua bulan setelah
pelatihan (wexley & Nemeroff, 1975). Dalam studi terhadap para penyelia lini

pertama, pelatihan meningkatkan penggunaan beberapa perilaku yang berorientasi


pada hubungan (misalnya, mendengarkan secara aktif, memberi pujian), dan
terdapat peningkatan signifikan atas peringkat kinerja yang dibuat satu tahun
setelah pelatihan oleh atasan dari masing-masing penyelia (latham & Saari, 1979).
Pada studi terhadap penyelia, pelatihan hubungan antar manusia menghasilkan
lebih banyak penggunaan beberapa perilaku yang berorientasi pada hubungan
(misalnya mendengarkan secara aktif, memberi pujian, konsultasi) dan peningkatan
signifikan sebanyak 17 persen atas produktivitas kerja (produksi per jam) terjadi
pada enam bulan setelah pelatihan diselesaikan (Porras &Anderson, 1981).
Akhirnya, pada studi terhadap para penyelia produksi di sebuah parik mebel,
produktivitas meningkata (untuk enam bulan hingga 2 tahun setelah pelatuhan)
pada tiga dari empat departemen di mana para penyelianya dilatih untuk
menggunakan lebih banyak pujian kepada para bawahannya (Wikoff, Anderson &
Crowell, 1983).
Ringkasnya, penelitian eksperimental dalam laboraturium dan suasana
lapangan menemukan bahwa peningkatan perilaku kepemimpinan yang
berorientasi pada hubungan biasanya menghasilkan kepuasan dan produktivitas
yang lebih tinggi pada para bawahan. Perilaku yang berorientasi pada tugas tidak
dimanipulasi pada banyak studi eksperimental, dan jika dimanupulasi hasilnya
campur aduk dan tidak bisa disimpulkan.

A.

STUDY KEPEMIMPINAN MICHIGAN

Setiap manusia pada hakekatnya adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung
jawaban atas kepemimpinannya, manusia sebagai pemimpin minimal mampu
memimpin dirinya sendiri dan mempunyai kelebihan dibandingkan yang lainnya.
Begitu pula setiap organisasi harus memiliki pemimpin, tanpa pemimpin akan kacau
karena harus ada orang yang memerintah dan mengarahkan dalam mencapai
tujuan secara efektif dan efisin.

Secara umum definisi kepemimpinan dapat dirumuskan bahwa


kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk
dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan,
mengarahkan dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima
pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu
tercapainya suatu tujuan tertentu (Tim Dosen Administrasi Pendidikan
UPI,2009,125). Menurut Sindang P.Siagian (2003) kepemimpinan merupakan motor
atau daya penggerak dari semua sumber-sumber bagi suatu organisasi.

Pembahasan tentang kepemimpinan menyangkut tugas dan gaya kepemimpinan,


cara mempengaruhi kelompok, yang mempengaruhi kepemimpinan seseorang.
Tugas kepemimpinan, meliputi dua bidang utama, pekerjaan yang harus
diselesaikan dan kekompakan orang yang dipimpinannya. Tugas yang berhubungan
dengan pekerjaan disebut task function. Tugas yang berhubungan dengan
pekerjaan perlu agar pekerjaan kelompok dapat diselesaikan dan kelompok
mencapai tujuannya. Tugas yang berhubungan dengan kekompakan kelompok
dibutuhkan agar hubungan antar orang yang bekerjasama menyelesaikan kerja itu
lancar dan enak jalannya.
Kepemimpinan merupakan salah satu topik terpenting didalam mempelajari
dan mempraktekkan manajemen. Studi tentang kepemimpinan ini sejak dulu telah
banyak menarik perhatian para ahli. Sepanjang sejarah dikenal adanya
kepemimpinan yang berhasil dan tidak berhasil selain itu kepemimpinan banyak
mempengaruhi cara kerja dan prilaku banyak orang. Sebagian sebabnya sudah ada
yang diketahui, sebagian belum terungkap. Oleh karena itu kepemimpinan banyak
menarik perhatian para ahli untuk mempelajari. Di Amerika Serikat terdapat banyak
serangkaian penelitian tentang kepemimpinan mulai dari yang klasik sampai yang
modern. Pada makalah ini akan diuraikan kembali tentang studi klasik dari
kepemimpinan tersebut, dalam hal ini kami memfokuskan kajian tentang studi
kepemimpinan Universitas Michigan.

