Anda di halaman 1dari 14

PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN

Barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual (merchandise inventory). Dinilai menurut harga perolehan. Muncul di Neraca dalam kelompok aktiva lancar. Muncul di R/L dalam penentuan Harga Pokok Penjualan. Kesulitan dalam menentukan harga pokok persediaan bila dalam periode yang sama barang diperoleh dengan harga yang berbeda. Contoh, suatu perusahaan membeli barang dagangan selama sebulan sbb :

Tgl Pemb.
4 Januari 05 15 Januari 05 30 Januari 05

Unit
1.000 1.000 1.000 3.000 Harga beli rata-rata

Harga/unit
Rp. 8.000 Rp. 10.000 Rp 15.000

Jumlah
8.000.000 10.000.000 15.000.000 33.000.000 Rp. 11.000

Anggaplah selama bulan januari 2005 terjual 2.000 unit dan tidak informasi mengenai barang mana yang dijual.
Untuk menentukan nilai persediaan (1.000 unit) dan barang yang dijual (2.000 unit) dapat digunakan bebarapa alternatif. Alternatif pertama, bahwa barang yang terjual adalah yang mula-mula dibeli dijual lebih dulu. Sehingga harga pokoknya adalah Rp. 18.000.000,- dan nilai pesediaan adalah Rp. 15.000.000,-

Alternatif kedua, barang yang terakhir dibeli merupakana barang yang pertama dijual, nilai yang terjual adalah Rp. 25.000.000,- sedangkan nilai persediaan Rp. 8.000.000,Alternatif ketiga, biaya yang dibebankan merupakan biaya rata-rata dari seluruh pembelian, sehingga harga pokok yang terjual Rp. 22.000.000,- sedangkan nilai persediaan Rp. 11.000.000,Alternatif Pertama Kedua Ketiga HPP Rp. 18.000.000 Rp. 25,000.000 Rp. 22.000.000 Persed. Akhir Rp. 15.000.000 Rp. 8.000.000 Rp. 11.000.000

Konsep diatas merupakan dasar dari metode penentuan persediaan. Alternatif pertama disebut FIFO (First In First Out) Alternatif kedua, disebut LIFO (Last In First Out) alternatif Ketiga, disebut metode ratarata (Average). Metode yang berbeda akan menghasilkan harga pokok yang berbeda.

Metode FIFO, nilai persediaan akan ditentukan dengan harga pembelian yang terakhir.
Tgl. Ket. Unit Harga Nilai 1/1 Persediaan 100 8,000 800.000 31/3 Pemb. 1 400 10.000 4.000.000 15/9 Pemb 2 300 15,000 4.500.000 18 /11 Pemb 3 200 20.000 4.000.000 31/12 tersedia 1.000 13.300.000 Bila pada akhir tahun berdasar perhitungan pisik barang tersisa 300 unit, Dalam metode FIFO persediaan dinilai harga beli yang paling akhir, jadi : 18/11 200 Rp. 20.000 Rp. 4,000.000,15/9 100 Rp. 15.000 Rp. 1.500.000,300 Rp. 5.500.000,Jadi Harga Pokok Penjualan sbb : Persediaan Awal Rp. 8.00.000 (+) Pembelian Rp. 12.500.000 Barang siap dijual Rp. 13.300.000 (-)Persediaan akhir Rp. 5.500.000 HPP 7.800.000

Metode LIFO Persediaan akan ditentukan dengan harga yang paling awal/persediaan awal
Nilai persediaan (300 unit) adalah sbb : 100 unit Rp. 8000 = Rp 800.000, 200 unit Rp. 10,000 = Rp 2.000.000 300 Rp. 2.800.000,-

Harga pokok penjualan : Persediaan awal Rp. 800.000 (+) Pembelian Rp. 12.500.000 Barang siap dijual Rp. 13.300.000 (-) Persediaan akhir Rp. 2.800.000, Harga pokok penjualan Rp. 10.500.000 Metode rata-rata Harga rata-rata tertimbang = Rp. 13.300.000/1.000 = Rp. 13.300,Nilai persediaana akhir 300 x Rp. 13.300 = Rp. 3,990.000,-

Metode rata-rata
Harga pokok penjualan/metode rata-rata : Persediaan Awal Rp. 800.000 (+) Pembelian 12.500.000 Brg siap jual 13.300.000 (-)Persedaiaan akaahir 3.990.000 HPP Rp.9.310.000

SITEM PERSEDIAAN PERPETUAL.


