Hematuria Pada Dewasa
Hematuria Pada Dewasa
Darah dalam kemih merupakan suatu petanda yang perlu segera di tindak lanjuti dengan berbagai pemeriksaan laboratorium. Hematuria merupaan suatu gejala yang penting pada berbagai penyait ginjal dan salurannya, sedangkan proteinuria lebih memilii arti dalam hal diagnostic dan prognostic penyakit. Pemeriksaan harus dilakuan dengan teliti dan terarah supaya jangan sampai ada hal penting yang terlewatkan sedangkan pemeriksaan-pemeriksaan yang tidak perlu sebaiknya dihindarkan. Hematuria dapat merupakan petanda dari suatu penyakit yang serius sehingga oleh karenanya sangat penting untu di pastikan adanya sel darah merah dalam saluran kemih serta ditentukan tingat keparahannya dan persistensinya. Penanganan pasien dengan hematuria yang disertai dengan proteinuria dan penurunan fungsi ginjal tida banya diperdebatan, tetapi penanganan pasien dengan isolated hematuriamerupakan hal yang masih selalu menjadi perdebatan. Hematuria dapat dijumpai dalam berbagai keadaan, seperti misalnya: sebagai bagian dari suatu episode hematuria makroskopi , sebagai gejala dari infesi saluran kemih atau sebagai petanda lain dari suatu kebetulan yang ditemukan dalam pemeriksaan rutin. Anamnesis dan pemeriksaan fisik memegang peranan begitu penting dalam menegakan diagnosis pada hematuria. Bila ada demam, letargi, nyeri perut, sembab, atau gejala saluran kemih seperti misalnya disuria, inkontinensia urin, dan sering kencing maka kemunginan besar berasal dari saluran kemih. Kolik pada daerah pinggang sebelum timbulnya hematuria kemungkinannya adalah batu ginjal atau batu ureter, yang kalau ditelusuri mungkin ada riwayat pernah keluar pasir sewaktu kencing. Adanya nyeri tekan atau tenggorok 10-14 hari (atau infeksi kulit 4-6 minggu) sebelum terjadinya hematuria kemungkinan besar adalah glomerulonefritis pasca streptococcus. Bila ada riwayat ruam kulit terutama berbentuk kupu-kupu di daerah wajah
, mungkin suatu lupus eritematosus sistemik atau berbrntuk purpura maa kemungkinannya adalah Henoch Schnlein. Riwayat penyakit dahulu juga perlu dilacak seperti misalnya ada riwayat trauma ginjal , gangguan faal hemostasis, atau hematuria dalam keluarga. Adanya riwayat ketulian dengan gagal ginjal dalam keluarga terutama keluarga laki-laki sangat mungkin satu sindrom alport. Demikian juga adanya riwayat penyakit ginjal polikistik autosomal dominan dalam keluarga. Meskipun pemeriksaan fisik tidak terlalu penting dalam menegakan diagnosis hematuria, namun adanya pembesaran ginjal, kelainan pada genital, atau adanya ruam kulit atau yeri sendi dapat berguna dalam menegakkan diagnosis pada pasien dengan hematuria.
I. DEFINISI
Hematuria adalah didapatkannya sel-sel darah merah di dalam urine. Penemuan klinis sering di dapatkan pada populasi orang dewasa, dengan prevalensi yang mulai dari 2,5% menjadi 20,0% .1,2 Secara visual terdapatnya sel-sel darah merah di dalam urine dibedakan dalam 2 keadaan, yaitu: Hematuria makroskopik Hematuria makroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah, mungkin tampak pada awal miksi atau pada akhirnya yang berasal dari daerah posterior uretra atau leher kandung kemih. (Wim de Jong, dkk, 2004) Hematuria makroskopik yang berlangsung terus menerus dapat mengancam jiwa karena dapat menimbulkan penyulit berupa: terbentuknya gumpalan darah yang dapat menyumbat aliran urine, eksanguinasi sehingga menimbulkan syok hipovolemik/anemi, dan menimbulkan urosepsis. (Mellisa C Stoppler, 2010) Hematuria mikroskopik. Hematuria mikroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata tidak dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada pemeriksaan mikroskopik diketemukan lebih dari 2 sel darah merah per lapangan pandang. (Mellisa C Stoppler, 2010) . Meskipun gross hematuria didefinisikan didapatkannya sel-sel darah merah di dalam urine, ada kontroversi mengenai definisi yang tepat dari hematuria mikroskopik. American Urological Association (AUA) mendefinisikan hematuria mikroskopis klinis yang signifikan karena terdapat lebih dari 3 sel darah merah (sel darah merah) pada lapangan pandang besar pada 2 dari 3 spesimen urin dikumpulkan dengan selama 2 sampai 3 minggu.3 Namun, pasien yang berisiko tinggi untuk penyakit urologi harus
