Anda di halaman 1dari 9

BENTUK-BENTUK FENOMENA SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DITINJAU DARI SEGI ETIK DAN EMIK

Interpretasi orang Bugis di Sul-Sel tentang berbagai penyakit a) *Dari segi Emik ; Bila seseorang tiba-tiba di pagi hari jatuh pingsan dan lumpuh, penyakit bersangkutan disebut penyakit

anging hantu walaupun hantunya tidak terdeteksi.


*Dari segi Etik ; Ditinjau dari sudut pandang kesehatan penyakit tersebut dikenal dengan nama stroke, seseorang dapat mengalami kematian akibat cholesterol dan darah tinggi ataupun karena rokok,menjadikan seseorang tiba-tiba mendapat serangan di pagi hari,pingsan dan lumpuh. b) *Dari segi Emik ; Jika seseorang ibu hamil yang mengalami pendarahan pada usia kehamilan 7-8 bulan dikaikan dengan

sosok halus yang dinamakan kandole


*Dari segi Etik ; Pendarahan pada kehamilan setelah diperiksakan ke dokter ahli penyakit kandungan dan kebidanan didapatkan bahwa penyebab pendarahan berupa akibat letak placenta (ari-ari) yang berada di jalan lahir. c) *Dari segi Emik ; Seseorang yang meninggal dengan gejala mencret-mencret dihubungkan dengan sosok Poppo dan

Parakang
*Dari segi Etik ; Seseorang tersebut menderuta diare dan kematian itu adalah akibat kurang cairan dalam jumlah banyak (dehidrasi) disertai gangguan susunan mineral dalam tubuh korban. Pemberian ASI pada bayi Menurut Adat Bugis Dari segi Emik ; Dalam masyarakat Bugis, ada perilaku nawanawa (kecendekiaan) yang menunjukkan bahwa produksi ASI seiring dengan kelahiran si anak adalah bukan faktor

kebetulan,

tetapi si

anugerah anak. "Kendati

dari

Ajipatoto

(Sang

Pengatur)buat

makanan

berlimpah di

sekeliling si anak, tetapi makanan tersebut bukan sesuatu yang sitinaja (bukan sesuatu yang patut) untuk si anak karena anak belum memiliki gigi untuk mengunyah. Pemberian makanan lain selain ASI itu menjadi patut saat anak sudah sering menggigit puting ibunya seiring dengan tumbuhnya gigi si anak. Dari segi Etik ; Adanya produksi air susu Ibu pasca melahirkan disebabkan oleh hormon prolaktin pada saat menjelang kelahiran, sehingga merangsang duktus mammae untuk mengeluarkan air susu. Penggunaan obat untuk menyembuhkan penyakit a) *Dari segi Emik ; Para dukun di desa meyakini obat mujarab untuk mengobati penyakit tertentu, harus tergambar dalam wujud dalam wujud fisik. Untuk sakit kuning, warna kunimg sebagai persyaratan, maka terpilihlah kunyit dan temulawak ataupun jamur kuning untuk penduduk di desa pegunungan, sementara penduduk desa pantai menggunakan tude bombang. *Dari segi Etik ; penyakit kuning (lever) dapat diobati dengan cara bukan tradisional karena ini dengan warnanya menggunakan yang kuning suatu obat-obatan melainkan zat yang yang berasal dari tumbuhan seperti tude bombang akan tetapi karena mampu tumbuhan mengandung

melumpuhkan virus yang menyerang hati sehingga dapat meringankan dan mengobati sakit si penderita, selain tude

bombang juga dapat menggunakan akar bambu kuning dan buah merah dari Papua.
b) *Dari segi Emik ; Beberapa masyarakat dahulu mempunyai keyakinan bahwa untuk pengobatan penyakit malaria digunakan sesuatu yang terasa pahit misalnya daun papaya. *Dari segi Etik ; Obat-obatan yang dapat digunakan untuk penyakit malaria dari segi medis seperti : kina, paludrine,

