Skenario
Seorang laki-laki 18 tahun datang dengan keluhan demam sejak 3 hari yang lalu. Demam timbul tibatiba,dirasa cukup tinggi namun tidak diukur. Demam turun sebentar setelah pasien minum obat penurun panas lalu naik lagi. Pasien juga merasa pegal-pegal otot, pusing dan mual.
Gejala klinik Patogenesis Laki-laki 18th tahun demam sejak 3 hari yang lalu dan didapati torniquet test positive Etiologi
Working diagnosis
Differential diagnosis
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal di bawah ini dipenuhi : Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut : Uji bendung positif Petekie, ekimosis atau purpura. Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi) Hematemesis atau melena. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ul)
Anamnesis
Identitas Keluhan utama : demam sejak 3 hari yang lalu Riwayat Penyakit Sekarang Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Pribadi dan Sosial Riwayat Keluarga Riwayat Berpergian
Anamnesis DBD
1. Jenis demam yang dialami. 2. Apabila pasien datang dengan suhu tubuh yang menurun, tanyakan apakah saat panas ia mengalami ruam (kemerah-merahan) pada kulit dan apakah ruam itu hilang pada saat suhu tubuhnya turun. Selain ruam juga dapat timbul bintik pada tempat tersebut. 3. Apakah pasien mengalami myalgia (nyeri pada otot), terutama nyeri pada otot perut dan matanya. 4. Apakah pasien mengalami gambaran klinis lain seperti sakit kepala yang menyeluruh, mual ataupun muntah.
Pemeriksaan Fisik
Denyut nadi (bradikardi) Lidah kotor Konstipasi Kelainan mata Eksantem (muka, dada, lengan, kaki, dst) Demam Pendarahan (petechiae) Hepatomegali
Pemeriksaan fisik
DBD DEMAM TIFOID MALARIA
Demam (kurva bifasik) Nyeri otot/ nyeri sendi Ruam Perdarahan kulit(petechiae, purpura, ekimosis) Perdarahan: epistaksis, melena, hematemesis.
Demam Demam periodik nyeri kepala Anemia pusing Splenomegali nyeri otot anoreksia mual muntah Obstipasi atau diare Tidak enak di perut Batuk epistaksis
Torniquet Test
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit, dan limfosit Deteksi virus dengue Pemeriksaan radiologis pluera
Gejala klinik
Derajat Penyakit DD Kriteria / Gejala Demam disertai 2 atau lebih tanda: sakit kepala, nyeri retro-orbital, mialgia, artralgia DBD derajat I Demam disertai gejala tidak khas, dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji torniquet positif.
DBD derajat II
DBD derajat III (SSD)
DBD derajat IV
Syok berat (profound shock): nadi tidak dapat diraba, dan tekanan darah
(SSD)
DBD / LABORATORIUM
RADIOLOGI
pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit hapusan darah tepi tes serologi IgM, terdeteksi 3-5, meningkat sampai minggu ke 3, menghilang setelah 60-90 hari. IgG, infeksi primer igG terdeteksi pada hari ke 14, pada infeksi sekunder IgG mulai terdeteksi hari ke 2
Patogenesis
Virus dengue masuk keluhan demam, sakit kepala, mual, nyeri, pegal, ruam pembesaran kelenjar getah bening, hati, limpa Pelepasan zat antifilatoksin, histamin, serotonin, aktivasi kalikrein EKSTRAVISASI cairan intravaskular berkurangnya plasma hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi, renjatan plasma merembes dan bocor kekurangan plasma anoreksia jaringan, asidosis metabolik kematian trombositopenia
Etiologi
Virus dengue Vektor utama : Aedes aegypti, kecil, warna dasar hitam serta bintik hitam pada kaki, morfologi seperti pada lira putih pada punggung, betina menghisap darah manusia pada siang hari di dalam maupun luar rumah Telur larva pupa dewasa (9 hari)
Penatalaksanaan
Tanpa penyulit: tirah baring, makan lunak, minum air tawar + garam, medikamentosa simtomatis, antibiotik (infeksi sekunder) observasi: keadaan memburuk, hepatomegali, trombositopenia memanjang, hemotokrit meningkat observasi 24 jam: infus, denyut nadi, tekanan darah, suhu, pernafasa, Hb dan Ht (setiap 4-6 jam sekali) menjaga homeostatis volume intravaskular cairan intravena, elektrolit tranfusi (pada perdarahan yang membahayakan)
Komplikasi
Manifestasi pada sistem saraf pusat Sepsis Pneumonia Infeksi luka Hidrasi berlebihan Gagal hepar Gagal ginjal Sindrom uraemik hemolitik
Prognosis
DD mortalitas rendah, hampir tidak ada DBD dan SSD mortalitas cukup tinggi Dewasa < anak
Prognosis
DBD Kematian telah terjadi pada 40-50% penderita dengan syok, tetapi dengan perawatan intensif yang cukup kematian akan kurang dari 2%.
Epidemiologi
Asia Tenggara, Pasifik Barat, Karibia Indonesia adalah wilayah endemik, namun mortalitas cenderung menurun Peningkatan kasus berkaitan dengan sanitasi lingkungan sebagai tempat perindukan vektor
Differential Diagnosis
Malaria
Pemeriksaan Fisik demam, konjugtiva, telapak tangan pucat, splenomegali, hepatomegali, gangguan kesadaran, lemah, kejang, mata tubuh kuning darah tepi --> preparat darah tebal dan tipis trias malaria (kedinginan, kepanasan, berkeringat), anemia eritrosit ruptur, mengendap, dan menganggu (pneumonia) plasmodium spesifik sesuai spesies yand didapat, cara perolehan, tempat perolehan coma, asidosis, anemia berat, gagal ginjal, hipoglikemi, gangguan kesadaran
Demam Tifoid
demam meningkat perlahan terutama pada sore dan malam hari, brakikardia relative, lidah berselaput, hepatomegali, splenomegali, gangguan mental dan psikosis uji widal, uji tubex, uji typidot, uji IgM dipstick, kultur darah demam 10 - 14 hari, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksi, mual, muntah, diare, batuk masuknya kuman samlomella thypi melalui makanan terkontaminasi, berkembang biak, bakteremia bakteri salmonella thypi antibiotik untuk memusnahkan kuman, istirahat, diet intestinal, ekstra-intestinal
Patogenesis
Prognosis
malaria vivax biasanya baik, malaria ovale dapat perdarahan hebat, pneumonia, menjadi karier sembuh sendiri, malaria falsiparum dapat menimbulkan kematian
Rusia, Argentina, Kenya, Bolivia, Indonesia (+Timur) seluruh dunia
Epidemiologi
Kesimpulan
Demam yang disertai pegal-pegal otot, pusing dan mual, pasien mengalami kerapuhan pembuluh darah dan jumlah trombosit menurun dikarenakan pasien menderita DBD. HIPOTESIS diterima
Terimakasih