dievaluasi secara klinis untuk hematuria jika urinalisis tunggal menunjukkan 2 atau lebih sel darah merah pada lapangan pandang besar .4
Evaluasi yang tepat dan waktu yang cepat sangat penting, karena setiap derajat hematuria dapat menjadi tanda dari penyakit genitourinari yang serius.4, 5
II. ETIOLOGI
Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di dalam sistem urogenitalia atau kelainan yang berada di luar sistem urogenitalia. Penyebab paling umum dari hematuria pada populasi orang dewasa termasuk saluran kemih infeksi, batu saluran kemih, pembesaran prostat jinak, dan keganasan dalam urologi.1,2,4 Namun, diferensial lengkap sangat luas ,
beberapa insiden khusus kondisi yang berhubungan dengan hematuria bervariasi dengan umur pasien, jenis hematuria (gross atau mikroskopis, gejala atau tanpa gejala), dan adanya faktor risiko keganasan. Secara keseluruhan, sekitar 5% pasien dengan hematuria mikroskopis dan sampai dengan 40% pasien dengan gross hematuria ditemukan pada neoplasma dari urinary tract.3 genitourinari, 5,6 Sebaliknya, pada hingga 40% pasien dengan asimptomatik mikrohematuria,sulit
di identifikasikan penyebabnya .1 Akibatnya, dokter harus mempertimbangkan hematuria yang tidak jelas penyebabnya dari tingkat mana pun dan mampu mempertimbangkan kemungkinan suatu keganasan .
Kelainan yang berasal dari sistem urogenitalia antara lain adalah: Infeksi antara lain pielonefritis, glomerulonefritis, ureteritis, sistitis, dan uretritis Tumor jinak atau tumor ganas yaitu: tumor ginjal (tumor Wilms), tumor grawitz, tumor pielum, tumor ureter, tumor buli-buli, tumor prostat, dan hiperplasia prostat jinak. Kelainan bawaan sistem urogenitalia, antara lain : kista ginjal Trauma yang mencederai sistem urogenitalia. Batu saluran kemih. (Mellisa C Stoppler, 2010)
Kelainan-kelainan yang berasal dari luar sistem urogenitalia antara lain adalah: Kelainan pembekuan darah (Diathesis Hemorhagic), SLE, Penggunaan antikoagulan, atau proses emboli pada fibrilasi atrium jantung maupun endokarditis. (Wim de Jong, dkk, 2004)
Cause of Hematuria
Urinary tract infection Urinary calculi Urinary tract malignancy Urothelial cancer Renal cancer Prostate cancer Benign prostatic hyperplasia Radiation cystitis and/or nephritis Endometriosis Anatomic abnormalities Arteriovenous malformation Urothelial stricture disease Ureteropelvic junction obstruction Vesicoureteral reflux Nutcracker syndrome Medical or renal disease
Glomerulonephritis Interstitial nephritis Papillary necrosis Alport syndrome Renal artery stenosis Metabolic disorders Hypercalciuria Hyperuricosuria Coagulation abnormalities Miscellaneous Trauma Exercise-induced hematuria Benign familial hematuria Loin painhematuria syndrome Gambar 2. Penyebab Hematuria
III. DIAGNOSIS
Evaluasi Diagnosis . Harus diyakinkan dahulu, benarkah seorang pasien menderita hematuria, pseudo hematuria, atau perdarahan per-uretra. Pseudo atau false hematuria adalah urine yang berwarna merah atau kecoklatan yang bukan disebabkan sel-sel darah merah. Keadaan ini dapat disebabkan oleh karena hemoglobinuria, mioglobinuria, konsentrasi asam urat yang meningkat, sehabis makan/minum bahan yang mengandung pigmen tumbuh-tumbuhan yang berwarna merah, atau setelah mengkonsumsi beberapa obat-obatan tertentu antara lain: fenotiazin, piridium, porfirin, rifampisin, dan fenolftalein. Perdarahan per-uretra adalah keluarnya darah dari meatus uretra eksterna tanpa melalui proses miksi, hal ini sering terjadi pada trauma uretra atau tumor uretra. (Mellisa C Stoppler, 2010) Hemoglobinuria tanpa hematuria dapat disebabkan oleh adanya hemolisis. Mioglobinuria tanpa hematuria terjadi pada sindrom rabdiomiolisis setelah cedera otot rangka dan disertai peningkatan sebanyak lima kali pada kadar kreatin kinase plasma. Rabdomiolisis dapat terjadi secara sekunder akibat miositis viral, luka remuk, abnormalitas elektrolit berat (hipernatremia, hipofosfatemia), hipotensi, koagulasi intravaskulas terdisseminasi (DIC), toksin (obat, racun), dan kejang berkepanjangan.
