Anda di halaman 1dari 20

A.

PENGARUH STRATEGI PHYSICAL SURROUNDING BAGI


PENCIPTAAN LOYALITAS PELANGGAN DALAM BISNIS FUTSAL
(Studi Kasus Pada Champions Futsal Di Malang)
B. Latar Belakang
Perkembangangan perekenomian serta teknologi yang cukup pesat
sekarang ini ternyata membawa dampak terhadap munculnya peluangpeluang di berbagai bidang usaha yang menyebabkan dinamika kehidupan
perekonomian dan sosial menjadi dinamis. Pendapatan masyarakat semakin
meningkat begitu juga dengan jenis kebutuhan hidup mereka yang tidak
hanya membutuhkan barang-barang (produk) seperti makanan, minuman,
pakaian, rumah, tetapi mereka juga membutuhkan barang yang tidak nyata
(jasa) seperti pendidikan, hiburan dan olahraga.
Salah satu produk jasa yang sedang marak saat ini adalah jasa penyediaan
berbagai sarana olahraga. Hal ini sejalan dengan kehidupan dinamis di mana
kebutuhan pelengkap menjadi lebih penting, misalnya kebutuhan olahraga
sangat dibutuhkan untuk menghilangkan kejenuhan di sela-sela aktifitas
bekerja dan juga sebagai suatu kebutuhan fisik tubuh kita agar kondisi badan
dapat tetap sehat dan bugar. Dengan kata lain, olahraga tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia karena olahraga
merupakan bagian dari hidup manusia yang dapat meningkatkan kondisi fisik
manusia baik jasmani maupun rohani dan memberikan kesenangan. Selain
dapat memberikan kesehatan olahraga juga dapat menjadi salah satu sarana
rekreasi bagi manusia.
Futsal adalah salah satu jenis olah raga yang disukai oleh masyarakat
sekarang sebagai olah raga sekaligus rekreasi. Hal ini terlihat dari kehidupan
sehari-hari dimana pada waktu libur atau waktu luang, orang sering mengisi
waktu dengan bermain futsal. Perkembangan sarana permainan futsal akhirakhir ini sangat pesat. Hal ini terjadi karena minat orang terhadap permainan
ini sangat tinggi.
Perkembangan futsal yang begitu pesat di masyarakat ternyata menyedot
perhatian dari para pelaku bisnis. Mereka melihat futsal sebagai ladang usaha
baru yang menjanjikan. Kini bisnis futsal tumbuh bak jamur di musim hujan.
Bukan cuma di Jakarta, di Surabaya, Bandung, Medan, Palembang, Makassar,
namun di kota-kota besar lainnya juga telah banyak bermunculan lapanganlapangan futsal berstandar internasional. Hal tersebut menandakan semakin
banyak perusahaan yang menggeluti di bisnis ini.
Kondisi tersebut mengakibatkan persaingan antar perusahaan yang
bergerak pada bidang jasa yang sama akan semakin meningkat tajam. Untuk
itu, perusahaan yang bergerak di bidang jasa ini, dituntut untuk mampu
mengembangkan strategi pemasaran yang mampu menarik minat konsumen,
karena konsumen adalah mahluk sosial yang bisa mempengaruhi dan juga
dipengaruhi oleh lingkungan sosial.
Dalam dunia pemasaran jasa dikenal dengan bauran pemasaran yang
fokus pada kombinasi 7P yaitu product, price, place, promotion, people,
physical evidence dan proces. Sehingga perusahaan sangat perlu sekali
memperhatikan aspek yang dapat mempengaruhi konsumen dalam proses
pengambilan keputusan akan suatu produk khususnya jasa. Oleh karena itu

perusahaan harus mempertimbangkan pengaruh sumber daya manusia,


pelayanan dan aspek lingkungan yang menunjang produk jasa demi
meningkatkan kepuasan para pelanggan serta mempertahankan pelanggan
tersebut.
Para pelanggan yang loyal akan suatu produk jasa tidak hanya didasarkan
pada wujud jasa yang ditawarkan oleh penyedia jasa, tetapi dengan adanya
aspek lingkungan sekitar penyedia jasa yang berpotensi ikut mempengaruhi
kepuasan dan meningkatkan keloyalan para pelanggan. Konsep lingkungan
fisik yang memberikan stimuli atau tanggapan seorang konsumen (pelanggan)
terhadap lingkungan sekitar lebih dikenal dengan konsep physical
surrounding. Suatu penciptaan konsep physical surrounding yang tepat
menjadi suatu keharusan bagi pemasar jasa agar konsumen tertarik dan
merasa puas.
Physical surrounding merupakan aspek lingkungan fisik dan tempat yang
nyata dari lingkungan yang meliputi suatu aktivitas konsumen. Para peneliti
telah menemukan bahwa stimuli seperti warna, suara, penerangan, cuaca, dan
pengaturan ruang dari orangdan objek lain yang dapat mempengaruhi
perilaku konsumen. Lingkungan fisik mempengaruhi persepsi konsumen
melalui mekanisme sensor penglihatan,pendengaran, penciuman, dan bahkan
sentuhan. Pengaturan lingkungan fisik ini sangat penting bagi usaha yang
bergerak di bidang jasa, yang mana tugasnya adalah mengelola lingkungan
fisik ini sehinnga dapat mempengaruhi perilaku konsumen ke arah yang
diinginkan dalam upaya membangun citra (Sutisna, 2001, hal. 159-160).
Lingkungan fisik merupakan sifat nyata yang merupakan situasi
konsumen. Ciri ini meliputi lokasi geografis, dekor, suara, aroma, penyinaran,
cuaca, dan konfigurasi yang terlihat dari barang dagangan atau bahan lain
yang mengelilingi objek stimulus (Engel, 1994, p. 234).
Lebih lanjut menurut Engel, Sutisna dan Mowen, lingkungan fisik yang
dapat mempengaruhi pembeli meliputi musik, kesesakan, lokasi, tata ruang
dan atmosfir.
Konsep Physical Surrounding banyak dianut oleh penyedia jasa yang ada
di kota Malang. Salah satunya yaitu Champion Futsal yang menyediakan jasa
lapangan futsal indoor dengan rumput sintesis. Penyedia jasa ini mendapat
respon yang bagus sekali dari para konsumen dan pelanggan terutama
mengenai setting tempat yang menarik dari lingkungan Champion Futsal itu
sendiri. Tiaptiap lokasi Champion Futsal yang ada di Malang mempunyai
ciri khas masing-masing. Untuk lokasi Champion Futsal di Playground
didukung dengan adanya taman bermain untuk anak-anak serta mempunyai
lokasi yang strategis, sedangkan di Machung didukung dengan view yang
sangat bagus sekali dengan nuansa perumahan elite. Lain halnya dengan di
PBI yang cenderung fokus pada ekspansi besar-besaran untuk lebih
menguasai pasar serta menarik pelanggan baru.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian
terhadap masalah PENGARUH STRATEGI PHYSICAL SURROUNDING
BAGI PENCIPTAAN LOYALITAS PELANGGAN DALAM BISNIS
FUTSAL (Studi Kasus Pada Champions Futsal Di Malang).

