Anda di halaman 1dari 8

Essai Tinjauan Morfologi, Anatomi, dan Adaptasi Kelelawar

Disusun Oleh :

MARIA MONASIAS NATALIANI PENDIDIKAN FISIKA / KELAS A K2311046

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 / 2012

Kelelawar (Osteichthyes) termasuk kelompok hewan menyusi primitif yang dinamakan Unguiculata. Kelelawar menjadi satu-satunya jenis hewan mamalia dari ordo Chiroptera yang dapat terbang dengan menggunakan sayapnya. Seluruh tubuhnya tertutup bulu serta dapat terbang menurut gaya tersendiri. Hewan ini bersifat nokturnal sehingga membutuhkan tempat bertengger

(roosting area) ketika siang hari. Identifikasi fosil yang jarang ditemukan menjadikan asal-usul kelelawar masih belum begitu jelas. Kelelawar pertama di bumi yang ditemukan diberi nama Icaronycteris yang hidup di Amerika Utara dan mempunyai lebar sayap sepanjang 37 cm. Para peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan manuver kelelawar di malam hari baru berkembang setelah kelelawar bisa terbang. Kesimpulan tersebut mengacu pada fosil spesies kelelawar primitif yang ditemukan di Wyoming, Amerika Serikat, yang diperkirakan hidup sekitar 52 juta tahun yang lalu. Dari 4.000 spesies mamalia, 963 jenis di antaranya merupakan spesies kelelawar. Spesies ini memiliki beberapa peranan, antara lain sebagai pengontrol serangan hama, penyerbuk bunga dan pernyebar biji-bijian serta menghasilkan pupuk guano yang dimanfaatkan dalam bidang pertanian. Dengan kemampuan terbang dan jelajah kelelawar yang dapat mencapai 20 km, kelelawar juga ikut menyebarkan biji dari buah yang dimakannya, seperti jambu biji, sawo, kenari, dan sebagainya. Ordo kelelawar dibagi menjadi dua sub-ordo yaitu Megachiroptera (kelelawar besar) dan Microchiroptera (kelelawar kecil). Megachiroptera mencakup 154 jenis yang memiliki range bobot antara 25-900 g dengan bentang sayap 25-150 cm. Sub-ordo ini memiliki mata yang besar dibanding microchiroptera. Terdapat cakar pada jari kedua maupun ibu jari. Megachiroptera juga disebut kelelawar anjing karena wajahnya yang sekilas mirip anjing. Sedangkan Microchiroptera memiliki range bobot antara 3,5-180 g dengan bentang sayap 15-90 cm. Microchiroptera yang satu dengan yang lain lebih banyak lagi memiliki perbedaan sehingga dibagi menjadi empat superfamili dan enam belas famili dengan jumlah kurang lebih 720. Contoh habitat microchiroptera adalah daerah Asia dan Afrika. Mereka bertubuh kecil, memakan serbuk sari, dan memiliki lebar dua sayap sepanjang 30 cm dengan berat 15 g. Kelebihan yang dimiliki Microchiroptera adalah sistem ekolokasi (kemampuan manuver kompleks untuk menangkap mangsanya dalam kegelapan) yang lebih baik. Namun di sisi lain, kelelawar ini memiliki penglihatan yang kurang jelas.

A. TAKSONOMI Klasifikasi hewan merupakan proses penempatan hewan ke dalam tingkatannya masingmasing berdasarkan persamaan ciri-ciri yang tampak, baik dari sisi morfologi ataupun dari segi anatominya. Secara taksonomi, kelelawar dapat dijabarkan dalam klasifikasi ilmiah berikut. Kerajaan Filum Kelas Infrakelas Super ordo Ordo Subordo Famili Genus Jenis Subordo Famili : Animalia : Chordata : Mammalia : Eutheria : Laurasiatheria : Chiroptera : 1. Megachiroptera : Pteropodidae : 42 genus : 175 jenis : 2. Microchiroptera : 1. Rhinopomiatidae 2. Nycteridae 3. Megadermatidae 4. Rhinolophidae 5. Hipposideridae 6. Mizopopodidae 7. Mystacinidae 8. Noctilionidae 9. Phyllostomidae 10. Desmodontidae 11. Natalidae 12. Furipteridae 13. Thyropteridae 14. Verpertilionidae 15. Emballonuridae 16. Molossidae Genus Jenis : 145 genus : 788 jenis