Urin tanpa heme dapat terlihat merah, coklat kola, atau merah keunguan akibat konsumsi berbagai jenis obat, makanan atau pewarna makanan. Urin dapat berwarna coklat kehitaman atau hitam jika terdapat berbagai kelainan metabolit urin.
Penyebab hematuria dapat dilihat pada tabel Sumber hematuria di dari saluran kemih bagian atas berasal dari nefron (glomerulus, tubulus kontortus dan interstisium). Hematuria di saluran kemih bagian bawah berasal dari sistem pelvokaliks, ureter, kandung kemih dan uretra. Hematuria yang berasal dari nefron seringkali tampak sebagai urin berwarna coklat, coklat cola,
atau merah keunguan, disertai proteinuria (>100 mg/dL dengan dipstick), terdapat cast SDM dan akantosit atau kelaianan bentuk SDM lain pada pemeriksaan mikroskopik urin. Hematuria yang berasal dari tubulus kontortus dapat dilihat dari keberadaan cast leukosit atau sel epitel tubulus renal. Hematuria dari saluran kemih bagian bawah umumnya dihubungkan dengan hematuria berat, hematuria terminal (hematuria terjadi pada saat aliran urin akan berakhir), bekuan darah, morfologi urin SDM normal, dan proteinuria minimal pada dipstick (<100 mg/dL).
A. Anamnesis
Dalam mencari penyebab hematuria perlu dicari data yang terjadi pada saat episode hematuria, antara lain: a. Bagaimanakah warna urine yang keluar? b. Apakah diikuti dengan keluarnya bekuan-bekuan darah? c. Di bagian manakah pada saat miksi urine berwarna merah? d. Apakah diikuti dengan perasaan sakit ? (Mellisa C Stoppler, 2010) Perlu ditanyakan juga, beberapa faktor risiko untuk kanker urothelial pada pasien dengan hematuria mikroskopis Riwayat merokok Kerja paparan bahan kimia atau pewarna (benzenes atau aromatic amine)
Riwayat gross hematuria sebelumnya Usia di atas 40 tahun Riwayat gangguan berkemih, nyeri saat berkemih, dan infeksi saluran kemih Penyalahgunaan analgetik Riwayat radiasi panggul. INISIAL
Terjadi pada Tempat kelainan Awal miksi Uretra
TOTAL
Seluruh proses miksi Buli-buli, ureter, atau ginjal
TERMINAL
Akhir misi Leher buli-buli
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus fokus pada deteksi hipertensi yang hadir bersamaan dengan sindrom nefritik dan penyakit pembuluh darah ginjal, edema terkait dengan sindrom nefrotik, massa perut atau panggul teraba menyarankan ginjal neoplasma, dan adanya nyeri ketok kostovertebral atau nyeri tekan suprapubik berhubungan dengan infeksi saluran kemih. Pemeriksaan rektal pada pria dapat mengungkapkan nodularitas prostat atau pembesaran sebagai penyebab potensial. Pada pemeriksaan diperhatikan adanya hipertensi yang mungkin merupakan manifestasi dari suatu penyakit ginjal. Syok hipovolemik dan anemia mungkin disebabkan karena banyak darah yang keluar. Ditemukannya tanda-tanda perdarahan di tempat lain adalah petunjuk adanya kelainan sistem pembekuan darah yang bersifat sistemik. Pucat pada kulit dan konjungtiva sering terlihat pada pasien dengan anemia. Periorbital, skrotum, dan edema perifer, mungkin menunjukkan hipoalbuminemia dari glomerulus atau penyakit ginjal. Cachexia mungkin menunjukkan keganasan. Nyeri tekan dari sudut kostovertebral, dapat disebabkan oleh pielonefritis atau dengan perbesaran massa seperti tumor ginjal. Nyeri suprapubik sistitis, baik yang disebabkan oleh infeksi, radiasi, atau obat sitotoksik. Kandung kemih tidak teraba ketika didekompresi, kandung kemih diisi dengan 200 mL urin percussible. Dalam retensi urin akut, biasanya terlihat dalam kasus-kasus BPH atau
obstruksi oleh bekuan, kandung kemih bisa diraba dan dapat dirasakan hingga tingkat umbilikus. Palpasi bimanual pada ginjal perlu diperhatikan adanya pembesaran ginjal akibat tumor, obstruksi, ataupun infeksi ginjal. Massa pada suprasimfisis mungkin disebabkan karena retensi bekuan darah pada buli-buli.
