Anda di halaman 1dari 6

Play audiometry ( usia 2-5 tahun ) Pemeriksaan play audiometry (Conditioned play audiometry) meliputi teknik melatih anak

untuk mendengar stimulus bunyi disertai pengamatan respons motorik spesifik dalam suati aktivitas permainan. Misalnya sebelum pemeriksaan anak dilatih (conditioned) untuk memasukkan benda tertentu ke dalam kotak segera setelah mendengar bunyi. Diperlukan 2 orang pemeriksa, yang pertama bertugas memberikan stimulus melalui audiometer sedangkan pemeriksa kedua melatih anak dan mengamati respons. Stimulus biasanya diberikan melalui headphones. Dengan mengatur frekuensi dan menentukan intensitas stimulus bunyi terkecil yang dapat menimbulkan respons dapat ditentukan ambang pendengaran pada frekuensi tertentu (spesifik). TIMPANOMETRI Pemeriksaan ini dipelukan untuk menilai kondisi telinga tengah. Gambaran timpanometri yang abnormal (adanya cairan atau tekanan negatif di telinga tengah) merupakan petunjuk adanya gangguan pendengaran konduktif. Melalui probe tone (sumbat liang telinga) yang dipasang pada liang telinga dapat diketahui besarnya tekanan di liang telinga berdasarkan energi suara yang dipantulkan kembali (ke arah luar) oleh gendang telinga. Pada orang dewasa atau bayi berusia diatas 7 bulan digunakan probe tone frekuensi 226 Hz. Khusus bayi usia dibawah 6 bulan tidak digunakan probe tone 226 Hz karena akan terjadi resonansi pada liang telinga sehingga harus digunakan probe tone frekuensi tinggi (668, 678, atau 1.000 Hz) Terdapat 4 jenis timpanogram yaitu; 1. Tipe A (normal) 2. Tipe AD (diskontinuitas tulang-tulang pendengaran) 3. Tipe AS (kekakuan rangkaian tulang pendengaran) 4. Tipe B (cairan di dalam liang telinga tengah) 5. Tipe C (gangguan fungsi Tuba eustachius) Pada bayi usia kurang dari 6 bulan ketentuan jenis timpanogram tidak mengikuti ketentuan diatas.

Timpanometri merupakan pemeriksaan pendahuluan sebelum tes OAE, dan bila terdapat gangguan pada telinga tengah maka pemeriksaan OAE harus ditunda sampai telinga tengah normal. Refleks akustik pada bayi juga berbeda dengan orang dewasa. Dengan menggunakan probe tone frekuensi tinggi, refleks akustik bayi usia 4 bulan atau lebih sudah mirip dengan dewasa.

Timpanogram AUDIOMETRI NADA MURNI Audiometri nada murni ini merupakan tes untuk mengukur sensitifitas pendengaran. Pengukurannya meliputi sistem pendengaran sentral dan perifer2. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan audiometer, dan hasil pencatatannya disebut sebagai audiogram. Dapat dilakukan pada anak berusia lebih dari 4 tahun yang kooperatif. Sebagai sumber suara digunakan nada murni (pure tone) yaitu bunyi yang hanya terdiri dari 1 frekuensi. Pemeriksaan dilakukan pada ruang kedap suara, dengan menilai hantaran suara melalui udara (air conduction) melalui headphone pada frekuensi 125, 250, 5000, 1000, 2000, 4000, dan 8000 Hz. Hantaran suara melalui tulang (bone conduction) diperiksa dengan memasang bone vibrator pada prosesus mastoid yang dilakukan pada frekuensi 500, 1000, 2000, 4000 Hz. Intensitas yang biasa digunakan antara 10-100 dB (masing-masing dengan kelipatan 10), secara bergantian pada kedua telinga. Suara dengan intensitas terendah yang dapat didengar dicatat pada audiogram untuk memperoleh informasi tentang jenis dan derajat ketulian. OTOACOUSTIC EMISSION (OAE)

Suara yang berasal dari dunia luar diproses oleh koklea menjadi stimulus listrik, selanjutnya dikirim ke batang otak melalui saraf pendengaran. Sebagian energi bunyi tidak dikirim ke saraf pendengaran melainkan kembali menuju ke liang telinga. Proses ini mirip dengan peristiwa echo (Kemp echo). Produk sampingan koklea ini selanjutnya disebut sebagai emisi otoakustik (otoacoustic emission). Koklea tidak hanya menerima dan memproses bunyi tetapi juga dapat memproduksi energi bunyi dengan intensitas rendah yang berasal dari sel rambut luar koklea (outer hair cells). Terdapat 2 jenis OAE yaitu: 1. Spontaneous OAE (SPOAE) SPOAE adalah mekanisme aktif koklea untuk memproduksi OAE tanpa harus diberikan stimulus, namun tidak semua orang dengan pendengaran normal mempunyai SPOAE 2. Evoked OAE (EOAE) EOAE hanya akan timbul bila diberikan stimulus akustik yang dibedakan menjadi Transient Evoked OAE (TEOAE); Pada TEOAE stimulus akustik berupa click Distortion Product OAE (DPOAE); stimulus akustik yang digunakan berupa 2 buah nada murni yang berbeda frekuensi dan intensitasnya