B. MORFOLOGI

1. Cakar jari kedua dimiliki beberapa jenis kelelawar terutama Famili

Pteropodidae. 2. Rambut yang sangat jarang atau gundul dimiliki oleh beberapa jenis kelelawar seperti Cheiromeles, namun ada juga yang berambut tebal. Warna rambut juga dapat dijadikan acuan identifikasi kelelawar. Misalnya, garis coklat atau hitam tengah di sepanjang menandakan

punggung

kelelawar tersebut adalah jenis Nyctimene, garis putih pendek pada kening pada Stylotenium dan Neopteryx, serta totol-totol putih pada sayap Nyctimene dan Balionycteris. 3. Selaput kulit yang dapat diperhatikan adalah selaput di antara paha. Pada Microchiroptera, selaput ini berkembang kecuali pada Rhinopomatidae, sedangkan tidak pada Megachiroptera. 4. Ada tidaknya ekor dapat digunakan sebagai acuan identifikasi. Beberapa jenis kelelawar tidak berekor atau berekor sangat mengecil adalah Pteropus, Acerodon, Thoopterus, Macroglossus, Megaderma, dan Coelops. Sementara itu, pada Nycteris, ujung ekor bercabang dan membentuk huruf T. 5. Bentuk, ukuran, serta ada tidaknya tragus dan antitragus pada telinga dapat menjadi acuan identifikasi. Tragus adalah bagian menonjol dari dalam daun telinga yang berbentuk seperti tongkat. Antitragus adalah bagian menonjol dari luar daun telinga seperti pada Molossidae yang berbentuk bundar ataupun tumpul. Pada Myotis, bentuk tragus umumnya panjnag dan runcing pada ujungnya dan menghadap depan. 6. Lipatan kulit sekitar lubang hidung atau noseleaf juga digunakan sebagai acuan identifikasi. Rhinolophidae dan Hipposideridae memiliki daun hidung yang merupakan tonjolan kulit, terdiri dari 3 bagian yaitu daun hidung belakang, tengah, dan depan. Sementara pada jenis kelelawar lain daun hidungnya amat sederhana, berupa lipatan kulit yang tunggal dan hanya tumbuh di ujung moncong.

7. Rigi palatum adalah tonjolan kulit pada bagian langit-langit. Terdapat tipe garis-garis yang tidak terputus, tengah berupa garis terputus dan belakang berupa garis-garis yang tidak terputus menyerupai busur. Gigi palatum dirumuskan berdasarkan jumlah garis pada masing-masing bagian.

C. ANATOMI Anatomi kelelawar menunjukkan bahwa pada setiap lengan terdapat sendi rangkap yang dihubungkan dengan tulang belikat. Kekokohan tubuhnya juga didukung oleh keberadaan lengan bawah yang berukuran panjang, dengan satu pendek

pengumpil

dilengkapi

pergelangan

dengan banyak tulang tubuh menyatu. Ibu jari mengandung sebuah cakar untuk berjalan dan memanjat. Pada vampire, ibu jari telah bermodifikasi menyerupai kaki dan mengandung bantal daging yang berfungsi sebagai telapak kaki. Susunan jari pada jenis ini juga amat mendukung kemampuannya dalam mengendalikan seluruh sayap secara sempurna. Lapisan kulit ganda dapat ditemukan membungkus lengan bawah, yakni berupa selaput sayap yang tipis. Selaput ini menutupi semua jari kecuali ibu jari sampai ke tungkai belakang. Karena keelastisan dan kelenturannya, selaput ini dapat dilipat dan tidak menjadi penghalang pada saat berjalan. Sementara itu, tungkai belakang memiliki tulang paha dan tulang betis yang sama panjang. Berkaki pendek dan bulat yang di setiap jarinya terdapat cakar tajam. Sedangkan sendi pada pinggul membuat sendi lutut menekuk ke belakang padahal pada binatang menyusui umumnya ke depan. Ekor dan selaput ekor dapat menjadi acuan identifikasi karena sangat berbeda dalam hal ukuran dan bentuk. Megachirioptera memiliki kulit sederhana pada bagian dalam tungkai, dan merapatkan kaki saat terbang. Sedangkan microchiroptera memiliki selaput ekor yang besar di sela tungkai. Sayap kelelawar dibentuk oleh perpanjangan jari kedua sampai kelima yang ditutupi oleh selaput terbang atau patagium, sedangkan jari pertama bebas dan berukuran relatif normal. Di antara kaki depan dan belakang, patagium membentuk selaput lateral,

sedangkan antara kaki belakang dan ekor membentuk interfemoral. Sayap kecil biasanya dimiliki oleh kelelawar yang hidup di alam terbuka yang berguna untuk terbang dengan cepat tanpa rintangan di depannya. Sedangkan sayap lebar dimiliki oleh kelelawar yang hidup di tempat tertutup, yang terbang pelan di antara cabang pohon.