Digunakan oleh perusahaan yang menjual barang yang harga mahal, misalnya ; mebel, mobil, peralatan rumah tangga, dll Ciri penting dari sistem ini adalah : 1. Pembelian barang dagangan dicatat dengan mendebet Persediaan, bukan pembelian. 2. HPP dihitung untuk tiap transaksi penjualan dengan mendebet HPP dan mengkredit Persediaan. Persediaan merupakan rekening kontrol dilengkapi dengan pembantu persediaan yang berisi kuantitas dan harga tiap jenis persediaan.

Pencatatan pada sistem Persediaan Prepetual.


Berikut adalah transaski pembelian dan penjualan PT Agung untuk bulan Maret 2006.
Maret 1 1s/d31 Persediaan awal Rp. 12 jt Pembelian secara kredit (12 unit @ Rp 3 jt) 36 jt 1s/d31 Penjualan secara kredit (7 unit @ Rp. 5 jt) 35 jt 31 Persediaan akhir (9 unit @ Rp. 3 jt) 27 jt Jurnal yang dibuat waktu beli : (D) Persediaan Rp. 36 jt (K) Utang dagang Rp. 36 jt Jurnal waktu jual : (D) Piutang Dagang Rp 35 jt (K) Penjualan Rp. 35 jt Jurnal mencatat harga pokok : (D) HPP Rp. 21 jt (K) Persediaan Rp. 21 jt Dengan cara demikian akan diperoleh keuntungan sbb :

1. Rekening persediaan akan dapat menunjukkan saldo pad setiap akhir bulana tanpa melakukan perhitungan pisik. 2. HPP diketahuyi setiap transaksi, shg lab kotor dapat diketahui tanpa menunggu akhir periode. 3. Jurnal penyesuaian tidak perlu dilakukan karena sudah diketaui persediaan dan HPP. Misal dari contoh tadi, pembelian tgl 5 (10 unit), tgl 20 (2 unit). Penjualan tgl 12 (3 unti) dan tgl 23 (4 unit)
Tgl Pembelian Penjualan Saldo 1/3 4 Rp. 3 jt Rp. 12 jt 5/3 10 Rp. 3 jt Rp. 30 jt 14 Rp 3 jt Rp. 42 jt 12/3 3 Rp. 3 jt Rp. 9 jt 11 Rp 3 jt Rp. 33 jt 20/3 2 Rp. 3 jt Rp. 6 jt 13 Rp. 3 jt Rp. 39 jt 23/3 4 Rp. 3 jt Rp. 12 jt 9 Rp. 3 jt Rp. 27 jt 7 Rp 21 jt

Dari catatan di atas dapat diketahui bahwa persediaan sebesar Rp. 21 jt, HPP sebesar Rp. 27 jt.

PENETAPAN HARGA PEROLEHAN


Contoh PT Cendana mempunyai data mengenai Barang X sbb :
Tgl 3/4 10/4 26/4 29/4 Pembelian 4.000 @ Rp. 8.000 12.000 @ Rp. 8.800 4.000 @ Rp. 8.300 Penjualan

8.000 unit

Metoda Perpetual FIFO, barang yang

dibeli lebih awal akan dijual lebih awal pula. Pembelian Penjualan Sisa
3/4 4.000 Rp. 8.000 10/4 12.000 Rp. 8.800

4.000 Rp 8.000 Rp. 32 jt 12.000 Rp.8.800 Rp. 105,6 Rp. 137,6 26/4 4.000 @ Rp. 8.000 Rp. 32 jt 4.000 @ Rp. 8.800 Rp. 35, 2 jt Rp. 67,2 jt 8.000 Rp. 8.800 Rp. 70,4jt 29/4 4.000 Rp. 8.300 4.000 Rp. 8.300 Rp 33,2jt Rp. 103,6 jt

Persediaan akir sebesar Rp. 103.600.000, sedangkan HPP sebesar Rp. 67.200.000,dibeli lebih akhir akan dijual lebih awal dahulu.Nilai persediaan Rp. 100.400.000,- sedangkan HPP sebesar Rp. 70.400.000

MetodaPerpetual-LIFO, barang yang

Pembelian 3/4 4.000 Rp. 8.000 10/4 12.000 Rp. 8,300

Saldo 4.000 Rp. 8.000 Rp. 32 jt 12.000 Rp. 8,800 Rp. 105,6 jt Rp. 137,6 jt 26/4 8.000 Rp. 8.800 Rp. 70,4 jt 4.000 Rp. 8.000 Rp. 32 jt 4.000 Rp. 8.800 Rp. 35,2 jt 29/4 4.000 Rp. 8.300 4.000 Rp. 8.300 Rp. 33,2 jt Rp. 100,4 jt