.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah faktor-faktor Physical Surrounding yaitu: musik, kesesakan,
lokasi, tata ruang dan atmosfir berpengaruh secara simultan terhadap
loyalitas pelanggan di Champions Futsal Malang?
2. Apakah faktor-faktor Physical Surrounding yaitu: musik, kesesakan,
lokasi, tata ruang dan atmosfir berpengaruh secara parsial terhadap
loyalitas pelanggan di Champions Futsal Malang?
3. Manakah dari faktor Physical Surrounding yang paling dominan
berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan di Champions Futsal Malang?
D. Batasan Masalah
Penelitian ini dilakukan pada pelanggan Champions Futsal Malang,
sedangkan batasan masalah pembahasan penelitian ini terbatas pada faktor
Physical Surrounding berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan di
Champions Futsal Malang. Variabel yang dibahas adalah musik, kesesakan,
lokasi, tata ruang dan atmosfir. Tidak melakukan penelitian lebih lanjut
terhadap faktor-faktor lain.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian ini adalah:
a) Untuk mengetahui apakah faktor-faktor Physical Surrounding yaitu:
musik, kesesakan, lokasi, tata ruang dan atmosfir berpengaruh secara
simultan terhadap loyalitas pelanggan di Champions Futsal Malang.
b) Untuk mengetahui apakah Apakah faktor-faktor Physical Surrounding
yaitu: musik, kesesakan, lokasi, tata ruang dan atmosfir berpengaruh
secara parsial terhadap loyalitas pelanggan di Champions Futsal
Malang.
c) Untuk mengetahui faktor Physical Surrounding yang paling dominan
berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan di Champions Futsal
Malang.
2. Manfaat penelitian ini adalah:
a) Bagi Universitas Gajayana Malang, penelitian ini dapat dijadikan
sebagai bahan kajian serta perbandingan bagi mahasiswa lain untuk
mengambil topik yang sama.

b) Bagi penulis, sebagai bekal bila kelak terjun ke masyarakat dan dapat
menerapkan teori yang telah diperoleh selama duduk di bangku kuliah
serta mengaplikasikannya dalam masyarakat.
c) Bagi Champions Futsal Malang, dengan adanya penelitian ini maka
dapat mengetahui faktor Physical Surrounding yang mempengaruhi
loyalitas pelanggan sehingga nantinya dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam menentukan strategi pemasaran bagi Champions
Futsal Malang.
F. Landasan Teori
1.

Jasa
a. Pengertian Jasa
Banyak pengertian tentang jasa yang dikemukakan oleh beberapa
ahli, namun dari semua itu belum ada yang dapat diterima secara utuh.
Keanekaragaman tentang rumusan jasa yang dikemukakan oleh para ahli
diantaranya:
Menurut Tjiptono (2005:11) jasa dapat didefinisikan yaitu Setiap
tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada
pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik)
dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu.
Menurut Alma (2003:243) mendefinisikan jasa sebagai berikut:
Sesuatu yang dapat diidentifikasi secara terpisah, tidak berwujud,
ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan. Jasa dapat dihasilkan dengan
menggunakan benda-benda berwujud atau tidak. Meskipun pemasaran
produk dan jasa pada hakekatnya adalah sama, tetapi ada beberapa hal
yang membedakan antara pemasaran produk dengan jasa, yaitu:
1) Tidak berwujud
Produk perusahaan yang bersifat tidak terwujud karena tidak
dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar dan dicium sebelum ada
transaksi pembelian. Sifat dan kualitas dari jasa tidak dapat
dievaluasi meskipun manfaatnya dapat dirasakan.
2) Tidak terpisahkan
Penjualan jasa memerlukan kontak langsung dengan konsumen
dan jasa pelayanan suatu perusahaan tidak dapat dipisahkan
dari sumbernya, serta produksi dan pengkomsumsiannya
terjadi pada saat yang bersamaan.
3) Tidak tahan lama
Maksud tidak tahan lama adalah jasa tidak dapat disimpan
untuk persediaan seperti halnya produk phisik. Jasa akan
mempunyai suatu nilai di saat pembeli jasa itu membutuhkan
pelayanan. Oleh sebab itu permintaan jasa seringkali
berfluktuasi
4) Keragaman
Jasa memiliki sifat keragaman, yaitu tergantung pada siapa
yang menyediakannya, kapan waktu pelayanannya dan di
mana tempat diberikannya layanan jasa tersebut.

b.

Karakteristik Jasa
Menurut Alma (2005:244) ada delapan karakterisitik pokok pada
jasa yang membedakannya dengan barang. Kedelapan karakteristik
tersebut meliputi:
1) Pembelian jasa, sangat dipengaruhi oleh motif yang didorong
oleh emosi.
2) Jasa bersifat tidak berwujud, berbeda dengan barang yang
bersifat berujud, dapat dilihat, dirasa, dicium, memiliki berat,
ukuran, dan lain-lain.
3) Barang bersifat tahan lama. Tetapi jasa tidak. Jasa dibeli dan
dikonsumsi pada waktu yang sama.
4) Barang dapat disimpan, sedangkan jasa tidak dapat disimpan.
5) Ramalan permintaan dalam marketing jasa untuk menghadapi
masa-masa
puncak, dan dilatih tenaga khusus.
6) Adanya masa puncak yang sangat padat, merupakan masalah
tersendiri bagi
marketing jasa. Pada masa puncak ada
kemungkinan layanan yang diberikan oleh produsen sangat
minim.
7) Usaha jasa sangat mementingkan unsur manusia.
8) Distribusinya bersifat langsung dari produsen ke konsumen.
Adapun menurut Tjiptono&Chandra (2005:22) Secara garis besar
karakteristik tersebut terdiri:
1) Intangibility
Jasa bersifat intangible artinya jasa tidak dapat dilihat, dirasa,
dicium, didengar, atau diraba, sebelum dibeli dan dikonsumsi.
2) Heterogeneity/variability/inconsistency
Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan nonstandardized output, artinya terdapat banyak variasi bentuk,
kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan, dan dimana
jasa tersebut diproduksi.
3) Inseparability
Barang biasanya diproduksi lebih dulu, kemudian dijual, baru
dikonsumsi. Sedangkan jasa umumnya dijual terlebih dahulu,
baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan
tempat yang sama.
4) Perishability