chloroquine, primaquin, agar semua Plasmodium sp.(etiologi

dari penyakit malaria) yang terdapat dalam tubuh penderita dapat dibunuh. Masyarakat dengan pola asuh lepas Dari segi Emik ; Pada umumnya, wanita karier banyak yang lebih memilih memberikan susu formula kepada bayinya sebelum berusia 6 bulan dengan berbagai alasan sehingga makanan yang masuk dalam tubuh anak tidak terjamin, inilah yang dikenal dengan istilah pola asuh lepas. Dari segi Etik ; Normalnya, pemberian makanan pendamping ASI diberikan pada bayi usia enam bulan pertama. Usia 4-6 bulan anak diberi makanan lumat, selanjutnya usia 6-8 bulan diberikan makanan lunak dan 8 bulan ke atas, anak sudah bisa diperkenalkan makanan dewasa tapi lebih lembut.Pemberian ASI eksklusif sebaiknya dilakukan hingga bayi berusia enam bulan. Makanan memang penting tapi pemberian ASI hingga usia dua tahun juga penting. Sebab, makanan apapun tak bisa menggantikan ASI. Karena ada kedekatan emosional saat ibu memberikan ASI, ada skin kontak, yang menyatukan kasih sayang antara ibu dan anak. Konsep sakit masyarakat Papua a) *Dari segi Emik ; Orang Marind-anim yang berada di selatan Papua juga mempunyai konsepsi tentang sehat dan sakit, dimana apabila seseorang itu sakit berarti orang tersebut terkena guna-guna (black magic). Mereka juga mempunyai pandangan bahwa penyakit itu akan datang apabila sudah tidak ada lagi keseimbangan antara lingkungan hidup dan manusia. Bila keseimbangan ini sudah terganggu maka akan ada banyak orang sakit, dan biasanya menurut adat mereka, akan datang seorang kuat (Tikanem) yang melakukan pembunuhan terhadap warga dari masing-masing kampung secara berurutan sebanyak lima orang, agar lingkungan dapat kembali normal dan bisa mendukung kehidupan warganya. Hal yang sama pula terdapat pada orang Amungme, dimana bila terjadi ketidakseimbangan antara lingkungan dengan manusia maka

akan timbul berbagai penyakit. Yang dimaksudkan dengan lingkungan di sini adalah yang lebih berkaitan dengan tanah karena tanah adalah mama yang memelihara, mendidik, merawat, dan memberikan makan kepada mereka. Untuk itu bila orang Amungme mau sehat, janganlah merusak alam (tanah), dan harus terus dipelihara secara baik. *Dari segi Etik ; Secara ilmiah penyakit (disease) diartikan sebagai gangguan fungsi fisiologis dari suatu organisme sebagai akibat terjadi infeksi atau tekanan dari lingkungan, jadi penyakit itu bersifat obyektif. Sebaliknya sakit (illness) adalah penilaian individu terhadappengalaman menderita suatu penyakit . Adapun faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang yaitu penyebab penyakit, manusia sebagai tuan rumah dan lingkungan hidup. Ketiganya harus dalam keadaan seimbang karena jika terjadi gangguan keseimbangan antara ketiga faktor tersebut itulah yang akan menyebabkan itu timbulnya penyakit bukan karena adanya Black magic seperti pemahaman orang Papua. Adapun penyebab penyakit berasal dari luar dan di dalam tubuh manusia. Sementara manusia sebagai tuan rumah yaitu manusia yang di hinggapi penyakit atau ditulari bibit penyakit akan tetapi belum tentu akan menjadi sakit karena tergantung dari beberapa hal. Salah satu diantaranya yaitu daya tahan tubuh yang tinggi baik jasmani, rohani maupun sosialnya.

b) *Dari segi Emik ; Orang Moi di Kepala Burung Papua (Sorong) percaya bahwa kalau orang melanggar pantangan-pantangan secara adat maka akan menderita sakit. Orang Moi, bagi ibu hamil dan suaminya itu harus berpantang terhadap beberapa makanan, dan kegiatan, atau tidak boleh melewati tempattempat yang keramat karena bisa terkena roh jahat dan akan sakit. Ini berarti untuk sehat, maka orang Moi tidak boleh makan makanan tertentu pada saat ibu hamil dan suaminya tidak boleh melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, seperti membunuh binatang besar,dan sebagainya. Hal yang sama pula bagi orang Moi Kalabra yang berada di hulu sungai Beraur,