Pada colok dubur, ukuran, bentuk dan konsistensi prostat dinilai mengetahui adanya
pembesaran prostat benigna maupun karsinoma prostat. Setelah prostatektomi enukleasi maupun endoskopik, simpai prostat dibiarkan sehingga pada colok dubur memberikan kesan prostat masih membesar. Lobus medial prostat yang mungkin menonjol ke kandung kemih umumnya tidak dapat dicapai dengan jari. Karsinoma prostat menyebabkan asimetri dan perubahan konsistensi setempat. Diagnosis dipastikan melalui biopsy jarum transrektal.
Pemeriksaan dengan menggunakan berbagai kateter yang dahulu dibuat dari karet dan
sekarang lateks, politen atau silicon. Ujung kateter dibuat dalam berbagai bentuk supaya tidak dapat tercabut; yang biasa ialah bentuk Foley yang pada ujungnya berbentuk balon yang dapat dikembangkan. Untuk ukurannya digunakan skala Charriere, berdasarkan skala Prancis yang menyatakan ukuran lingkaran di luarnya dan bukan diameternya. Diameter didapat dengan membagi ukuran Charriere dengan tiga. (Wim de Jong, dkk, 2004)
C. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah yang dilakukan yakni penentuan kadar kreatinin, ureum dan elektrolit untuk mengetahui faal ginjal; fosfatase asam yang mungkin meningkat pada metastase prostat, dan fosfatase alkali yang dapat meningkat pada setiap jenis metastase tulang. Kadar kalsium, fosfat, asam urat dan hormon paratiroid ditentukan bila terdapat kemungkinan urolithiasis. Pemeriksaan urine dilakukan untuk pemeriksaan mikroskopik, bakteriologik dan sitologik. Pemeriksaan urinalisis dapat mengarah kepada hematuria yang disebabkan oleh faktor glomeruler ataupun non glomeruler. Pemeriksaan hapusan darah tepi dapat menunjukkan proses mikroangiopati yang sesuai dengan sindrom hemolitik-uremik, trombosis vena ginjal, vaskulitis, atau SLE. Pada keadaan terakhir, adanya autoantibodi dapat ditunjukkan dengan reaksi Coombs positif, adanya antibodi antinuclear, leukopenia
dan penyakit multisistem. Trombositopenia dapat diakibatkan oleh berkurangnya produksi trombosit (pada keganasan) atau peningkatan konsumsi trombosit (SLE, purpura trombositopenik idiopatik, sindrom hemolitik-uremik, trombosis vena ginjal). Walaupun morfologi SDM urin dapat normal pada perdarahan saluran kemih bawah dan dismorfik pada perdarahan glomerular, morfologi sel tidak secara pasti berhubungan dengan lokasi hematuria. Pada pemeriksaan pH urine yang sangat alkalis menandakan adanya infeksi organisme pemecah urea di dalam saluran kemih, sedangkan pH urine yang sangat asam mungkin berhubungan dengan batu asam urat. Sitologi urine diperlukan untuk mencari kemungkinan adanya keganasan sel-sel urotelial. IVP adalah pemeriksaan rutin yang dianjurkan pada setiap kasus hematuria & sering digunakan untuk menentukan fungsi ekskresi ginjal. Umumnya, menghasilkan gambaran terang saluran kemih dari ginjal sampai dengan kandung kemih, asal faal ginjal memuaskan. Pemeriksaan ini dapat menilai adanya batu saluran kemih, kelainan bawaan saluran kemih, tumor urotelium, trauma saluran kemih, serta beberapa penyakit infeksi saluran kemih. USG berguna untuk menetukan letak dan sifat massa ginjal dan prostat (padat atau kista), adanya batu atau lebarnya lumen pyelum, penyakit kistik, hidronefrosis, atau urolitiasis ureter, kandung kemih dan uretra, bekuan darah pada buli-buli/pielum, dan untuk mengetahui adanya metastasis tumor di hepar. Ultrasonografi dari saluran kemih