Perishability berarti jasa merupakan komoditas yang tidak


tahan lama, tidak dapat disimpan untuk pemakaian ulang di
waktu yang akan datang, dijual kembali, atau dikembalikan.

c. Bauran Pemasaran Jasa


Menurut Lupiyoadi (2001) bauran jasa merupakan perpaduan dari
berbagai elemen-elemen yang direncanakan agar implementasi strategi
berjalan dengan lancar, elemen-elemen yang terdapat di dalam bauran
pemasaran jasa adalah sebagai berikut :
1) Produk (Product)
Merupakan keseluruhan konsep objek atau proses yang
memberikan sejumlah nilai manfaat kepada konsumen.
2) Harga (Price)
Strategi dalam penentuan harga (pricing) sangat berpengaruh
dalam pemberian nilai atau value kepada konsumen dan
mempengaruhi image produk, serta keputusan konsumen untuk
membeli. Harga disini juga berpengaruh pada pendapatan dan
juga mempengaruhi supply atau marketing channels. Dan yang
terpenting adalah keputusan dalam pricing harus konsisten
dengan strategi pemasaran secara keseluruhan.
3) Lokasi (Place)
Place dalam pelayanan disini merupakan gabungan antara
lokasi dan keputusan atas saluran distribusi, dalam hal ini
berhubungan dengan bagaimana cara penyampaian jasa kepada
konsumen dan dimana lokasi yang strategis yang mudah
dijangkau oleh pelanggan.
4) Promosi (Promotion)
Marketer dapat memilih sarana yang dianggap sesuai dengan
apa yang yang
menjadi tujuan dalam promosi ini. Ada
beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam promosi, yaitu :
a) Terlebih dahulu harus mengetahui target audience-nya,
hal ini berhubungan dengan segmentasi pasar.
b) Tujuan promosi harus ditentukan, apakah bertujuan
hanya sebagai sebuah informasi, sebagai cara untuk
mempengaruhi konsumen atau juga sebagai pengingat
saja.
c) Pengembangan akan pesan yang akan disampaikan, hal
ini berhubungan dengan isi pesan (what to say), struktur
pesan (how to say it logically), gaya pesan (creating a
strong presence), dan sumber pesan.

d) Pemilihan dalm bauran komunikasi, apakah itu personal


communication atau non personal communication.
5) People
Dalam hubungan dengan pemasaran jasa, maka people yang
berfungsi sebagai service provider sangat mempengaruhi
kualitas jasa yang diberikan. Keputusan dalam people ini
berarti berhubungan dengan seleksi, training, motivasi, dan
manajemen sumber daya manusia.
6) Process
Merupakan gabungan semua aktivitas, umumnya terdiri dari
prosedur, jadwal pekerjaan, mekanisme, aktivitas dal hal-hal
rutin, dimana jasa dihasilkan dan disampaikan kepada
konsumen.
7) Customer Service
Dalam pemasaran jasa customer service lebih dilihat sebagai
outcome dari kegiatan distribusi dan logistik, dimana
pelayanan diberikan kepada konsumen untuk mencapai
kepuasan. Customer service meliputi aktivitas untuk
memberikan kegunaan waktu dan tempat (time and places
utilities) termasuk pelayanan pra-transaksi, saat transaksi dan
pasca transaksi.
d.

Klasifikasi Jasa
Menurut Kotler(2002:48), jasa dibedakan ke dalam empat kategori
yaitu:
1) Jasa dilihat dari perlu tidaknya akan kehadiran konsumen
tersebut dalam melaksanakan jasa.
2) Jasa dilihat dari segi pemenuhan kenutuhan, baik perorangan
maupun kebutuhan bisnis.
3) Jasa berpangkal pada manusia dan jasa yang berpangkal pada
peralatan.
a) Jasa yang berpangkal pada manusia maksudnya adalah
jasa yang melibatkan para tenaga professional serta tidak
melibatkan tenaga professional.
b) Jasa yang berpangkal pada peralatan maksudnya adalah
jasa yang memerlukan peralatan yang canggih atau
otomatis dan yang tidak memerlukan peralatan canggih
atau otomatis.
4) Jasa yang dilihat dari segi tujuannnya (laba atau nirlaba) dan
kepemilikan (swasta atau pemerintah).

2. Konsep Physical Surrounding


Physical Surrounding merupakan aspek lingkungan fisik dan tempat
yang nyata dari lingkungan yang meliputi suatu aktivitas konsumen. Para
peneliti telah menemukan bahwa stimuli seperti warna, suara, penerangan,
cuaca, dan pengaturan ruang dari orangdan objek lain yang dapat
mempengaruhi perilaku konsumen. Lingkungan fisik mempengaruhi