Selama kurun waktu tiga dekade, dimulai pada permulaan tahun 1950-an,
penelitian mengenai perilaku pemimpin telah didominasi oleh suatu fokus pada
sejumlah kecil aspek dari perilaku. Teori perilaku adalah teori kepemimpinan yang
menjelaskan ciri-ciri perilaku seorang pemimpin dan ciri-ciri perilaku seorang bukan
pemimpin. Kebanyakan studi mengenai perilaku kepemimpinan selama periode
tersebut menggunakan kuesioner untuk mengukur perilaku yang berorientasi pada
tugas dan yang berorientasi pada hubungan. Beberapa studi telah dilakukan untuk
melihat bagaimana perilaku tersebut dihubungkan dengan kriteria tentang
efektivitas kepemimpinan seperti kepuasan dan kinerja bawahan. Peneliti-peneliti
lainnya menggunakan eksperimen laboratorium atau lapangan untuk menyelidiki
bagaimana perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahan. Jika
kita cermati, satu-satunya penemuan yang konsisten dan agak kuat dari teori
perilaku ini adalah bahwa para pemimpin yang penuh perhatian mempunyai lebih
banyak bawahan yang puas.
(massofa.wordpress.com)
Ada berbagai aliran dan teori perilaku diantaranya: Ohio State University,
University of Michigan, The Managerial Grid. Namun dalam makalah ini kami akan
memfokuskan pembahasan tentang studi kepemimpinan University of Michigan.
Studi kepemimpinan Universitas Michigan yang dipelopori oleh Gibson dan
Ivancevich, mengidentitikasi dua bentuk perilaku pemimpin yaitu : Perilaku
kepemimpinan yang berorientasi pada pekerjaan/tugas (The Job Centered) dan

bentuk Perilaku kepemimpinan terpusat pada pegawai/bawahan (The Employee


centered).
Menurut Robbins (2003) studi kepemimpinan yang dilakukan oleh Pusat Riset dan
Survei Universitas Michigan pada waktu yang kira-kira bersamaan dengan yang
dilakukan di Ohio, mempunyai sasaran penelitian yang serupa: mencari
karakteristik perilaku pemimpin yang tampaknya dikaitkan dengan ukuran
keefektifan kinerja. Kelompok Michigan juga sampai pada dua dimensi perilaku
kepimipinan yang mereka sebut beroriantasi bawahan dan berorientasi produksi.
Pemimpin yang berorientasi-bawahan dideskripsikan sebagai menekankan
hubungan antarpribadi; mereka berminat secara pribadi pada kebutuhan bawahan
mereka dan menerima perbedaan individual di antara anggota-anggota. Sebaliknya
pemimpin yang berorientasi-produksi, cenderung menekankan aspek teknis atau
tugas dari pekerjaan perhatian utama mereka aalah pada penyelesaian tugas
kelompok mereka, dan anggota-anggota kelompok adalah alat untuk tujuan akhir
itu.