sangat berguna pada pasien dengan hematuria berat, nyeri abdomen, nyeri pinggang, atau trauma. Jika hasil penelitian awal ini tetap normal, disarankan dilakukan pemeriksaan kreatinin dan elektrolit serum. Endoultrasonografi, yaitu ekografi transurethral sangat berguna untuk pemeriksaan prostat dan buli-buli Arteriografi dilakukan bila ditemukan tumor ginjal nonkista untuk menilai vaskularisasinya walaupun sering digunakan CT-Scan karena lebih aman dan informative. Bagian atas saluran kemih dapat dilihat dengan cara uretrografi retrograd atau punksi perkutan. Payaran radionuklir digunakan untuk menilai faal ginjal, misalnya setelah obstruksi dihilangkan Pemeriksaan endoskopi uretra dan kandung kemih memberikan gambaran jelas dan kesempatan untuk mengadakan biopsy
Sistometrografi biasanya digunakan untuk menentukan perbandingan antara isi dan tekanan di buli-buli Sistoskopi atau sisto-uretero-renoskopi (URS) dikerjakan jika pemeriksaan penunjang di atas belum dapat menyimpulkan penyebab hematuria. (Wim de Jong, dkk, 2004)
Adapted with permission from Grossfeld GD, Wolf JS, Litwin MS, Hricak H, Shuler CL, Agerter DC, Carroll P. Evaluation of asymptomatic microscopic hematuria in adults: the American Urological Association best practice policy recommendations. Part II: patient evaluation, cytology, voided markers, imaging, cystoscopy, nephrology evaluation, and follow-up. Urology 2001;57(4) (In press).
Imaging modalities for evaluation of the upper urinary tract and their limitations
Imaging Modality
Intravenous Urography Poor sensitivity for and ability to characterize renal Retrograde Pyelography Poor sensitivity for and ability to characterize renal Ultrasonography Limited ability to detect urolithiasis, small (<3 cm) renal Magnetic Resonance Imaging Expensive, time consuming, poor sensitivity for urolithiasis Intravenous Urography Poor sensitivity for and ability to characterize renal
Limitations
parenchymal masses, intravenous contrast exposure parenchymal masses, invasive mass, and urothelial abnormality CTU Largest cumulative radiation exposure, expensive parenchymal masses, intravenous contrast exposure
Gambar 5. Imaging modalities for evaluation of the upper urinary tract and their limitations. Initial evaluation of newly diagnosed asymptomatic microscopic hematuria.
FIGURE 1.Initial Evaluation of Asymptomatic Microscopic Hematuria* Adapted with permission from Grossfeld GD, Wolf JS, Litwin MS, Hricak H, Shuler CL, Agerter DC, Carroll P. Evaluation of asymptomatic microscopic hematuria in adults: the American Urological Association best practice policy recommendations. Part II: patient evaluation, cytology, voided markers, imaging, cystoscopy, nephrology evaluation, and follow-up. Urology 2001;57(4) (In press).
Gambar 5. Workup of hematuria in adults based on AUA best practice policy recommendations. (Data from Grossfeld GD, Wolf JS Jr, Litwan MS, et al. Asymptomatic microscopic hematuria in adults: summary of the AUA best practice policy recommendations. Am Fam Physician 2001;63(6):1148; and Adapted from Grossfeld GD, Wolf JS, Litwin MS, et al. Evaluation of asymptomatic microscopic hematuria in adults: the American Urological Association best practice policy recommendations. Part II: patient evaluation, cytology, voided markers, imaging, cystoscopy, nephrology evaluation, and follow-up. Urology 2001;57(4):607; with permission.)