persepsi konsumen melalui mekanisme sensor penglihatan, pendengaran,


penciuman, dan bahkan sentuhan. Pengaturan lingkungan fisik ini sangat
penting bagi usaha yang bergerak di bidang jasa, yang mana tugasnya
adalah mengelola lingkungan fisik ini sehingga dapat mempengaruhi
perilaku konsumen ke arah yang diinginkan dalam upaya membangun
citra (Sutisna, 2001, hal. 159-160).
Lingkungan fisik merupakan sifat nyata yang merupakan situasi
konsumen. Ciri ini meliputi lokasi geografis, dekor, suara, aroma,
penyinaran, cuaca, dan konfigurasi yang terlihat dari barang dagangan
atau bahan lain yang mengelilingi objek stimulus (Engel, 1994, hal. 234).
Lebih jauh menurut Engel, Sutisna dan Mowen, lingkungan fisik
atau physical surrounding yang dapat mempengaruhi pembeli terdiri dari:
a. Musik
Menurut Mowen (2002, hal. 134-135) dan Sutisna (2001, hal.160161) yang telah melakukan beberapa penelitian, salah satu komponen
lingkungan fisik yang ternyata mempengaruhi konsumen adalah musik.
Dua studi penelitian yang dilakukan oleh Milliman mengenai dampak
musik yang diputar terhadapkonsumen. Penelitian pertama, dilakukan
oleh Milliman (1982) di sebuahsupermarket yang tidak diputar musik,
musik dengan tempo lambat, dan musik dengan tempo cepat. Hasil dari
penelitian menunjukkan bahwa ketika diputar musik dengan tempo
lambat, konsumen cenderung bergerak lebih lambat dan begitupun
sebaliknya (tetapi bukan berarti ketika musik tidak diputar kemudian
konsumen tidak bergerak). Jadi, pergerakkan lebih lambat atau lebih cepat
dari kosumen yang sedang berbelanja bergantung dari musik yang
diputar. Jika dilihat dari penjualannya, penjualan meningkat 38% ketika
diputar musik dengan tempo lambat. Hal ini membuktikan bahwa dengan
suasana yang tenang dan santai membuat konsumen lebih tenang dan
menikmati suasana.
b. Kesesakan
Aspek lain yang mempengaruhi perilaku berbelanja adalah tingkat
kesesakan yang dirasakan yang disebabkan oleh kepadatan orang yang
berbelanja. Tingkat kepadatan yang tinggi menyebabkan berkurangnya
waktu berbelanja, penundaan yang tidak perlu dalam pembelian, dan
kurangnya interaksi dengan personil penjualan (Engel, 1994, p.
242).Menurut Sutisna (2001, p. 161) suasana sesak terjadi ketika
seseorang merasakan bahwa pergerakan konsumen terbatas karena ruang
yang terbatas. Atau sebenarnya ruang yang luas tetapi juga pengunjung
juga sangat banyak. Kepadatan dalam ruangan biasanya berhubungan
dengan pengaturan ruangan. Suatu tempat usaha yang kecil, akan sulit
menyediakan ruang yang luas untuk pergerakan konsumen. Secara
intuitif, konsumen menginginkan ruang yang luas untuk pergerakannya.
Konsumen akan merasa kurang nyaman ketika masuk kedalam suatu
tempat ruangan yang penuh sesak. Kepadatan dalam ruangan
menimbulkan beberapa dampak pada perilaku konsumen dalam belanja.
Mungkin saja konsumen mengurangi komunikasi dengan pramuniaga,
meningkatkan kegelisahan pembeli, kepuasan belanja yang lebih rendah,
dan mungkin juga menurunkan citra suatu usaha.

Sutisna (2001, hal. 161) mengutip dari hasil penelitian yang


dilakukan oleh Michael dan John (1991), bahwa telah membedakan antara
suasana kepadatan (density) dengan kesesakan (crowding). Kepadatan
lebih mengacu pada bagaimana sekumpulan orang-orang berkumpul
secara dekat. Kepadatan lebih bersifat bagaimana ketersediaan ruang dan
pengaturannya. Sementara itu, kesesakan lebih mengacu pada perasaan
tidak nyaman akibat kepadatan yang terlalu tinggi, sehingga kontrol
situasi yang dirasakan telah berkurang di bawah tingkat yang bisa
diterima.
c. Lokasi
Menurut Sutisna (2001, hal. 163), lokasi tempat usaha di mana jasa
diberikan itu dibangun akan sangat mempengaruhi minat masyarakat
untuk mengunjungi tempat tersebut. Faktor penting yang harus menjadi
pertimbangan adalah wilayah perdagangan yang ramai dan luas. Pendirian
usaha yang bergerak pada bidang jasa di tempat di mana tidak ada
aktivitas perdagangan sangat sulit diharapkan akan dikunjungi oleh
masyarakat. Selain itu, jarak yang diperkirakan akan ditempuh untuk
dikunjungi juga tidak terlalu jauh namun demikian, ada beberapa hal yang
menjadikan jarak yang jauh dirasakan menjadi lebih dekat yaitu
kemudahan untuk parkir, kelengkapan dan kualitas produk yang dijual,
dan kemudahan untuk mencapai lokasi, semua ini dapat menjadikan jarak
terlihat lebih pendek.
d. Tata Ruang
Tempat usaha di mana jasa diberikan dirancang untuk memudahkan
gerakan konsumen, membantu para pengusaha dalam menjual produkproduknya, dan membantu menciptakan suasana khusus (Mowen, 2002,
hal. 138-139). Tujuan menyeluruh pengusaha adalah meningkatkan laba
dengan meningkatkan penjualan melalui desain ruangan. Tata ruangan
dapat mempengaruhi reaksi konsumen dan perilaku pembelian. Misalnya,
penempatan outlet-outlet makanan dan minuman dapat mempengaruhi
arus lalu lintas konsumen dalam bergerak. Penempatan item produk
secara berkesinambungan berdasarkan kategori produkakan juga
mempengaruhi perilaku konsumen.Menurut Engel (1994, hal. 241) tata
ruang dan lokasi dapat digunakan untuk meningkatkan kemungkinan
konsumen mengadakan kontak dengan produk. Misalnya, di sebuah
supermarket yang mendesain tata ruang yang bagian pastryand bakery
terletak dekat pintu masuk atau pintu keluar dengan harapan bahwa aroma
roti yang harum dari oven akan membujuk konsumen yang berbelanja.
Penempatan yang strategis tersebut dapat merangsang atau menggerakkan
hati konsumen untuk membeli produk tersebut
e. Atmosfir
Menurut Sutisna (2001, hal. 164), pengertian atmospherics adalah
istilah yang lebih luas dari sekedar tata ruang, tetapi meliputi hal-hal yang
bersifat luas seperti tersedianya pengatur udara (AC), penggunaan warna
cat, penggunaan jenis karpet, warna karpet, desain bangunan, ruang
interior, bau, dan lain-lain. Atmosfir juga akan menentukan citra dari
suatu tempat usaha itu sendiri. Jika dilengkapi dengan penyejuk udara,