Pusat Riset Micihigan University melakukan suatu penelitian. Penelitian ini


mengidentifikasikan dua konsep yakni orientasi produksi (production orientastion)
dan orientasi bawahan (employee orientation). Pemimpin yang menekankan pada
orientasi bawahan sangat memperhatikan bawahan, di mana mereka merasa
bahwa setiap karyawan itu penting, dan menerima karyawan sebagai pribadi.
Sedangkan pemimpin yang berorientasi pada produksi sangat memperhatikan hasil
dan aspek-aspek kerja untuk kepentingan organisasi, dengan tanpa menghiraukan
apakah bawahan senang atau tidak. Kedua ini hampir sama dengan tipe otoriter
dan tipe demokrtatis.
(Wahjo Sumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta: Ghalia, 1987:66.)
Dalam mengadakan penelitian pusat riset survei universitas Michigan bekerjasama
dengan riset angkatan laut yang tujannya untuk menentukan prinsip-prinsip
produktivitas kelompok, dan kepuasan anggota kelompokyang diperoleh dari
partisipasi mereka. Untuk mencapai tujuan ini maka pada tahun 1947, dilakukan
penelitian di Newark, new Jersey, pada perusahaan asuransi Prudental. Pada
penelitian Newark, New Jersey tersebut pengukuran yang sistematis dibuat
berdasarkan persepsi dan sikap para pekerja. Variabel-variabel ini kemudian
dihubungkan dengan pengukuran-pengukuran pelaksanaan kerja.
Hasil menunjukkan bahwa pengawas-pengawas pada seksi produksi tinggi lebih
menyukai:
1. Menerima pengawasan dari pengawas-pengawas mereka yang bersifat terbuka di
banding yang terlalu ketat.
2. Menyukai sejumlah otoritas dan tanggungjawab yang ada pada pekerjaan mereka
3. Menggunakan sebagian besar waktunya dalam pengawasan

4. Memberikan pengawasan terbuka kepada bawahannya dari pada pengawasan


yang ketat
5. Berorientasi pada pekerja dari pada berorientasi pada produksi.
Menurut Fred Luthans pengawasan seksi produksi rendah memiliki
karakteristik dan teknik-teknik yang berlawananan. Mereka dijumpai menyukai
pengawasan-pengawasan yang ketat yang berorientasi pada produksi. Penemuan
lain yang penting tapi kadang-kadang di abaikan adalah bahwa kepuasan karyawan
tidak secara langsung berhubungan dengan produktivitas.
Pada umumnya orientasi pengawasan karyawan seperti yang diuraikan di
atas telah memberikan patokan untuk pendekatan hubungan kemanusiaan seacra
tradisional bagi kepemimpinan. Hasil-hasil dari penemuan prudential diatas telah
banyak dikutib untk membuktikan teori-teori dalam hubungan kemanusiaan.
Penemuan ini kemudian banyak diikuti oleh ratusan penemuan-penemuan
berikutnya dibidang yang luas pada pemerintahan, industri, rumah sakit dan
organisasi lainnya. Sebagai bukti pada tahun 1961, Rensis Likert, direktur dari
penelitian ilmu-ilmu sosial, Universitas Michigan, mengeluarkan hasil penelitan
tahunannya yang berjudul New Pattern of Management, walaupun dalam penelitian
tersebut banyak terdapat variasi dan penyempurnaan dari hasil penemuan yang
lalu namun dalam New Pattern tersebut secara esensial masih banyak dijumpai
kesamaan dengan penelitian diperusahaan Prudential diatas (Miftah Toha, 2001,21)
Berdasarkan penelitian universitas michigan tersebut ada dua macam tipe perilaku
kepemimpinan yang telah kami sebutkan diatas. Rensis leinkert memberikan uraian
karaktesitik dari masing-masing tipe kepemimpinan tersebut. Dalam tipe
kepemimpinan yang berorientasi pada tugas ditandai oleh beberapa hal sebagai
berikut :

1. Pemimpin memberikan petunjuk kepada bawahan.

2. Pemimpin selalu mengadakan pengawasan secara ketat terhadap bawahan.

3. Pemimpin meyakinkan kepada bawahan bahwa tugas-tugas harus dilaksanakan


sesuai dengan keinginannya.

4. Pemimpin lebih menekankan kepada pelaksanaan tugas daripada pembinaan dan


pengembangan bawahan.

