Oleh :
dr. Abdul Gani
Pembimbing :
Prof. Dr. BURHANUDDIN NASUTION, SpPK-KN,
FISH
OBSTRUCTIVE JAUNDICE
Pendahuluan
Munculnya jaundice pada pasien adalah sebuah kejadian yang
dramatis secara visual. Jaundice selalu berhubungan dengan penyakit
penting, meskipun hasil akhir jangka panjang bergantung pada penyebab
yang mendasari jaundice. Jaundice adalah gambaran fisik sehubungan
dengan gangguan metabolism bilirubin. Kondisi ini biasanya berhubungan
dengan gejala-gejala spesifik. Kegunaan yang tepat pemeriksaan darah
dan pencitraan, memberikan perbaikan lebih lanjut pada diagnose
banding. Umumnya jaundice non-obstruktif tidak membutuhkan intervensi
bedah, sementara jaundice obstruktif biasanya membutuhkan intervensi
bedah atau prosedur intervensi lainnya untuk pengobatan (10,11)
Icterus atau Jaundice adalah menguningnya sklera, kulit atau
jaringan lain akibat penimbunan bilirubin dalam darah. Kadar normal
bilirubin total di dalam darah adalah <1 mg/dl. Icterus terjadi apabila kadar
bilirubin total di dalam darah mencapai 2 mg/dl. 10,11
Penyebab icterus ada 3 jenis, yaitu: icterus prahepatik, icterus
pascahepatik (obstruktit) dan icterus hepatoseluler (hepatic).
Obstructive jaundice adalah suatu keadaan jaundice yang
disebabkan
oleh
karena
adanya
sumbatan
pada
empedu
dan
salurannya.10,11
Obstructive jaundice dapat disebabkan oleh beberapa keadaan,
diantaranya adalah adanya batu empedu (gall stone), atresia, struktura
dan tumor pada diluar yang menekan duktus biliaris (misalnya tumor caput
pancreas).10,11
Metabolisme Bilirubin1.5.7.8,9.10,11
Bilirubin adalah produk akhir dari haem, yang berasal dari
pemecahan haemoglobin (80-85%) dan sekitar 15-20% dari yang bukan
dibentuk
dimana
proses
produksinya
terjadi
di
sel-sel
retikuloendotelial.
Enzim yang mengubah haem menjadi biliverdin adalah microsomal
haem oxygenase dimana disini dibutuhkan adanya oksigen dan NADPH.
Selanjutnya biliverdin akan diubah menjadi bilirubin oleh enzim biliverdin
reductase.
Bilirubin yang terbentuk ini akan berikatan dengan albumin dan
disebut sebagai unconjugated bilirubin (Indirect bilirubin). Beberapa zat
seperti asam-asam lemak dan anion organik akan mengganggu ikatan
antara bilirubin dan albumin, sehingga obat-obatan seperti sulphonamide
dan salicylate akan memberikan jalan kepada bilirubin untuk memasuki
otak pada neonatus dan meningkatkan resiko terjadinya kemicterus.
Selanjutnya unconjugated bilirubin yang bersifat larut dalam lemak
ini ketika tiba pada permukaan sel-sel hati akan mengalami metabolisme
melalui 3 tahap yaitu pengambilan oleh sel-sel hati, konjugasi dan sekresi
ke dalam saluran empedu. Di dalam sel hati, ikatan albumin dan bilirubin
akan dipecah dan bilirubin akan diikat oleh protein sitoplasma ligandin.
Unconjugated bilirubin selanjutnya akan dikonjugasi dengan asam
glukuronat oleh enzim glucuronyl transferase menjadi conjugated bilirubin
(direct
bilirubin)
yang
larut
dalam
air. Akhir
proses
ini
adalah
Patogenesa lkterus8,10
Ikterus timbul melalui satu atau lebih mekanisme dibawah ini
1. Peningkatan produksi bilirubin
2. Penurunan pengambilan oleh sel-sel hati
3. Penurunan konjugasi di hati
4. Penurunan ekskresi bilirubin
Hiperbilirubinemia yang terjadi pada 3 mekanisme diatas umumnya
adalah unconjugated hyperbifirubinemia, sedangkan pada mekanisme
terakhir umumnya adalah conjugated hyperbilirubinemia. Suatu tes
sederhana untuk membedakan keduanya adalah dengan memeriksa
apakah bilirubin ada atau tidak di dalam air seni. Bila bilirubin ada di
dalam air seni maka bilirubin tersebut adalah conjugated bilirubin.
Penyakit
merupakan
hemolitik
penyebab
atau
tersering
peningkatan
dari
laju
destruksi
pembentukan
eritrosit
bilirubin
yang
dan
akhirnya
menyebabkan
kerusakan
otak).