pengatur ruangan, yang nyaman dan artistik, penggunaanwarna cat


dinding ruangan yang sejuk, semua itu menunjukkan adanya atmosfir
kemewahan dan berkelas. Sementara itu jika di dalam ruangan terasa
panas dan lembab, produk yang dipajang tidak tertata dengan rapi,
penggunaan warna cat yang berselera rendah, lantai yang tidak bersih
misalnya, maka hal itu akan menimbulkan atmosfir yang mencitrakan
tempat usaha tersebut sebagai kalangan yang berselera rendah. Dengan
demikian, atmosfir merupakan karakteristik fisik secara keseluruhan dari
sebuah tempat usaha. Unsur-unsur tersebut disatukan dalam definisi yang
dikembangkan oleh Philip Kotler (dikutip oleh Mowen, 2002, hal. 139140), yang menggambarkan atmospherics sebagai usaha merancang
lingkungan membeli untuk menghasilkan pengaruh emosional khusus
kepada pembeli yang kemungkinan meningkatkan pembeliannya.
Philip Kotler berpendapat bahwa atmosfir mempengaruhi sejauh
mana konsumen menghabiskan uang di luar tingkat yang direncanakan di
sebuah usaha yang bergerak di bidang jasa. Atmosfir mampu
mempengaruhi keadaan emosional pembelanja, yang kemudian
mendorong untuk meningkatkan atau mengurangi belanja. Begitu pula
sebaliknya, jika lingkungan tidak menyenangkan dan menggairahkan
konsumen secara negatif, maka konsumen mungkin akan menghabiskan
lebih sedikit waktu dan melakukan sedikit pembelian. Mowen (1995, hal.
139) memandang bahwa atmosfir merupakan salah satu komponen dari
citra tempat usaha yang bergerak di bidang jasa. Berbagai faktor yang
dikombinasikan untuk menciptakan citra menurut Mowen adalah (yang
dikutip oleh Sutisna, 2001, hal. 164)
1) Produk yang dijual (jenis dan merek)
2) Pelayanan
3) Pelanggan
4) Usaha yang bergerak di bidang jasa sebagai tempat untuk menikmati
kesenangan hidup
5) Aktivitas promosi
6) Atmosfir
Atmosfir seperti telah dibuktikan dalam penelitian, mempengaruhi
keadaan emosi pembeli yang menyebabkan meningkatnya atau
menurunnya pembelian. Keadaan emosional akan membuat dua perasaan
yang dominan yaitu perasaan senang dan membangkitkan keinginan, baik
yang muncul dari psikologikal
ataupun keinginan yang bersifat
mendadak (impuls). Warna adalah sumber pengaruh yang potensial pada
persepsi maupun perilaku konsumen. Warna yang hangat, seperti merah
dan kuning, tampak lebih efektif secara fisik dibandingkan dengan warna
yang lebih sejuk, hijau dan biru. Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh
Engel, di mana para subjek dibiarkan menentukan seberapa dekat
konsumen duduk dengan dinding berwarna, jaraknya jauh lebih dekat
untuk warna yang hangat dibandingkan warna yang sejuk. Meskipun
begitu, para subjek menilai interior tempat suatu usaha yang bergerak di
bidang jasa yang menggunakan warna sejuk sebagai lebih positif,
menarik, dan merilekskan dibandingkan yang menggunakan warna
hangat. Para peneliti menyimpulkan bahwa warna hangat paling sesuai

untuk warna luar atau jendela peraga sebagai sarana menarik konsumen
ke dalam tempat usaha yang bergerak di bidang jasa (Engel dkk, 1994,
hal. 241).

3.

Loyalitas Pelanggan (Customer Loyalty)


Perusahaan pada umumnya menginginkan pelanggan yang diciptakannya
dapat dipertahankan selamanya. Dalam jangka panjang, loyalitas
pelanggan menjadi tujuan bagi perencanaan pasar strategi, selain itu juga
dijadikan dasar bagi pengembangan keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan (Dharmmesta, 1999). Loyalitas pelanggan merupakan
dorongan perilaku untuk melakukan pembelian secara berulang-ulang dan
untuk membangun kesetiaan pelanggan terhadap suatu jasa/produk yang
dihasilkan oleh suatu badan usaha (Olson, 1993). Sedangkan Griffin
(1995) berpendapat bahwa seseorang pelanggan dikatakan setia atau loyal
apabila pelanggan tersebut menunjukkan perilaku pembelian secara
teratur atau terdapat suatu kondisi dimana mewajibkan pelanggan
membeli paling sedikit dua kali dalam selang waktu tertentu. Menurut
pendapat Dick dan Basu (1994) loyalitas pelanggan dapat dilihat melalui
tiga atribut, yaitu :
a. Motivasi pencarian
Pencarian informasi untuk produk alternatif berkaitan dengan
konsekuensi loyalitas. Loyalitas yang kuat menurunkan motivasi
pencarian merk alternatif.
b. Ketahanan terhadap bujukan pesaing
Bukti penelitian menunjukkan bahwa individu yang memiliki
komitmen yang kuat terhadap obyek tertentu, menunjukkan
peningkatan ketahanan terhadap uapaya-upaya persuasi pesaing.
c. Word of Mouth (getok tular)
Konsumen akan menyebarkan pengalaman positifnya dengan sebuah
perusahaan terhadap konsumen lain. Konsumen yang loyal adalah
penyebar cerita positif yang dapat diandalkan. Baik praktisi maupun
para ahli mengetahui bahwa kepuasan konsumen dan loyalitas
memiliki hubungan yang tidak dapat terpisahkan (Oliver, 1997). Hasil
penelitian yang dilakukan Bloemer dan Ruyter (1997) menjelaskan
bahwa kepuasan seringkali dipandang sebagai dasar munculnya
loyalitas. Hal senada diungkapkan Jones dan Sasser (1994) bahwa
loyalitas pelanggan dan kepuasan pelanggan memiliki hubungan yang
positif. Kepuasan yang tinggi akan meningkatkan loyalitas pelanggan,
begitu pula sebaliknya semakin rendah kepuasan maka loyalitas
pelanggan juga semakin rendah.