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan lainnya
USG transrectal dari prostat: ukuran prostat meningkat, volume> 40 g, meningkatkan ukuran lobus median prostat uroflowmetry dengan ultrasonografi kandung kemih: puncak laju aliran rendah, volume residual tinggi postvoid
Kencing tidak lampias, aliran lemah, intermittency, frekuensi kencing meningkat, urgensi, nokturia, riwayat BPH ataupun kanker prostat , riwaat retensi urine sebelumnya
pembesaran prostat pada kandung kemih digital dubur, vesica urinary bulding (+)
PSA
Pemeriksaan fisik
demam, nyerio tekan suprapubic, bladder distention pada retensio urine, cystocele pada pemeriksaan panggul
Pemeriksaan penunjang
urinalysis: (+) leukocyte esterase, (+) nitrite, pyuria (>10 WBC per HPF), bacteriuria
Pemeriksaan lainnya
urine culture and sensitivity: >10,000 colony forming unit/mL urine
Pemeriksaan fisik
Nyeri ketok kostovertebral, nyeri suprapubik, demam, penurunan bising usus
Pemeriksaan penunjang
urinalysis: positive leukocyte esterase, positive nitrite, pyuria (>10 WBC/HPF), bacteriuria urine culture and sensitivity: >10,000 colony
Pemeriksaan lainnya
renal ultrasound : pembesaran renal , hypo-echoic parenchyma with loss of corticomedullary differentiation contrast CT abdomen: heterogeneous uptake of contrast (lobar nephronia), oedematous renal parenchyma, perinephric stranding,
Anamnesis
Hematuria mikroskopis berulang, disertai dengan episode gross hematuria, gangguan pendengaran, riwayat keluarga dengan kanker dari hematuria, gangguan pendengaran, atau penyakit ginjal
Pemeriksaan lainnya
skin biopsy: positive immunohistochemistry renal biopsy: diffuse thickening and splitting of the basement membrane, focal glomerulosclerosis and tubular atrophy; negative immunohistochemistry
Pemeriksaan fisik
massa panggul, nyeri tekan sudut kostovertebral dari obstruksi; sering tidak ada kelainan terdeteksi
Pemeriksaan penunjang
urinalysis: RBCs urine cytology: atypical or malignant cells, signified by increased clustering, increased cellularity, or altered nuclear morphology CT abdomen/IVU : ureteral or renal collecting system mass or filling defect cystoscopy: bladder tumour
Pemeriksaan fisik
Pada rectal toucher ditemukan pembesaran prostat, dengan konsistensi keras dan permukaan yang berbenjol-benjol
Pemeriksaan penunjang
PSA: meningkat, PSA> 0,75 mikrogram / L per tahun (0,75 ng / mL per tahun)
Pemeriksaan lainnya
transrectal ultrasound-guided prostate biopsy : confirmed adenocarcinoma
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
urinalysis : haematuria, pyuria, crystalluria, cysteine crystals, acidic or alkaline pH non-contrast CT abdomen: urolithiasis, hydronephrosis
Pemeriksaan lainnya
BNO: radiodense stones
Pemeriksaan fisik
Adanya kateter uretra, kateter suprapubik, stent ureter dengan string dalam uretra
Pemeriksaan penunjang
urinalysis: diagnosis is clinical, and tests are not routinely recommended
Pemeriksaan lainnya
BNO: ureteral stent and drain visualisation
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
CT abdomen: laserasi pada parenkim ginjal, sistem pengumpulan, dan pembuluh ginjal; hematoma perinephric, perdarahan aktif, dan ekstravasasi urin
Pemeriksaan lainnya
hypotension, takikardia, nyeri panggul, memar panggul, nyeri perut, perut kembung
Pemeriksaan fisik
Nyeri tekan suprapubic, ekimosis pada lower abdominal
Pemeriksaan penunjang
retrograde cystogram: extravasation of contrast revealing bladder injury
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
retrograde urethrogram: contrast extravasation from the urethra
Pemeriksaan lainnya
contrast CT abdomen: contrast extravasation from the urethra cystoscopy: urethral disruption
Perdarahan OUE, hematom scrotum, floating prostat, eimosis pada batang penis, butterflyecchymosis pada perineum
Pemeriksaan fisik
hepatosplenomegaly, nyeri tean abdomen , testicular atrophy, oedema of extremities
Pemeriksaan penunjang
peripheral blood smear: sickle cells
Pemeriksaan lainnya
Hb electrophoresis (whole blood): haemoglobin S
.Coagulopathy Anamnesis
mudah memar, kecenderungan untuk berdarah, epistaksis berulang, riwayat keluarga dengan kanker dari diastesis perdarahan, hx sirosis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lainnya
