Anda di halaman 1dari 6

Unsur dan Aspek Karya Sastra Populer dalam Cerpen Aidil dan Fitri di Pagaralam Karya Herna S.

Zaldy Oleh Putri Rosmalia Octaviyani 1006699505

Karya sastra terbagi menjadi tiga jenis, yaitu puisi, prosa, dan drama. Ketiga jenis karya sastra tersebut memiliki ciri dan kelompoknya masing-masing berdasarkan isi atau ciri karya yang lebih spesifik. Contohnya, pusi terbagi atas puisi lama dan puisi modern, sedangkan prosa terbagi atas sastra populer dan sastra non populer atau sastra serius. Dalam prosa, sastra serius dan sastra populer merupakan dua pembagian besar jenis karya sastra yang paling dapat dan mudah dikenali dari berbagai aspek pada karya tersebut. Mulai dari tokoh, alur, pemilihan latar, hingga ilustrasi gambar atau cover yang terdapat pada novel. Unsur-unsur tersebut memiliki perbedaan besar dalam usaha penciptaan perasaan dan suasana yang nyaman pada pembaca. Sastra serius umumnya akan menciptakan suatu rasa penasaran dan menimbulkan kegelisahan pada pembaca. Hal tersebut karena karya sastra serius cenderung memiliki alur yang tidak dapat ditebak. Tokoh-tokoh dan latar yang diceritakan pun lebih banyak dan rumit. Sastra serius lebih mengajak pembaca untuk ikut berpikir dan berimajinasi tentang apa yang sedang dan akan terjadi pada cerita atau isi karya yang sedang dibaca. Berbeda dengan sastra serius, sastra populer cenderung lebih ringan dan mudah ditebak. Populer sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti dikenal dan disukai orang banyak (umum) dan sesuai dng kebutuhan masyarakat pd umumnya, serta mudah dipahami orang banyak. Bertolak dari pemahaman tersebut, tentu unsur-unsur dalam karya sastra populer lebih ringan, sederhana, dan cenderung klise. Tokoh dalam sastra populer umumnya hanya sedikit dan jelas. Tokoh-tokoh dalam karya sastra populer merupakan perwujudan dari mimpi pembaca akan sosok yang dianggap ideal. Latar yang digunakan dalam karya

sastra populer umumnya juga merupakan suatu tempat yang terkenal atau sedang banyak disukai oleh golongan pembaca yang menjadi target pemasaran karya pada saat itu. Alur cerita pada karya populer mudah ditebak. Hal-hal pada karya sastra populer tersebut dilakukan atau dipilih dengan tujuan menciptakan rasa dan suasana nyaman bagi pembaca saat menbaca. Selain itu, unsur-unsur tersebut dalam karya populer juga bertujuan untuk menimbulkan keterlibatan emosional dan konsep keterwakilan. Tujuan yang paling utama dari digunakannya unsur-unsur pencipta rasa nyaman bagi pembaca dalam karya sastra populer adalah karena karya sastra populer merupakan komoditas yang diciptakan dengan berorientasi pada keuntungan atau profit oriented. Karya sastra populer paling banyak ditemui dalam bentuk novel dan cerita pendek. Cerpen populer umumnya terdapat pada majalah-majalah perempuan. Hal tersebut karena perempuan merupakan kelompok yang cenderung berpeluang paling mudah dan banyak menyukai karya sastra atau bacaan yang ringan dibanding laki-laki. Salah satu majalah remaja perempuan yang beredar di Indonesia saat ini adalah Gadis. Gadis adalah salah satu majalah dua puluh harian yang secara konstan menyajikan cerita pendek pada setiap edisinya. Salah satu cerpen populer yang terdapat dalam majalah Gadis adalah yang berjudul Aidil dan Fitri di Pagaralam karya Herna S. Zaldy pada Gadis tanggal 20-29 Agustus 2013. Cerpen Aidil dan Fitri di Pagaralam bercerita tentang tokoh perempuan bernama Fitri yang berlibur bersama keluarganya ke Dusun Pagaralam di Pulau Sumatera. Fitri yang sedang berlibur kemudian bertemu dengan seorang laki-laki bernama Aidil. Ternyata, Fitri dan Aidil sudah pernah bertemu sebelumnya di Jakarta. Aidil adalah seorang Casting director sebuah rumah produksi di Jakarta. Singkat cerita, ternyata Aidil selama ini memang sedang mencari dan menghubungi Fitri karena Fitri terpilih untuk bermain sebuah film. Aidil selama ini sulit menghubungi Fitri karena selalu dihalangi oleh teman Fitri yang bernama Emi. Fitri akhirnya bertemu kembali dengan keberuntungannya yang sempat terlewat secara tidak sengaja di Pagaralam melalui pertemuannya dengan Aidil.

Unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen ini mewakilkan apa yang telah diuraikan sebelumnya mengenai ciri isi karya sastra populer. Unsurunsur yang paling mendominasi dalam menjadikannya populer adalah tokoh, alur, dan latar cerita. Tokoh dalam cerpen ini tergolong banyak, yaitu Fitri, Aidil, Ayah, Ibu, Icha, Robin, Nidta, Ichot, Dayanti, Gisele, Emi, dan Nenek Maruki. Namun, sebagian besar dari tokoh-tokoh tersebut tidak memiliki porsi dan peranan yang penting dalam cerita. Tokoh yang benar-benar berperan dan memiliki pengaruh dalam cerita hanyalah Fitri sebagai pemeran utama perempuan, Aidil, dan Emi sebagai tokoh yang merupakan sumber konflik yang terdapat dalam cerita. Fitri sebagai tokoh utama perempuan digambarkan sebagai sosok sempurna dan merupakan gambaran remaja perempuan ideal. Ia adalah remaja yang cantik, periang, supel, juga berasal dari keluarga yang kaya dan harmonis. Kecantikan Fitri sangat tergambar karena dalam cerita, ia dipilih untuk bermain film oleh aktor terkenal Mathias Muchus. Aidil digambarkan sebagai sosok lelaki yang manis, bahkan Aidil diibaratkan memiliki wajah dan postur tubuh seperti penyanyi Afgan. Hal tesebut terdapat dalam cuplikan yang berbunyi Fitri mengenali wajah itu karena rada mirip-mirip Afgan. Juga tahi lalat di pipi kanannya, (Gadis 20-29 Agustus 2013, 128). Sementara itu, Emi yang menjadi tokoh antagonis dalam cerita digambarkan sesuai dengan stereotip tokoh antagonis yang tidak disukai, yaitu tidak cantik dan tidak menyenangkan. Hal tersebut terlihat dalam cuplikan cerita yang berbunyi Mana mungkin dia merayu Emi yang...maaf item, agak gendut, dan cerewet pula... (Gadis 20-29 Agustus 2013, 130). Tokoh-tokoh sampingan lain dalam cerita tidak digambarkan secara detail. Namun, terdapat gambaran yang cukup menjadi bukti stereotip tokoh dalam sastra populer, yaitu penggambaran teman-teman Fitri di Pagaralam yang ternyata sudah tidak tinggal disana melainkan merantau ke berbagai kota besar untuk bersekolah. Ciri tersebut adalah penggunaan kawat gigi, juga BlackBerry dan Android. Kawat gigi selama beberapa tahun belakangan memang sangat banyak digunakan oleh masyarakat, khususnya remaja. Banyak diantara mereka yang

menggunakan hanya untuk bergaya, bukan sebagai pengobatan. Harga pemasangan kawat gigi yang cenderung mahal menjadikan kawat gigi sebagai salah satu cara pembuktian diri yang digunakan oleh banyak remaja dalam stratifikasi sosial di pergaulannya. Sama halnya dengan kawat gigi, BlackBerry dan Andoid juga merupakan jenis telepon sesuler pintar yang sedang digemari dan banyak digunakan masyarakat, terutama di kota-kota besar. Cuplikan yang menceritakan hal tersebut berbunyi Penampilan mereka lumayan modis. Tak seperti kebanyakan dusun. Gigi mereka dipasangi behel. Rata-rata pake BB dan Android, (Gadis 20-29 Agustus 2013, 128). Melalui uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh-tokoh yang diciptakan pengarang dalam Aidil dan Fitri di Pagaralam merupakan tokoh yang stereotip, jelas, dan merupakan perwujudan dari mimpi pembaca akan sosok yang ideal berdasarkan perannya di dalam cerita. Hal tersebut merupakan ciri kuat karya sastra populer. Tujuan pengarang dalam penciptaan tokoh adalah untuk menciptakan suasana nyaman yang diciptakan melalui tokoh-tokoh yang jelas dan ideal. Dalam hal alur, cerpen ini memang memiliki alur yang sedikit susah ditebak pada bagian pertengahan. Namun, tetap sederhana dan berakhir dengan bahagia. Kejutan terdapat pada bagian ketika Aidil mendatangi Fitri dan memberitahu siapa dirinya. Tanpa diduga ternyata ia adalah seorang casting director yang ingin menjadikan Fitri artis. Pada akhir cerita, walaupun tidak diceritakan dengan jelas dan terbuka pengarang seakan menjawab keinginan pembaca untuk menyatukan Fitri dan Aidil sebagai sepasang kekasih. Hal tersebut tidak diceritakan tetapi hanya secara implisit diperlihatkan penulis dalam cuplikan Fitri menampak Nidtha, Ichot, Dayanti, dan Gisele sedang menggodanya. Gisele malah mengacung-acungkan ibu jarinya. Entah apa maksudnya, (Gadis 20-29 Agustus 2013, 131). Unsur intrinsik selanjutnya yang mengandung ciri-ciri sastra populer dalam cerpen ini adalah latar. Latar yang dipilih dalam cerita adalah tempattempat yang populer di masing-masing daerahnya. Terdapat dua daerah yang menjadi latar dalam cerpen ini, yaitu Jakarta dan Pagaralam. Di Jakarta, tempat-