Penjualan

Rata-rata Bergerak, dengan cara membagi harga perolehan barang yang tersedia untuk dijual dengan unit barangnya.. Karena harga ratarata dihitung setiap terjadi transaksi maka disebut rata-rata bergerak (Moving average)
Pembelian 3/4 4.000 Rp. 8.000 10/4 12.000 Rp. 8.800

Penjualan Saldo 4.000 Rp. 8.000 Rp. 32 jt 12.000 Rp. 8.300 Rp. 105,6jt 16.000 Rp. 8.600 Rp. 137,6jt 26/4 8.000 Rp. 8.600 Rp. 68,8 jt 8.000 Rp. 8.600 Rp. 68,8 jt 29/4 4.000 Rp 8.300 4.000 Rp. 8.300 Rp. 33,2 jt 12.000 Rp. 8,500 Rp. 102 jt

PEMILIHAN METODA HARGA PEROLEHAN.


Alasan yang mendasari meliputi 3 faktor.

1. Pengaruhnya terhadap neraca 2. Pengaruhnya terhadap lapaoran R/L 3. Pengaruh pajak. Terhadap neraca : FIFO akan terasa pada masa inflasi, karen persediaan mencerminkan harga yang berlaku, sebaliknya dengan LIFO. Perbedaan Rupiah dalam persediaan akhir, akana mengakibatkan perbedaan laba bersih sblm pajak. FIFO akan menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi. Pengaruh Pajak, perhitungan dengan LIFO akan menghasilkan laba bersih yang lebih rendah, sehingga pajak lebih kecil. PENYIMPANGAN DARI HARGA PEROLEHAN PERSEDIAAN. Misalnya : Saat menunggu antara membeli dan menjual, mungkin harga turun. Rusak atau ketinggalan jaman, Penurunan harga, akan mengurangi kemampuan untuk menghasilkan pendapatan.

Dalam hala harga turun, maka nilai persediaan dicatat berdasar metode harga terendah antara harga perolehan dan harga pasar.

PENAKSIRAN PERSEDIAAN.
Keadaan ini karena manajemen ingin menyusun laporan keuangan bulanan, triwulan tetapi perhitungan fisik dilakukan akhir tahun, dan atau Terjadi musibah, metode yang digunakan adalah : (a) Metode laba kotor (b) Metode harga eceran. Dalam metode laba kotor persediaan ditaksir dengan cara menerapkan persentase laba kotor thd penjualan
Step 1.
Penjualan bersih

Taksiran laba kotor

Taksoran HPP

Step 2.
Harga perolehan barang tersedia dijual

Taksiran HPP

Taksiran Persediaan

Metoda Harga Eceran.


Digunakan untuk perusahaan yang mempunyai barang dagangan yang banyak jenisnya (Super market) Step 1

barang tersedia dijual berdasar harga eceran

Taksiran HPP

Persediaan akhir berdasar harga eceran

Step 2

barang tersedia dijual berdasar harga perolehan

barang tersedia dijual berdasar harga Eceran

Perbandingan harga perolehan terhadap harga eceran

Step 3

Persediaan akhir berdasar harga eceran

Perbandingan harga perolehan terhadap harga eceran

Taksiran harga perolehan persediaan akhir

KESALAHAN PENENTUAN PERSEDIAAN


Kesalahan perhitungan fisik Kesalahan penentuan harga Kesalahan karena pengakuan pemilik (barang dalam perjalanan seharusnya dimasukkan tetapi tidak) Pengaruhnya terhadap R/L
Kesalahan Pers. Awal tll rendah Pers. Awal tll tinggi Pers. Akhir tll rendah Pers. Akhir tll tinggi HPP Tll rendah Tll tiggi Tll tinggi Tll rendah Laba bersih Tll tinggi Tll rendah Tll rendah Tll tinggi

Pengaruhnya terhadap Neraca


Pers. Akhir Tll tiggi Tll rendah Aktiva Utang Tll tinggi Tidak ada Tll rendah Tidak ada Modal Tll tiggi Tll rendah

Penyajian dalam Laporan Keuangan harus jelas hal-hal yang meliputi persediaan : (a) Klasifikasi persediaan (b)Dasar Akuntansi yang dibunakan.

Anda mungkin juga menyukai