4. Futsal

Perkembangan Futsal di Indonesia


Jenis olahraga ini tergolong masih relatif baru, di Indonesia olahraga ini
mulai dikenal pada pertengahan tahun 2000, namun demikian antusias
masyarakat terhadap olahraga ini sangat besar. Hal ini terlihat di tahun
2002 Indonesia telah di percaya sebagai tuan rumah Kejuaraan Futsal
Asia 2002. Bahkan sekarang sudah ada kompetisi regular yang
dilaksanakan di bawah naungan PSSI yang bernama Liga Futsal
Indonesia. Liga futsal ini sendiri berada langsung di bawah kepengurusan
Badan Futsal Nasional. Kompetisi ini sendiri sudah berlangsung sejak
tahun 2004. Dilihat dari potensi, permainan futsal sebenarnya berpeluang
untuk dikembangkan di Indonesia. Selain tidak membutuhkan lapangan
yang luas, juga terdapat potensi sumber pemain dengan dipromosikan
futsal ini kepada generasi muda. Namun, harus diikuti dengan promosi
yang bagus, sehingga mampu menarik banyak minat. Pada sisi lain,
permainan futsal pun sebenarnya dapat dimanfaatkan oleh para pemain
sepak bola lapangan. Paling tidak, untuk menghindari jeda waktu istirahat
yang terlalu lama. Bagi kalangan sepak bola Indonesia, pada tahun 2002
permainan futsal boleh dikatakan masih cukup asing dan belum dikenal
meluas. Sehingga, dalam permainan futsal, Indonesia termasuk diantara
negara yang ketinggalan, baik dalam pembinaan, kompetisi maupun
prestasi internasional. Karena kondisi sumber pemain kurang dan
kompetisinya belum ada pada saat itu, maka tim futsal Indonesia dibentuk
secara mendadak untuk Kejuaraan Futsal Asia 2002. Dilihat dari potensi,
permainan futsal sebenarnya berpeluang untuk dikembangkan di
Indonesia. Namun, harus diikuti dengan promosi yang bagus, sehingga
mampu menarik banyak minat. Futsal adalah merupakan cabang olahraga
yang berkembang pesat dalam dekade terakhir ini. Hal ini terbukti dari
banyaknya turnamen-turnamen atau kejuaraan yang dilaksanakan baik di
tingkat nasional maupun internasional seperti Piala Dunia Futsal FIFA
dan Piala Dunia Futsal AMF, di tingkat Asia kejuaraan disebut dengan
AFC (Asian Futsal Championship), di tingkat ASEAN sendiri futsal
merupakan salah satu cabang olahraga yang diselenggarakan di
SeaGames sedangkan di Indonesia dikenal dengan Liga Futsal Indonesia
yang dilaksanakan setiap tahun. Daftar juara liga futsal indonesia:
Musim 2006/2007 BiangBola Jakarta
Musim 2008 Electric PLN Jakarta

G. Hipotesis Penelitian
Dalam penelititan ini, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
Gambar Model Hipotesis
(X)
(X1)
(X2)
(X3)
(X4)
(X5)

(Y)

Keterangan :
: menunjukan pengaruh secara simultan terhadap variabel Y
: menunjukan pengaruh secara parsial terhadap variabel Y
Berdasarkan pendapat tersebut dan rumusan masalah serta landasan
teori yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan adalah :
1) Ada pengaruh yang signifikan antara Musik (X1), Kesesakan (X2), Lokasi
(X3), Tata Ruang (X4) dan Atmosfir (X5) terhadap Loyalitas Pelanggan
(Y) Champions Futsal Malang secara simultan.
2) Ada pengaruh yang signifikan antara Musik (X1), Kesesakan (X2), Lokasi
(X3), Tata Ruang (X4) dan Atmosfir (X5) terhadap Loyalitas Pelanggan
(Y) Champions Futsal Malang secara parsial.
3) Variabel Atmosfir (X5) merupakan variabel yang paling dominan
pengaruhnya terhadap variabel Loyalitas Pelanggan (Y) Champions Futsal
Malang.
H. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan pada penyedia lapangan futsal indoor
CHAMPIONS FUTSAL di Malang yang berada di Jl. Veteran no.2
Malang (Playground). Adapun dipilihnya lokasi tersebut dikarenakan
Champions Futsal merupakan suatu penyedia dan pengelola lapangan
futsal indoor dengan rumput sintesis pertama kali di kota malang.
Champions Futsal juga memiliki perkembangan yang sangat pesat sekali,
hal ini dibuktikan dengan adanya 2 cabang baru yang telah dibuka di Jl
Raya Blimbing Indah Blok A-7(PBI) dan di Perum Villa Puncak Tidar
(Machung).
2. Jenis Penelitian
Penelitian menggunakan metode penelitian explanatory survey.
Pendekatan explanatory survey ini, sebagaimana simpulan Cooper dan
Pamela (2003:13), Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (1995:3)
terbukti mampu dengan baik menjelaskan hubungan antar aspek yang
diamati dan bukan hanya sekedar descriptive, sedangkan bentuk penelitian
verifikatif menurut Moh. Nazir (1988:63) digunakan untuk menguji
hipotesis yang menggunakan perhitungan-perhitungan statistik.
3. Jenis Data
Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang menggambarkan dan menjelaskan


keadaan objek penelitian Champions Futsal.
Data Kuantitatif
Yaitu teknik analisa dengan cara menganalisa, menghitung
membandingkan, dan mengklasifikasikan data berupa angkaangka.

4. Sumber Data
Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya yaitu
melalui kuesioner yang disebarkan kepada responden yang merupakan
pelanggan Champions Futsal Malang.
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung melalui
perusahaan atau yang sudah dalam bentuk jadi. Seperti catatan atau data
pelanggan Champions Futsal Malang.
5. Metode Pengumpulan Data
Kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup dengan skala
Likert. Menurut Arikunto (1998:151) kuesioner tertutup adalah
kuesioner yang telah disediakan jawabannya sehingga responden
tinggal memilih jawaban pada kolom yang sudah disediakan dengan
memberi tanda cross (X).
Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan
mempelajari dokumen, catatan dan arsip perusahaan yang berhubungan
dengan obyek yang diteliti untuk memperoleh data atau informasi yang
diperlukan.
6. Populasi dan Sampel
Populasi
Sakaran (2006:121) populasi mengacu pada keseluruhan kelompok
orang, kejadian, atau minat yang ingin diteliti. Populasi adalah
keseluruhan subyek yang menjadi sasaran penelitian. Dalam penelitian ini,
populasi adalahkonsumen yang mengkonsumsi jasa futsal di Champions
Malang, dimana ratarata dalam 540 pelanggan, dengan perincian untuk
lapangan futsal Playground sebanyak 230 pelanggan, untuk lapangan
futsal PBI sebanyak 190 pelanggan, dan untuk lapangan futsal Machung
sebanyak 120 pelanggan.
ampel
Menurut Sugiyono (2005:90), Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel ditentukan
secara proporsional (proportional sampling), dengan tahapan sebagai
berikut.Pertama, menggunakan teori Arikunto (2005) dimana jumlah