Sedangkan
maupun
obstruktif,
terutama
menyebabkan
terjadinya
sehingga
dapat
dikeluarkan
melalui
urine
dan
menimbulkan
menekan
dan
menghambat
kanalikuli.
Pada
penyakit
Klasifikasi Jaundice10,11
Secara sederhana jaundice diklasifikasikan ke dalam 3 tips, yaitu:
1. Pre-hepatic (haemolytic)
2. Hepatic (hepatocellular)
3. Post-hepatic (obstructive = cholestatic)
Etiologi Jaundice11
Pre-hepatic jaundice terjadi karena adanya pemecahan eritrosit
yang berlebihan. Disini terjadi peningkatan indirect bilirubin, sehingga hati
yang normal tidak mampu mengubah seluruhnya menjadi direct bilirubin.
Penyebabnya:
1. Di dalam eritrosit : Thalassaemia mayor, Sicle cell disease
2. Pada dindinq'Leritrosit: Hereditary spherocytosis, G-6-PD deficiency
yang berhubungan dengan obat-obatan seperti aspirin, sulphonamide
dan anti malaria.
3. Di luar eritrosit :
-
Penyebabnya:
1. Kegagalan pengambilan bilirubin dan konjugasi oleh sel-sel hati,
misalnya:
Protozoa : amoeba
Nodul-nodul sirosis.
Post hepatic atau obstructive jaundice, terjadi karena adanya
KARSINOMA PANCREAS
Sekitar 60% hingga 70% karsinoma pada organ ini timbul di kaput
pancreas, 5% hingga 10% di korpus, dan 10% hingga 15% di kauda, pada
20% tumor secara difus mengenai seluruh kelenjar. Hampir semua tumor
ini adalah adenokarsinoma yang berasal dari epitel duktus.
Pada karsinoma kaput pancreas, regio ampula mengalami invasi
sehingga aliran keluar empedu terhambat. Juga dapat terjadi ulserasi
tumor ke dalam mukosa duodenum. Akibat obstruksi di duktus koledokus,
saluran empedu mengalami pelebaran mencolok pada sekitar separuh
pasien dengan karsinoma kaput pancreas.
Karsinoma pankreas terbanyak pada usia 60-80 tahun, 2/3
beberapa
gambaran
klinis
dari
obstructive
jaundice,
diantaranya adalah :
1.
Umur : Bila pasien seorang wanita, gemuk, usia >40 tahun, subur
mungkin mengarahkan kita menuju adanya suatu batu empedu. Bila
pasien berusia tua mungkin suatu keganasan karena makin tua usia
maka makin tinggi kemungkinan terjadinya keganasan.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Urin yang berwarna coklat dan feces yang berwarna pucat. Bila
didapati adanya darah samar pada feces mungkin suatu keganasan
3. Urine
Bilirubinuria (+)
4. Faeces
Warna : Biasanya pucat.
Pemeriksaan radiologi dan Pemeriksaan Penunjang Lainnya5,6
Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain adalah:
1. Foto polos perut dan dada
Ini merupakan pemeriksaan yang sering dilakukan dan lebih mudah
dan dapat memberikan keterangan yang berharga. Klasifikasi dapat
dilihat pada 10-20% kasus batu di saluran empedu maupun di dalam
kandung empedu sendiri.
10
2. Ultrasonografi (USG)
USG merupakan pemeriksaan yang sangat berguna dan tidak invasif.
Pemeriksaan ini dapat membedakan apakah suatu ikterus terjadi
karena sumbatan ekstra hepatik atau karena hal lainnya, dengan
melihat adanya pelebaran saluran empedu. Untuk batu empedu, ini
merupakan pilihan pertama dengan ketepatan mencapai 95%. Kriteria
batu empedu disini adalah didapati acoustic shadowing dari gambaran
opasitas dalam kandung empedu.
3. Kolesistografi
Teknik ini relatif murah dan akurat untuk mendiagnosa batu empedu.
4. Computed axial Tomography (CT)
Pemeriksaan ini juga akurat namun biasanya relatif mahal.
5. Endoscophy Retrograde Choledoco Pancreatography (ERCP) Ini
merupakan metode pemeriksaan langsung yang sangat berguna
dalam menentukan adanya obstruksi bilier. Selain untuk diagnosis
pemeriksaan ini juga dapat digunakan sebagai terapi.
6. Percutaneus Transhepatic Cholangiography (PTC)
Sama seperti ERCP, metode pemeriksaan ini juga dapat digunakan
untuk membantu diagnosis sekaligus terapi.