Pemeriksaan OAE merupakan pemeriksaan elektrofisiologik untuk menilai fungsi koklea yang obyektif, otomatis (menggunakan kriteria pass/lulus atau refer/tidak lulus), tidak invasif, mudah, tidak membutuhkan waktu lama dan praktis sehingga sangat efisien untuk program skrining pendengaran bayi baru lahir (Universal newborn Hearing Screening)1. Meskipun OAE sangat penting untuk program skrining, harus diperhatikan bahwa sejumlah 10% anak dengan hasil OAE yang normal, dapat memiliki masalah sinkroni pendengaran. Auditory Neuropathy/dys-synchrony (AN/AD) atau Tuli Sensorineural didefinisikan sebagai bentuk dari gangguan pendengaran dimana fungsi dari sel rambut luar normal tetapi transmisi saraf-saraf pendengaran terganggu. Biasanya anak dengan tuli sensorineural akan memiliki profil audiologik sebagai berikut: Timpanometri normal

Refleks akustik abnormal OAE yang normal Respons BERA/ABR tidak ada atau abnormal Berbagai macam hasil dari audiometri nada murni Kemampuan persepsi bicara yang lebih buruk dari yang diharapkan 3

Pemeriksaan tidak harus diruang kedap suara, cukup diruangan yang tenang. Pada mesin OAE generasi terakhir, nilai OAE secara otomatis akan dikoreksi dengan noise yang terjadi selama pemeriksaan. Artefak yang terjadi diseleksi saat itu juga (real time). Hal tersebut menyebabkan sensitifitas dan spesifitas OAE yang tinggi. Untuk memperoleh hasil yang optimal diperlukan pemilihan probe (sumbat liang telinga) sesuai ukuran liang telinga. Sedatif tidak diperlukan bila bayi dan anak kooperatif. Pemeriksaan OAE juga dimanfaatkan untuk memonitor efek negatif dari obat ototoksik, diagnosis neuropati auditorik, membantu proses pemilihan alat bantu dengar, skrining pemaparan bising (noise induced hearing loss) dan sebagai pemeriksaan penunjang pada kasus yang berkaitan dengan gangguan koklea.

BRAINSTEM EVOKED RESPONSE AUDIOMETRY Istilah lain: Auditory Brainstem Response (ABR). BERA merupakan pemeriksaan elektrofisiologik untuk menilai integritas sistem auditorik, bersifat obyektif, tidak invasif. Dapat memeriksa bayi, anak, dewasa, penderita koma. BERA merupakan cara pengukuran evoked potential (aktivitas listrik yang dihasilkan N. VIII, pusat-pusat neural, dan traktus didalam batang otak) sebagai respons terhadap stimulus auditorik. Stimulus bunyi yang digunakan berupa bunyi click atau toneburst yang diberikan melalui headphone, insert probe, bone vibrator. Untuk memperoleh stimulus yang paling efisien sebaiknya digunakan insert probe. Stimulus click merupakan impuls listrik dengan onset cepat dan durasi yang sangat singkat (0.1 ms), menghasilkan respon pada average

frequency antara 2000-4000 Hz. Tone Burst juga merupakan stimulus dengan durasi singkat namun memiliki frekuensi yang spesifik. Respons terhadap stimulus auditorik berupa evoked potential yang sinkron, direkam melalui elektroda permukaan (surface electrode) yang ditempelkan pada kulit kepala (dahi dan prosesus mastoid), kemudian di proses melalui program komputer dan ditampilkan sebagai 5 gelombang defleksi positif (gelombang I sampai V) yang terjadi 2-12 ms setelah stimulus diberikan. Analisis gelombang BERA berdasarkan; 1) Morfologi gelombang 2) Masa laten, dan 3) Amplitudo gelombang

Salah satu faktor penting dalam menganalisa gelombang BERA adalah menentukan masa laten, yaitu waktu (milidetik) yang diperlukan sejak stimulus diberikan sampai terjadi evoked potential untuk masing-masing gelombang (gel I sampai V). Dikenal 3 jenis masa laten: 1) Masa laten absolut. Masa laten absolut gelombang I adalah waktu yang dibutuhkan sejak pemberian stimulus sampai timbulnya gelombang I 2) Masa laten antar gelombang (interwave latency atau interpeak latency), adalah selisih waktu antar gelombang, misalnya masa laten antara gelombang I III, III V, I V. 3) Masa laten antar telinga (interaural latency), yaitu membandingkan masa laten absolut gelombang yang sama pada kedua telinga. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pemanjangan masa laten fisiologik yang terjadi bila intensitas stimulus diperkecil. Terdapatnya pemanjangan masa laten pada beberapa frekuensi menunjukkan adanya suatu gangguan konduksi. Perlu dipertimbangkan faktor maturitas jaras saraf auditorik pada bayi dan anak yang usianya kurang dari 12-18 bulan, karena terdapat perbedaan masa laten, amplitudo, dan morfologi gelombang dibandingkan dengan anak yang lebih besar maupun orang dewasa.

1. Buku ijo
2. Kutz JW, Audiology pure-tone testing, 2013, available at:

http://emedicine.medscape.com/article/1822962-overview#a01 . last updated: june 10, 2013 3. American academy of audiology, Childhood hearing screening guidelines, 2011, available at: http://www.cdc.gov/ncbddd/hearingloss/documents/aaa_childhoodhearing-guidelines_2011.pdf

Anda mungkin juga menyukai