Anda di halaman 1dari 4

POLITIK DAN IMAN KRISTEN DAN POLITIK EKONOMI 1 Adakah Hubungan antara Iman dan Politik?

Pertanyaan di atas tidaklah mudah untuk dijawab. Kalau pun dijawab bahwa hubungan itu ada, maka pertanyaan lanjutan adalah bagaimana hal itu harus diungkapkan? Apakah harus diungkapkan dalam keterlibatan praktis setiap orang beriman dalam bidang politik, atau dengan cara ikut terlibat dalam partai-partai politik yang berdasarkan agama, atau mungkin dilakukan dengan cara lain? Ada juga jawaban yang mengatakan bahwa antara iman dan politik tidak ada hubungan sama sekali. Mereka berpendapat bahwa politik bukanlah bagian dari iman, karena politik itu (mereka nilai sebagai sesuatu yang) kotor sedangkan iman itu suci; jadi tidak mungkin menggabungkan antara yang kotor dengan yang suci. Apa pun jawaban terhadap pertanyaan di atas, namun tidak dapat dipungkiri bahwa inilah pergumulan klasik apabila kita mau berbicara tentang iman Kristen dan Politik. . Terlepas dari jawaban-jawaban di atas, mungkin baik kalau dipertanyakan lebih mendalam apakah perbedaan (atau: apakah ada dampaknya dalam masyarakat) apabila seorang Kristen terlibat atau tidak terlibat dalam politik? Sumbangan apa yang diberikan bagi kebaikan bersama apabila mereka terlibat, dan masyarakat sungguh-sungguh merasa kehilangan bila mereka tidak terlibat? Kalau mereka terlibat dalam politik, apakah mereka sungguh-sungguh dimotivasi oleh imannya, atau hanya sekadar mengikuti trend yang ada di masyarakat? . Iman Dalam memahami arti kata ini, tentu yang harus mendapatkan tekanan utama adalah mengenai hal percaya dan mempercayakan diri kepada Tuhan (dalam hal ini tentunya kepada Yesus Kristus). Dan iman kepada Kristus dipahami sebagai iman yang harus terus menerus diaktualisasikan melalui perbuatan-perbuatan dalam kehidupan. Jika demikian, maka perbuatan politik seorang Kristen pun harus merupakan aktualisasi dari imannya. Bagaimana hal ini dapat dijelaskan? Karl Barth pernah mengungkapkan bahwa kekristenan hanya mempunyai pengaruh yang tidak langsung terhadap politik. Karena, menurut Barth, Bukan dengan melakukan politik, tetapi dengan menjadi gereja, maka gereja sudah melakukan aktivitas politik Arti ungkapan ini hendak menandaskan bahwa gereja harus sungguh-sungguh gereja yang selalu committed terhadap panggilannya, sehingga gereja dapat dipercaya dan credible di tengah-tengah dunia tempat ia berada, melalui kesaksian dan pelayanannya. Kalau gereja dapat dipercaya dan tidak dicurigai oleh lingkungannya, maka gereja telah ikut berpolitik, yaitu ikut serta membangun polis (kota) di tempat gereja berada. .