LFTs: hypoalbuminaemia von Willebrand factor antigen (whole blood): reduced in von Willebrand's disease ristocetin cofactor activity (whole blood): reduced in von Willebrand's disease factor VIII, IX activity (whole blood): reduced in haemophilia, VIII reduced in von Willebrand's disease
Normal atau
FBC: thrombocytopenia
Pemeriksaan fisik
Nyeri tekan costovertebral angle, panggul teraba massa pada ginjal polikistik, Hipertensi
Pemeriksaan penunjang
renal ultrasound : cystic lesions
Pemeriksaan lainnya
serum creatinine: elevated CT abdomen: well-defined, oval lesions
Pemeriksaan penunjang
contrast CT abdomen: massa lesi, filling defect, nephrogram terlambat pengisian
Pemeriksaan lainnya
renal angiography: pengisian simultan dari sistem arteri dan vena, nephrogram tertunda
Pemeriksaan lainnya
CT abdomen: kehilangan diferensiasi corticomedullary, trombus pada vena ginjal, pembesaran ginjal dengan kekeruhan parenkim BNO IVP: tertunda ekskresi kontras dari ginjal, pembesaran ginjal karena kongesti
Pemeriksaan fisik
orchalgia dengan reaktif hidrokel, rectal toucher prostat nodular
Pemeriksaan penunjang
urinalysis: pyuria (>10 WBC/HPF) with no visualised bacteria urine culture,: >10,000 colony forming unit/mL urine
Pemeriksaan lainnya
IV urography: moth-eaten calyces with ulceration , obliterasi calyceal, hidronefrosis, kalsifikasi,
.Benign familial haematuria (thin basement membrane nephropathy) Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
urinalysis: dismorfik merah sel, sel merah, proteinuria, mikroalbuminuria urea and creatinine: creatinine >2.0, urea >20 24-hour urine collection for protein : >1 gram/24 hours
Pemeriksaan lainnya
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
urinalysis:d ismorfik merah sel, gips sel merah, proteinuria, mikroalbuminuria urea and creatinine: creatinine >2.0, urea >20 24-hour urine collection for protein : >1 gram/24 hours
Pemeriksaan lainnya
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
urinalysis: dysmorphic red cells, red cell casts, proteinuria, microalbuminuria urea and creatinine: creatinine >2.0, urea >20 24-hour urine collection for protein : >1 gram/24 hours
Pemeriksaan lainnya
serum complement levels (C3, C4): low renal biopsy: hypercellular glomeruli, mesangium diperluas, imunofluoresensi positif, deposito padat elektron
Pemeriksa an fisik
Hipertensi, nodules kulit yang nyeri, conjunctiviti s, uveitis, oliguria
Pemeriksaan penunjang
urinalysis: dysmorphic red cells, red cell casts, proteinuria, microalbuminuria urea and creatinine: creatinine >2.0, urea >20 24-hour urine collection for protein : >1 gram/24 hours
Pemeriksaan lainnya
renal bx: hypercellular, sklerotik glomeruli dengan inklusi bulan sabit
Pemeriksa an fisik
Pada umumnya asimtomatik, hipertensi
Pemeriksaan penunjang
urinalysis: RBC casts, mild proteinuria urea and creatinine: creatinine >2.0, urea >20 24-hour urine collection for protein : >1 gram/24 hours
Pemeriksaan lainnya
renal bx: adanya IgA pada mesangium, proliferative crescents pada kasus berat
Pemeriksaan fisik
kupu-kupu atau ruam diskoid, borok mulut atau vagina, vaskulitis retina, murmur sistolik
Pemeriksaan penunjang
urinalysis: pyuria, RBCs, granular casts, proteinuria urea and creatinine: creatinine >2.0, urea >20 24-hour urine collection for protein : >1 gram/24 hours
Pemeriksaan lainnya
renal bx : glomerulitis ringan deposisi imunoglobulin dan pembentukan bulan sabit proliferatiflupus serologies: elevated serum complement (C3, C4): low
Pemeriksaan fisik
HTN, panggul massa, adenopati, varikokel kiri, edemas ekstremitas bawah
Pemeriksaan penunjang
renal ultrasound: solid or cystic renal mass CT abdomen with and without IV contrast: contrast enhancing renal mass
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
PIV biasanya dikerjakan atas indikasi adanya hematuria tetapi jika diduga ada massa pada ginjal, pemeriksaan dilanjutkan dengan CT scan atau MRI. Dalam hal ini USG hanya dapat menerangkan bahwa ada massa solid atau kistik
Tumor Wilms
Anamnesis
tumor abdomen, Hematuri (makroskopis) Hipertensi anemia, penurunan berat badan, infeksi saluran kencing, demam, malaise dan anoreksia nyeri perut yang bersifat kolik
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
IVP tampak distorsi sistem pielokalises dan berguna untuk mengetahui fungsi ginjal. pemeriksaan USG, tumor Wilms nampak sebagai tumor padat di daerah ginjal.