Diagnosa Banding10,11
Diagnosa banding dari obstructive jaundice adalah:
1. pre-hepatic jaundie
2. hepatic jaundice
Untuk membedakan antara ke 3 jenis jaundice ini maka kita dapat melihat
beberapa hasil pemeriksaan laboratorium yang tercantum dalam tabel 1
dan tabel 2.
11
Tabel 1
Pre-hepatic
Post-
Hepatic
Determination
Haemolytic Congenital
Infective, Intra-hepatic
toxic
cholestatic
Hepatic
Extrahepatic
cholestatic
Serum
Total bilirubin
Direct bilirubin
Indirect
++++
N
+++
+
N
+
+++
++
++
+++
++
++
+++
++
++
bilirubin
Urobilinogen
++++
N or (-)
(urine)
Tabel 211
Pre-hepatic
Hepatic conditions
SGPT
SGOT
ALP
N
N
N
Viral
Post-
++++ ++++
+++ ++++
++
++
+
+
+
++
++
++++
Terapi3,6,10
Tetapi pada obstructive jaundice sangat tergantung dari penyebab
dasarnya. Pada umumnya terapi adalah tindakan operatif. Khusus untuk
batu empedu dapat dilakukan tindakan operasi (kolesistektomi) atau dapat
pula dengan cara litolisis baik bersifat sistemik maupun lokal dan dengan
cara ESWL (Extracorporal Shock Wave Lihottipsy).
Kolesistektomi
dapat
dilakukan
secara
operatif
maupun
12
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Blick KE, Liles SM, Liver in Principles of Clinical Chemistry. Evansville,
-Indiana, 1985, P : 485-491.
2. Fody EP, Liver Function in Clinical Chemistry, Principles, Procedures
Correlations, Fifth edition, Lippicott Williams. Philadelpia, 2005. P
477-484.
3. Hadi S, Gastroenterologi, Edisi ke 7, Penerbit PT. Alumni Bandung.
2002. P : 768-783.
4. Higgins T, Beutler E. Dournes. BT, in Tietz Text Book of Clinical
Chemistry and Molecular Diagnostic, Fourth Edition. Saunders
Elsevier, 2006. P : 1193-1201.
5. Julius, lkterus dalam Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi ke 2. Bala!
Penerbit FK Ul. Jakarta 1987. P : 576-582.
6. Lesmana L, Batu Empedu dalam Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, Edisi ke
2, Balai Penerbit FK Ul, Jakarta 1987. P : 586-588.
7. Pincus MR, Philip T, Dufnur DR in Clinical Diagnosis and Management
by Laboratory Method, 21st Edition, Saunders Elsevier, 2011. P : 263266.
8. Price SA, Wilson LM, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit, Edisi ke 6, EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, 2006.
P : 481-485.
9. Scher RA, Mc Person RA, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium, Edisi 11, EGC, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta
2004. P : 363-366,
10. Sherlock S, Dooly J. Disease of The Liver and Biliary System. Ninth
Edition, Blackwell Scientific Publications, London, 1993. P : 199-221;
562-573.
11. Thalib VH, Essential Laboratory Medicine, Interprint, New Delhi, 1999.
P: 411-416
14
LAPORAN KASUS
Nama
: Tn. XY
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 43 Tahun
Suku
: Melayu
Agama
: Islam
Alamat
: P.Brandan
Tanggal masuk
: 15 Oktober 2012
Anamnese Penyakit
Keluhan utama
Telaah
: Tidak jelas
RPO
: Tidak jelas
Status Present
Sensorium
: Compos mentis
Anemia
: (+)
Tekanan darah
: 120/90 mmHg
Icterus
: (+)
Nadi
: 80 x/menit
Cyanose
: (-)
RR
: 20 x/menit
Dyspnoe
: (-)
Temp.Tubuh
: 36C
Oedema
: (-)
Pancaran wajah
: Lemah
Reflex Fisiologis : N
Sikap paksa
: (-)
TB/BB
: 157 cm/59 kg
15
Pemeriksaan Fisik
Kepala
Mata
Hidung
: Berdarah (-)
Mulut
Wajah
Leher
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
(-)
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
teraba
membesar,
membesar.
Perkusi
Auskultasi
: Peristaltik (+)
Extremitas
Extremitas atas dan bawah : Clubing (-), oedema (-)
Anogenital
16
ginjal
tidak
teraba
Diagnosa Banding
1. Obstruktif Jaundice ec CBD stone
2. Obstruktif Jaundice ec Ca caput pancreas
Terapi
-
Tirah baring
Tramadol 2 x 50 mg
Interhistin 3 x 1 tab
Rencana Pemeriksaan
1. Darah/urine/feces rutin
2.