Sedangkan tipe kepemimpinan yang berorientasi kepada karyawan atau bawahan


ditandai dengan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pemimpin lebih memberikan motivasi daripada memberikan pengawasan kepada


bawahan.
2. Pemimpin melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan.
3. Pemimpin lebih bersifat kekeluargaan, saling percaya dan kerja sama, saling
menghormati di antara sesama anggota kelompok.
Sebagai pengembangan, maka para ahli berusaha dapat menentukan mana di
antara kedua gaya kepemimpinan itu yang paling efektif untuk kepentingan
organisasi atau perusahaan. Salah satu pendekatan yang dikenal dalam
menjalankan gaya kepemimpinan adalah ada empat sistem manajemen yang
dikembangkan oleh Rensis Likert. Empat system tersebut terdiri dari:
1. Sistem 1, otoritatif dan eksploitif: pemimpin membuat semua keputusan yang
berhubungan dengan kerja dan memerintah para bawahan untuk
melaksanakannya. Standar dan metode pelaksanaan juga secara kaku ditetapkan
oleh pemimpin. Manajemen menggunakan rasa takut dan ancaman; komunikasi
atas ke bawah dengan kebanyakan keputusan diambil di atas; atasan dan bawahan
memiliki jarak yang jauh;
2. Sistem 2, otoritatif dan benevolent: pemimpin tetap menentukan perintahperintah, tetapi memberi bawahan kebebasan untuk memberikan komentar
terhadap perintah-perintah tersebut. berbagai fleksibilitas untuk melaksanakan
tugas-tugas mereka dalam batas-batas dan prosedur-prosedur yang telah
ditetapkan. Manajemen menggunakan penghargaan;, informasi mengalir ke atas
dibatasi untuk manajemen apa yang ingin didengar dan keputusan kebijakan
sementara datang dari atas beberapa keputusan yang ditetapkan dapat
dilimpahkan ke tingkat yang lebih rendah, atasan mengharapkan kepatuhan
bawahan
3. Sistem 3, konsultatif: pemimpin menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan
perintah-perintah setelah hal-hal itu didiskusikan dahulu dengan bawahan. Bawahan
dapat membuat keputusan keputusan mereka sendiri tentang cara pelaksanaan
tugas. Penghargaan lebih digunakan untuk memotivasi bawahan daripada ancaman
hukuman. Manajemen menawarkan hadiah, kadang-kadang hukuman; keputusan
besar datang dari atas sementara ada beberapa yang lebih luas keterlibatan dalam
pengambilan keputusan dan komunikasi rincian ke bawah ke atas sementara
komunikasi penting hati-hati.
4. Sistem 4, partisipatif: adalah sistem yang paling ideal menurut Likert tentang
cara bagaimana organisasi seharusnya berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan dan
keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok. Bila pemimpin secara formal yang
membuat keputusan, mereka melakukan setelah mempertimbangkan saran dan
pendapat dari para anggota kelompok. Untuk memotivasi bawahan, pemimpin tidak
hanya mempergunakan penghargaan-penghargaan ekonomis tetapi juga mencoba
memberikan kepada bawahan perasaan yang dibutuhkan dan penting. Manajemen
kelompok mendorong partisipasi dan keterlibatan dalam menetapkan tujuan kinerja

yang tinggi dengan beberapa penghargaan ekonomi; komunikasi mengalir ke segala


arah dan terbuka dan jujur dengan pengambilan keputusan melalui proses
kelompok dengan masing-masing kelompok terkait dengan orang lain dengan
orang-orang yang menjadi anggota lebih dari satu kelompok yang disebut
menghubungkan pin; dan bawahan dan atasan dekat. Hasilnya adalah produktivitas
yang tinggi dan lebih baik hubungan industrial.
http://hadijalal.blogspot.co.id/2014/04/teori-michigan-dan-ohio-state.html

Anda mungkin juga menyukai