Pemeriksaan lainnya
Massa abdomen
kadar lactic dehydrogenase (LDH) meninggi dan Vinyl mandelic acid (VMA) dalam batas normal
Pemeriksaan fisik
Teraba massa, stricture
Pemeriksaan penunjang
IVU: filling defect, mass voiding cystourethrogram: filling defect, mass
Pemeriksaan lainnya
urethroscopy: visible urethral mass
MRI/CT pelvis
Pemeriksaan fisik
Nyeri tekan suprapubic
Pemeriksaan penunjang
urinalysis: haematuria, leukocyte esterase, nitrites non-contrast CT abdomen: bladder stone
Pemeriksaan lainnya
BNO: radio-opaque bladder stone
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
urinalysis: dismorfik merah sel, gips sel merah, proteinuria, mikroalbuminuria FBC: peripheral blood eosinophilia serum creatinine: elevated
Pemeriksaan lainnya
Anticoagulation Anamnesis
hx fibrilasi atrium, katup mekanik, stroke, memar, perdarahan gusi
Pemeriksaan fisik
panggul massa, nyeri tekan sudut kostovertebral, memar, perdarahan gusi
Pemeriksaan penunjang
coagulation studies: elevated
Pemeriksaan fisik
normal
Pemeriksaan penunjang
urinalysis: RBCs
Pemeriksaan fisik
low-grade fever
Pemeriksaan penunjang
urinalysis: diagnosa klinis, dan tes tidak secara rutin direkomendasikan
Medication Anamnesis
penggunaan obat seperti Pyridium, rifampin, fenitoin, levodopa, metildopa, dan kina
Pemeriksaan fisik
normal
Pemeriksaan penunjang
urinalysis : diagnosa klinis, dan tes tidak secara rutin direkomendasikan
Food-related Anamnesis
Riwayat makan bit, blackberry, rhubarb
Pemeriksaan fisik
normal
Pemeriksaan penunjang
urinalysis: : diagnosa klinis, dan tes tidak secara rutin direkomendasikan
V. PENATALAKSANAAN
Jika terdapat gumpalan darah pada buli-buli yang menimbulkan retensi urine, coba dilakukan kateterisasi dan pembilasan buli-buli dengan memakai cairan garam fisiologis, tetapi jika tindakan ini tidak berhasil, pasien secepatnya dirujuk untuk menjalani evakuasi bekuan darah transuretra dan sekaligus menghentikan sumber perdarahan. Jika terjadi eksanguinasi yang menyebabkan anemia, harus dipikirkan pemberian transfusi darah. Demikian juga jika terjadi infeksi harus diberikan antibiotika. (Mellisa C Stoppler, 2010) . Setelah hematuria dapat ditanggulangi, tindakan selanjutnya adalah mencari penyebabnya dan selanjutnya menyelesaikan masalah primer penyebab hematuria. (Mellisa C Stoppler, 2010)
lapangan pandang besar pada 2 dari 3 spesimen urin dikumpulkan dengan selama 2
umur pasien, jenis hematuria (gross atau mikroskopis, gejala atau tanpa gejala), dan adanya faktor risiko keganasan. Secara keseluruhan, sekitar 5% pasien dengan hematuria mikroskopis dan sampai dengan 40% pasien dengan gross hematuria ditemukan pada neoplasma dari urinary tract.3 genitourinari, 5,6 Sebaliknya, pada hingga 40% pasien dengan asimptomatik mikrohematuria,sulit diidentifikasikan penyebabnya .1 Akibatnya, dokter harus mempertimbangkan hematuria yang tidak jelas penyebabnya dari tingkat mana pun dan mampu mempertimbangkan kemungkinan suatu keganasan . Diagnosis dan evaluasi pasien harus diyakinkan dahulu, benarkah seorang pasien menderita hematuria, pseudo hematuria, atau perdarahan per-uretra. Pseudo atau false hematuria dapat disebabkan oleh karena hemoglobinuria, mioglobinuria, konsentrasi asam urat yang meningkat, sehabis makan/minum bahan yang mengandung pigmen tumbuh-tumbuhan yang berwarna merah, atau setelah mengkonsumsi beberapa obat-obatan tertentu antara lain: fenotiazin, piridium, porfirin, rifampisin, dan fenolftalein. Perdarahan per-uretra adalah keluarnya darah dari meatus uretra eksterna tanpa melalui proses miksi, hal ini sering terjadi pada trauma uretra atau tumor uretra. (Mellisa C Stoppler, 2010) Penatalaksanaan pada kasus hematuria berdasarkan algoritme dan etiologi.