tempat yang digunakan sebagai latar adalah tempat yang cukup populer di masyarakat, seperti Starbucks dan Timezone di Mall Kelapa Gading. Starbucks pada saat ini memang menjadi salah satu tempat dimana banyak anak muda dari golongan menengah ke atas menghabiskan waktu. Begitu juga dengan Timezone yang hingga saat ini masih menjadi sarana bermain favorit. Sementara itu, di Pagaralam tempat yang disebutkan juga merupakan tempat yang sering menjadi sarana berkumpul pemuda di daerah-daerah, yaitu alun-alun kota. Tempat-tempat lain yang juga disebutkan adalah wilayah Kelapa Gading dan Rawamangun yang menjadi tempay tinggal Fitri dan Aidil. Rawamangun dan Kelapa Gading sendiri adalah wilayah yang terdapat banyak pemukiman dan Mall mewah di dalamnya. Penggambaran Fitri sebagai remaja dari keluarga kaya menjadi lengkap ketika disebutkan bahwa ia tinggal di Wilayah Kelapa Gading. Begitupun dengan Aidil yang tinggal di Rawamangun. Kemapanan keluarga Fitri sangat tergambar dengan jelas ketika terdapat bagian dalam cerita yang menjelaskan mengenai profesi ayah Fitri. Ayah Fitri adalah seorang Direktur Teknik Pesawat. Sementara Aidil adalah seorang casting director Studio21 yang dekat dengan aktor senior Mathias Muchus. Terdapat juga bagian dari cerpen yang menceritaka bahwa Fitri dan keluarganya sering berlibur ke luar negeri, Bukankah sebaiknya ke Bali, atau Singapore, atau Thailand seperti tahun-tahun sebelumnya? Atawa ke Euro seperti yang pernah papi janjikan? (Gadis 20-29 Agustus 2013, 127). Dipilihnya nama Mathias Muchus yang pada kenyataannya adalah aktor yang sudah sangat dikenal dan kawakan, daerah elite Kelapa Gading dan Rawamangun, Starbucks, Mall Kelapa Gading yang sangat populer di masyarakat menjadi salah satu bukti ciri yang selalu terdapat pada sastra populer, yaitu kecenderungan cerita sebagai gambaran keadaan sosial pada zaman dan waktu terciptanya karya. Selain itu, penokohan yang terdapat dalam cerita juga merupakan tokoh impian dan sosok ideal seorang manusia pada umumnya. Stereotip-stereotip yang terdapat di dalam cerita merupakan hal-hal yang secara sengaja ditampilkan dalam setiap sastra populer. Upaya penciptaan rasa dan suasana nyaman yang dilakukan pengarang terhadap pembaca merupakan

salah satu alasan yang dijadikan dasar dalam setiap penciptaan karya sastra populer. Selain itu, konsep keterwakilan juga merupakan hal penting yang harus terdapat dalam karya sastra populer. Dalam cerita ini hal tersebut terkandung secara jelas melalui tokoh dan latar yang digunakan pangarang. Di samping itu, profit oriented juga memiliki pengaruh besar, bahkan yang paling penting dalam satiap penerbitan sebuah karya sastra populer. Untuk alasan itulah unsur-unsur karya sastra populer menjadi lebih banyak dan sering digunakan.

Sumber Referensi
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa Indoensia. Jakarta: Balai Pustaka. Cetakan ke-3. Zaldy, Herna S. Aidil dan Fitri di Pagaralam, dalam Gadis no.22, 20 Agustus/29 Agustus 2013. Budianta, Melani dkk. 2008. Membaca Sastra. Jogja: IndonesiaTera.

Anda mungkin juga menyukai