D. ADAPTASI Adaptasi adalah proses perilaku ataupun morfologi, fisiologi hewan terhadap lingkungan sekitar tempat tumbuh dan berkembangnya. Beberapa contoh adaptasi, baik morfologi, fisiologi, maupun tingkah laku dari kelelawar adalah sebagai berikut. 1) Kelelawar memanfaatkan mekanisme aerodinamika yang sama seperti serangga dengan mengandalkan pusaran udara horizontal yang disebut Leading Edge Vortex untuk menjaga tubuhnya tetap mengambang. 2) Selama terbang, selaput sayap yang membungkus lengan bawah akan menjadi radiator atau pendingin karena berisi selaput terbang yang lentur dan serabut otot yang halus tempat mendinginkan darah. Bila suhu terlampau panas, penyaluran darah ke sayap pun berkurang ketika hinggap. 3) Jari-jari pada kaki memiliki alat pengunci yang dapat membuat kelelawar bergantung tanpa mengerahkan banyak tenaga. 4) Habitat favorit kelelawar adalah gua karena gua menghidangkan lingkungan hidup yang teratur, dan sedikit kemungkinan gangguan atas ketenangan binatang ini. 5) Kelelawar yang bersembunyi dalam celah dan berlindung dalam gua dapat tidur sangat lelap, namun kelelawar yang tinggal di alam terbuka memiliki kemampuan untuk segera terbang jika didekati. 6) Pada musim gugur, kelelawar menimbulkan lemak cadangan dalam tubuh, lalu tenggelam dalam keadaan tidur yang jauh lebih lelap daripada tidur siang. Detak jantung, pernapasan, dan fungsi jasmani lainnya, akan tertekan selama tidur musim dingin ini. 7) Lingkungan luar musim dingin yang rumit membuat beberapa kelelawar terbang jarak jauh untuk mencari suaka musim dingin yang baik dan kembali lagi pada musim semi. 8) Warna bulu kelelawar menampakkan pola gelap atau terang menyala, belangbelang atau garis-garis pada tubuh, pada kepala atau sayap, sehingga memperlihatkan penyamaran yang melawan kebiasaan.

9) Meskipun dalam kegelapan malam, kelelawar mampu melakukan manuver kompleks karena memiliki kemampuan ekolokasi melalui pantulan gelombang ultrasonik yang dihasilkannya. Getaran bunyi ini mempunyai frekuensi antara 25.000-50.000 Hz. Jika menabrak suatu benda, getaran suaranya itu memantul kembali, lalu ditangkap telinga yang ;ebar yang berfungsi seperti radar. Proses ini hanya memakan waktu sepersepuluh detik, cukup untuk mengetahui apa yang ada di depannya, kemana arahnya, dan berapa kecepatannya. Hidung yang berbentuk aneh seperti kaki kuda, trisula dengan tonjolan, membuatnya dapat mengeluarkan bunyi ultrasonik. Ekolokasi digunakan kelelawar untuk bepergian, mencari mangsa, berkomunikasi dengan sesama jenis, atau untuk membingungkan pemburunya. E. BERBAGAI JENIS KELELAWAR DI DUNIA

Nyctimene rabori
(Fam. Pteropodidae)

Cheiromeles torquatus (Fam. Molossidae)

Cinereus semotus (Fam. Vespertilionidae)

Megaderma spasma ( Fam. Megadermatidae)

DAFTAR PUSTAKA Bley,A. 1999. The Biogeography of the Hawaiian Hoary Bat (Opeapea). San Fransisco: San Fransisco University. Bravo, Elisa. 2003. The Biogeography of the Bat (Choeronycteris mexicana). San Fransisco: San Fransisco University. Kenny, Andrean. 2007. Sonar Kelelawar. Jakarta: Widyaiswara. Redaksi Ensiklopedia Indonesia. 2008. Ensiklopedia Indonesia seri Fauna Mamalia I. Jakarta: Dai Printing.

LAMPIRAN fotocopi data terlampir.

Anda mungkin juga menyukai