LFT/RFT
3.
Lipid profile
4.
AFP
5.
Viral marker
6.
KGD
7.
USG Liver
8.
ERCP
17
Nilai Normal
Hematologi
Hb (g%)
Leukosit
mm3)
Trombosit
mm3)
10,9
12-16
103 8,0
4-11
(x
103 346
150-450
Hematokrit (%)
33,4
37-47
MCV (fl)
75,0
76-97
MCH (pg)
25,5
27-32
MCHC (g/dl)
33,4
30-35
RDW (%)
15,0
11,6-14,8
(x
Kimia Klinik
Faal Hati
<1
Direct 5,75
<0,2
SGOT (U/L)
40,5
<31
SGPT (U/L)
85,8
<31
Alk.
(U/L)
Phosfatase 305,5
35-109
Faal Ginjal
Ureum (mg/dl)
22
10-50
Creatinin (mg/dl)
0,7
0,7-1,4
5,5
3-7
18
19
Follow Up
18 Oktober 2012 s/d 17 Oktober 2012
Keluhan
Vital sign
: 120/80 mmHg
HR
RR
: 22 x/menit
Diagnosa Banding
1. Obstruktif Jaundice ec CBD stone
2. Obstruktif Jaundice ec Ca caput pancreas
Terapi
: -
Tirah baring
Tramadol 2 x 50 mg
Interhistin 3 x 1 tab
: Permukaan
rata,
pinggir
: Normal
Kesimpulan
20
tajam,
parenchym
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Lab
Nilai Normal
Hematologi
Hb (g%)
Leukosit
mm3)
Trombosit
mm3)
10,7
12-16
103 8,5
4-11
(x
103 415
150-450
Hematokrit (%)
32,8
37-47
MCV (fl)
75
76-97
MCH (pg)
25,2
27-32
MCHC (g/dl)
33,5
30-35
RDW (%)
15,0
11,6-14,8
(x
Kimia Klinik
Faal Hati
<1
Direct 5,95
<0,2
SGOT (U/L)
50,5
<31
SGPT (U/L)
96,8
<32
Alk.
(U/L)
Phosfatase 325
35-109
Faal Ginjal
Ureum (mg/dl)
25
10-50
Creatinin (mg/dl)
0,7
0,7-1,4
21
Pemeriksaan Lab
Nilai Normal
5,6
3-7
Elektrolit
Natrium (mEq/L)
137
135-155
Kalium (mEq/L)
3,5
3,6-5,5
Chlorida (mEq/L)
104
96-106
Lipid Profile
Cholesterol (mg/dl)
208
40-200
Trigliserida (mg/dl)
185
30-200
LDL (mg/dl)
110
100
HDL (mg/dl)
55
45-65
133,5
200 mg/dl
KGD Adrandom
Urinalisa
Warna
Kuning-coklat
pH
1.020
Glukosa
Negatif
Protein
Negatif
Bilirubin
Positif (+1)
Nitrit
Negatif
Keton
Negatif
Urobilinogen
Negatif
Warna
Seperti dempul,
keputihan
Feces
Imunologi
HbsAg
Negatif
Negatif
AFP
2,5
0-15 ng/ml
Follow Up Pasien
22
18 s/d 19
KU
Vital sign
Senso
rium
TD
(mmHg)
HR
(x/menit)
RR
(x/menit)
Temp
(C)
24 s/d 25
Nyeri perut
kanan atas
CM
CM
CM
CM
120/70
130/80
120/80
120/70
70
75
70
70
22
22
24
24
36,8
36,5
36,5
36,3
Diagnosa
Obstructive
jaundice ec
CBD Stone
Obstructive
jaundice ec
CBD Stone
Obstructive
jaundice ec
CBD Stone
Obstructive
jaundice ec
CBD Stone
Terapi
Tirah
baring
Diet
rendah
lemak
Inj.
Ramitidin
1 amp/12
jam
Tram
adol 2x50
mg
Interhi
stin 3x1
Tirah
baring
Diet
rendah
lemak
Inj.
Ramitidin
1 amp/12
jam
Tram
adol 2x50
mg
Interhi
stin 3x1
Rencana
Tirah
baring
Diet
rendah
lemak
Inj.
Ramitidin
1 amp/12
jam
Tram
adol 2x50
mg
Interhi
stin 3x1
Tirah
baring
Diet
rendah
lemak
Inj.
Ramitidin 1
amp/12
jam
Tram
adol 2x50
mg
Interhi
stin 3x1
ERCP
Tanggal 25 Oktober 2012, pukul 14.00 wib pasien pulang berobat jalan ke
Poli Gastro Enterohepatologi.
23