Politik Secara hurufiah, politik dimengerti sebagai politikos (menyangkut tentang kewarganegaraan), polites (seorang warganegara), polis (kota, negara) atau politeia (kewarganegaraan). Sehingga istilah politik ini mengandung pengertian mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pemerintahan; menyangkut tentang perkara pengelolan dan penyelenggaraan sebuah kehidupan bernegara atau juga yang menyangkut mengenai relasi antar bangsa dan kelompok sosial yang berhubungan dengan penggunaan kekuasaan negara. Secara singkat dapat dikatakan bahwa politik adalah bagian dari etika yang berurusan dengan manusia dalam kegiatan kelompok. Manusia adalah makhluk-makhluk polis (kota negara), dan secara alamiah kecenderungan manusia adalah membentuk kelompok, bertindak dalam kelompok dan secara kelompok. Dengan demikian, maksud dan tujuan politik adalah untuk menggapai kesejahteraan bagi seluruh manusia dan kelompoknya. . Dengan demikian, istilah politik dapat dipahami dari 2 hal, yaitu: yang pertama, sebagai bentuk kemampuan manusia untuk hidup bersama di dalam sebuah polis (kota negara) di mana ia hidup dengan siapa pun. Dan dalam pengertian kedua, politik adalah perjuangan untuk memperoleh kekuasaan politis. Dalam pengertian kedua ini, kepentingan-kepentingan pribadi sudah sangat mewarnai dan dalam hal inilah arti dan istilah politik mengalami penghambaran makna. . Sekarang pertanyaannya adalah: bagaimana orang-orang Kristen menginterpretasikan pemahaman yang benar tentang politik. Dalam hal ini saya lebih cenderung untuk mengatakan bahwa politik harus ditafsirkan sebagai upaya untuk menjabarkan ungkapan kasih terhadap sesama, di mana keadilan dan kesejahteraan bersama diperlihatkan dan menjadi tujuan utama. Dalam batas pengertian ini, gereja harus ikut serta dalam mewujudnyatakannya. Ukuran ini juga sekaligus dijadikan sebagai ukuran untuk menilai apakah sebuah kegiatan politik masih bertindak atas dasar itu atau sudah menyimpang, apabila sudah menyimpang, maka gereka harus memberikan teguran-tegurannya. . Pemahaman seperti inilah yang mendorong para tokoh-tokoh Kristen (dan gereja), antar lain Dr. W.Z. Johannes, Ds. B. Probowinoto dan Dr. J. Leimena, pada masamasa lalu melibatkan diri dalam kehidupan politik di Indonesia. Bahkan mereka pun ikut terlibat dalam penyusunan Pembukaan UUD 1945. Bagi mereka, politik bukanlah negatif, karena politik juga merupakan ladang pelayanan untuk membangun sebuah kehidupan yang adil sejahtera. . Saya sadar bahwa apa yang diungkap di atas terlihat sederhana, tetapi dalam prakteknya tidak sesederhana itu. Karena, dalam kenyataannya, politik membutuhkan seni yang tidak jarang bisa keluar dari bingkai/koridor moral dan etika (Kristen dan politik). Kita pasti ingat ungkapan politis yang mengatakan tidak ada kawan atau lawan abadi dalam (ber)politik; yang ada adalah kepentingan abadi. Dari ungkapan ini jelas, bahwa penjabaran dari apa yang diungkap di atas tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Contoh: Malang

Selatan terkena musibah. Setiap orang yang memberi bantuan pada daerah yang terkena musibah dapat dikatakan tindakan iman mereka. Tetapi bila tindakan memberikan bantuan itu dilakukan oleh sebuah partai politik, maka ini bisa merupakan tindakan politik untuk mencari dukungan politik. Interestnya belum tentu merupakan pengungkapan iman, tetapi bertujuan politik. . Kesimpulan Dengan memperhatikan uraian di atas, maka beberapa pokok pikiran yang berkembang dan perlu digarisbawahi adalah: Dalam pemahaman Iman Kristen, politik adalah upaya manusia untuk mengusahakan kehidupan dan kesejahteraan bersama. Politik adalah bagian integral dari tugas yang telah diamanatkan Allah kepada manusia baik secara perorangan maupun secara bersama-sama. Politik tidaklah netral dan juga tidak terlarang! (bdk. Kej. 1:26, 2:15). 1. Dalam rangka merealisasikan kehidupan bersama yang penuh dengan keadilan dan kesejahteraan, gereja di Indonesia harus melakukan tindakan politik yaitu dengan jalan bersolidaritas terhadap yang lemah, miskin, dan menderita (Luk. 4:18-21, Mt 25:31-46) 2. Menghadapi situasi bangsa dan negara yang pluralistik dan masalah lain yang menyangkut politik, hukum, ekonomi, moral dan HAM, gereja harus dapat memperlengkapi warganya dengan nilai-nilai moral, etik dan spiritual untuk mengambil bagian dalam kehidupan bernegara dan berbangsa, khususnya di bidang politik (I Ptr. 2:11-17, Mt 22:21). 3. Dalam menyusun langkah-langkah strategis untuk berpartisipasi dalam bidang politik, gereja harus memperlengkapi dan membina warganya dengan pendidikan politik, dengan demikian gereja harus dapat menjadi wadah yang mempersiapkan warganya untuk masuk dalam wahana politik praktis dengan penekanan pada aktualisasi iman, sesuai dengan tuntutan moral, etis dan spiritua (Ef. 4:11-16).

NAMA KELOMPOK -MELKY ADISYAHPUTRA


-HELVINA SARIRA -JONAR PRANATA SUNGKE -JACK FERNANDO LADURI -VITA FEPRIANITA SARI -ARIFIN -FIRKA WISDIATI BAIDO -NIKITA FERLIN ANANDA LIMBA -CIEN -ERIN PUTRI VICTORIA

Anda mungkin juga menyukai