konsumen melebihi 100 orang, maka diambil sampel sebanyak 25% dari
total populasi, sehingga diperoleh :
Sample
= Total jumlah pelanggan x 25%
= (230+190+120) x 25%
= 540 x 25% =135 pelanggan
Kedua, dilakukan pemilihan sampel per lapangan futsal secara
proprosional, dengan metode perhitungan berikut:
Lapangan futsal Playground=

230

x100% x135 = ( 0,4259259 x100% ) x135 = 57,5 = 58 pelanggan

540

Lapangan futsal PBI=


190

x100% x135 = ( 0,3518519 x100% ) x135 = 47,5 = 48 pelanggan

540

Lapangan futsal Machung =


120

x100% x135 = ( 0,2222222 x100% ) x135 = 30 pelanggan

540

Ketiga, pemilihan sampel yang mewakili masingmasing lapangan


futsal milik perusahaan Champion tersebut dilakukan secara aksidental
(accidental sampling). Sampel yang dipilih adalah para pelanggan jasa
futsal yang ditemui pada saat dilakukan penyebaran kuesioner, sehingga
setiap konsumen memiliki peluang yang sama untuk terpilih menjadi
sampel (Arikunto, 2005).
7. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel merupakan unsur penelitian yang
memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel yang berisikan
indikator dan memungkinkan peneliti mengumpulkan data yang relevan
untuk variabel tersebut.
a. Variabel Dependen (Y)
Merupakan variabel yang menjadi akibat dari variabel independen atau
variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen
(Y) dalam penelitian ini adalah loyalitas pelanggan, dengan indikator :
1) Penyewaan kembali
2) Merekomendasikan kepada pelanggan atau konsumen lain.
b. Variabel Independen (X)
Merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain, dalam penelitian
ini terdapat 5 variabel independen (X) yaitu :
1) Musik (X1)
Ilmu atau seni menyusun nada/ suara diurutkan, kombinasi atau
hubungan temporal untuk menghsailkan komposisi suara yang
mempunyai kesatuan dan kesinambungan, dengan indikator :
a) Tempo musik.
b) Keras atau lembut suara musik.
c) Pemilihan lagu yang tepat
d) Sound system yang modern
2) Kesesakan (X2)

Menurut Sutisna (2001, hal. 161) suasana sesak terjadi ketika


seseorang merasakan bahwa pergerakan konsumen terbatas
karena ruang yang terbatas. Atau sebenarnya ruang yang luas
tetapi juga pengunjung juga sangat banyak. Indikatornya adalah:
a) Ketersediaan ruangan
b) Kepadatan pengunjung
3) Lokasi (X3)
Menurut Sutisna (2001, hal. 163), lokasi tempat usaha itu
dibangun akan sangat mempengaruhi minat masyarakat untuk
mengunjungi tempat tersebut. Indikatornya adalah:
a) Mudah ditempuh
b) Jarak yang dekat
c) Lokasi strategis
d) Berada di tempat keramaian
e) Fasilitas lahan parkir.
4) Tata ruang (X4)
Tata ruang yang digunakan untuk mempermudah dan menarik
konsumen dalam proses pembelian suatu produk, dengan
indikator:
a) Penataan ruangan menarik.
b) Rapi
c) Modern
d) Tersedia kantin
e) Tersedia Spa
f) Tersedia Kamar mandi
g) Tersedia Musholla
h) Tersedia Ruang ganti
i) Tersedia Ruang tunggu
5) Atmosfir
atmosfir merupakan karakteristik fisik secara keseluruhan dari
sebuah tempat usaha
a) Tersedianya pengatur udara (AC)
b) Tersedianya TV
c) Penggunaan warna cat
d) Penggunaan jenis karpet
e) Warna karpet
f) Pengaturan cahaya lampu
g) Desain bangunan
h) Desain interior
8. Pengukuran instrument Penelitian
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dalam penelitian
ini adalah kuesioner. Peneliti menggunakan kuesioner yang dikembangkan
oleh Delgado dan Munuera (2005). Skala yang digunakan dalam peneliti
ini adalah skala likert. Skala ini berinteraksi 1-5 dengan pilihan jawaban
sebagai berikut :
( 1 ) Sangat Tidak Setuju (STS)
( 2 ) Tidak Setuju (TS)

( 3 ) Netral (N)
( 4 ) Setuju (S)
( 5 ) Sangat Setuju (SS)
Pemberian skor untuk masing-masing jawaban dalam kuesioner adalah
sebagai berikut :
Pilihan pertama, memiliki nilai skor 1 (satu)
Pilihan kedua, memiliki nilai skor 2 (dua)
Pilihan ketiga, memiliki nilai skor 3 (tiga)
Pilihan keempat, memiliki nilai skor 4 (empat)
Pilihan kelima, memiliki nilai skor 5 (lima)
Setelah pemberian skor atas jawaban kuesioner dilakukan, tahap
selanjutnya adalah menguji validitas dan reliabilitas dari kuesioner
tersebut.
a. Uji Validitas
Pengujian validitas butir-butir pernyataan dalam kuesioner
bertujuan mengetahui apakah butir-butir tersebut benar-benar mengukur
konsep-konsep yang dimaksudkan dalam penelitian ini dengan tepat.
Butir-butir pengukuran dari kuesioner yang digunakan dalam penelitian
ini dipadukan dengan penjabaran atas definisi teoritis dari variabel
dalam penelitian ini. Hal ini memberikan dukungan bahwa butir-butir
pengukuran yang dijadikan indikator konstruk terbukti memiliki
validitas isi (content validity) yaitu butir-butir pengukuran tersebut
merupakan alat ukur yang mencukupi dan representative yang telah
sesuai dengan konsep teoritis (Cooper dan Chindler, 2006: 318).
Pengujian validitas menggunakan bantuan SPSS for Windows V.17.0
dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson pada
taraf signifikasi 0,05, di mana setiap item pernyataan harus mempunyai
koefisien korelasi (r) lebih besar dari 0,30 (Hair et al., 1998:111) atau
menurut Santoso (2004) tingkat signifikansi korelasi harus berada di
bawah = 0,05.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas untuk mengetahui apakah instrumen memiliki
indeks kepercayaan yang baik jika diujikan berulang. Uji reliabilitas
dalam penelitian ini menggunakan rumus Cronbach Alpha dengan
bantuan SPSS for Wndows versi 17. Menurut Suharsimi Arikunto
(2002:172) Ukuran yang dipakai untuk menunjukkan pernyataan
tersebut reliable, apabila nilai Cronbach Alpha > 0,6. Indikator
pengukuran reliabilitas menurut Sekaran (2000: 312) yang membagi
tingkatan reliabilitas dengan kriteria sebagai berikut :
Jika alpha atau r hitung:
1. 0,8-1,0
= Reliabilitas baik
2. 0,6-0,799
= Reliabilitas diterima
3. kurang dari 0,6
= Reliabilitas kurang baik
9. Deskripsi Data
Data yang diperoleh dari masing-masing variabel ditabulasikan dengan
menggunakan tabel distribusi frekuensi. Dari tabulasi kemudian dicari
harga rata-rata dan persentase.

10. Metode Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif
kualitatif dan kuantitatif dengan bantuan analisis statistik dengan
menggunakan regresi ganda, karena jenis data yang dianalisis dalam
penelitian ini adalah data ordinal. Penggunaan analisis regresi ganda dalam
penelitian ini, menggunakan software SPSS V.17 for Windows. Berikut
adalah tahapan dari teknik analisis regresi ganda dalam penelitian ini:
a. Menentukan Persamaan Regresi untuk Lima Prediktor
Menurut Sugiyono (2003: 22) rumus regresi dengan empat
prediktor adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ b5X5+
Keterangan:
Y
= Loyalitas Pelanggan
a
= Koefisien
b1
= Koefisien Musik
b2
= Koefisien Kesesakan
b3
= Koefisien Lokasi
b4
= Koefisien Tata Ruang
b5
= Koefisien Atmosfir
X1 = Musik
X2 = Kesesakan
X3 = Lokasi
X4 = Tata Ruang
X5 = Atmosfir
b. Uji Persyaratan Analisis Regresi
Sebelum dilakukan analisis dengan regresi, dilakukan uji
persyaratan analisis terlebih dahulu dengan bantuan program SPSS for
Windows V.17. Uji persyaratan analisis itu meliputi:
1) Uji Linieritas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel spasial
kecenderungannya bersifat linear atau tidak, sehingga cocok
digunakan untuk persamaan regresi linear berganda. Cara
pengujiannya adalah dengan membandingkan nilai probabilitas
(kolom sig. pada tabel ANOVA) dengan taraf signifikasi (0,05).
Jika nilai probabilitas < 0,05, maka penggunaan persamaan regresi
linier berganda sudah tepat.
2) Uji Multikolinieritas
Menurut Kuncoro (2001:114) multikoliniearitas adalah suatu
hubungan liniear yang sempurna (mendekati sempurna) antara
beberapa atau semua variabel bebas. Batas minimal toleransinya
adalah r < 0,08. artinya jika hasil dari koefisien korelasinya kurang
dari atau sama dengan 0,08 tidak terjadi gejala multikolinier.
Asumsi klasik model regresi linear adalah tidak boleh terdapat
multikolinieritas diantara variabel-variabel bebas di dalam model.
Deteksi adanya multikolinearitas dapat dilakukan dengan cara
melihat besarnya VIF (Variance Inflation Factor) dan toleransi.
kriteria suatu model regresi yang bebas dari multikolinearitas
apabila mempunyai nilai VIF (Variance Inflation Factor) disekitar

angka 1 dan tidak lebih dari angka 10 serta besaran nilai toleransi
mendekati 1 atau di atas 0,1.
3) Menghitung Koefisien Korelasi
Sugiyono (2003:22) menyatakan bahwa untuk mencari koefisien
korelasi dengan empat prediktor dapat digunakan rumus sebagai
berikut:
RY(1,2,3,4,5) =

b1 X 1Y + b2 X 2Y + b3 X 3Y + b4 X 4Y + b5 X 5Y
Y 2

Keterangan:
RY(1,2,3,4,5) = Koefisien korelasi Y dengan X1, X2, X3,X4 X5
11. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS for
Windows V.17. Berikut adalah tahapan uji hipotesis dalam penelitian ini.
a. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independent
motivasi (X1), persepsi (X2), pembelajaran (X3), sikap dan keyakinan
(X4) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap variabel
dependent perilaku konsumen(Y1). Kriteria pengujian uji F pada taraf
siginifikasi 0,05 adalah sebagai berikut :
Jika nilai signifikasi F > 0,05, berarti tidak ada pengaruh secara
simultan dari semua variabel independent terhadap variabel
dependent.
Jika nilai signifikasi F < 0,05, berarti ada pengaruh secara simultan
dari semua variabel independent terhadap variabel dependent.
Rumus Uji F seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2003:47)
sebagai berikut:
R 2 ( N M 1)
2
F = M (1 R )

Keterangan:
R2 = Koefisien determinasi
N = Jumlah sampel
M = dk pembilang
Koefisien korelasi ganda dikatakan signifikan apabila Ftabel < Fhitung
dengan derajat signifikasi 5%.
b. Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel independent
yaitu motivasi (X1), persepsi (X2), pembelajaran (X3), sikap dan
keyakinan (X4) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap variabel
dependent perilaku konsumen(Y1). Kriteria pengujian uji t pada taraf
siginifikasi 0,05, adalah sebagai berikut :
Jika nilai signifikasi t > 0,05 berarti tidak ada pengaruh secara
parsial dari semua variabel independent terhadap variabel
dependent.

Jika nilai signifikasi t < 0,05 berarti ada pengaruh secara parsial
dari semua variabel independent terhadap variabel dependent.

12. Jadwal Penelitian


Aktivitas penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 dan
di targetkan selesai selambat-lambatnya pada bulan September 2010.

Anda mungkin juga menyukai