(Sorong). Mereka percaya bahwa penyakit itu disebabkan oleh adanya gangguan roh jahat, buatan orang serta melanggar pantangan-pantangan secara adat. Misalnya bila seorang ibu hamil mengalami keguguran atau perdarahan selagi hamil itu berarti ibu tersebut terkena hawa kurang baik (terkena

black magic atau roh jahat). Mereka juga percaya kalau ibu itu
tidak bisa hamil/ tidak bisa meneruskan keturunan, berarti ibu tersebut telah dikunci karena suami belum melunasi mas kawin. Kehamilan akan terjadi bila sang suami sudah dapat melunasinya, maka penguncinya akan membuka black magic-nya itu. Orang Hatam yang berada di daerah Manokwari percaya bahwa sakit itu disebabkan oleh gangguan kekuatan supranatural seperti dewa, roh jahat, dan buatan manusia. Orang Hatam percaya bahwa bila ibu hamil sulit melahirkan, berarti ibu tersebut terkena buatan orang dengan obat racun

(rumuep) yaitu suanggi, atau penyakit oleh orang lain yang disebut priet . Orang Kaureh di kecamatan Lereh percaya
bahwa seorang ibu yang mandul adalah hasil perbuatan orang lain yaitu dengan black magic atau juga karena kutukan oleh keluarga yang tidak menerima bagian harta mas kawin. Hal yang serupa pula pada orang Walsa (Keerom), percaya bahwa sakit disebabkan oleh gangguan roh jahat, buatan orang, atau terkena gangguan dewa-dewa. Bila seorang ibu hamil meninggal tanpa sakit terlebih dahulu,berarti sakitnya dibuat orang dengan jampi-jampi (sinas), ada pula disebabkan oleh roh-roh jahat (beuvwa). Di samping itu sakit juga disebabkan oleh melanggar pantangan-pantangan secara adat baik berupa makanan yang dilarang, dan perkawinan. *Dari segi Etik ; Pendarahan pada saat hamil atau keguguran dapat terjani karena adanya gangguan pada janin seperti letak placenta (ari-ari) berada pada jalan lahir atau aktifitas ibu hamil yang terlalu berlebihan atau malebihi batas kewajaran. Sementara kasus seseorang istri yang belum dapat hamil disebabkan karena gangguan pada produksi hormon progesteronnya ,sel telur yang tidak dibuahi oleh sperma atau sperma yang tidak dapat mencapai sel telur, gangguan pada alat reproduksi dan sebagainya.

Larangan (pamali) bagi Orang Bugis ; Dari segi Emik ; Masyarakat bugis pada umumnya memiliki beberapa pantangan dalam melakukan sesuatu yang disebut pemmali. Sebagai contoh yaitu adanya pendapat orang bugis yang berbunyi ; Pemmali lewu moppang ananaE nasabaq

magatti

mate

indoqna

(Terjemahan:

Pemali

anak-anak

berbaring tengkurap sebab ibunya akan cepat meninggal ). Bentuk tabu tersebut mengakibatkan ibu seseorang yang melanggarnya akan meninggal. Dari segi Etik ; Tidur dalam posisi tengkurap seperti itu akan mengakibatkan gangguan terhadap kesehatan, misalnya rasa sakit pada dada dan perut. Dalam ajaran agama Islam pun, posisi tengkurap merupakan posisi tidur setan sehingga menjadi larangan melakukan posisi tengkurap bagi umat muslim. Upacara Pelet Khandung / Pelet Betteng(pijat perut) pada

masyarakat Madura Penyelenggaraan upacara pelet kandhung pada masyarakat Madura diadakan ketika usia kandungan seseorang telah mencapai tujuh bulan. Sebelum upacara diadakan, pada bulan pertama saat seorang perempuan mulai mengandung, diadakan upacara nandai. Pada saat upacara nandai selesai, akan ditaruh sebiji bigilan atau beton (biji nangka) di atas sebuah leper (tatakan cangkir) dan diletakkan di atas meja. Setiap bulannya, di leper itu ditambah satu biji bigilan sesuai dengan hitungan usia kandungan perempuan tersebut. Dan, pada saat di atas leper itu telah ada tujuh biji bigilan yang menandakan bahwa usia kandungan telah mencapai tujuh bulan, maka diadakanlah upacara pelet kandhung atau pelet betteng. Sebagai catatan, upacara masa kehamilan yang disebut sebagai pelet kandhung ini diadakan secara meriah hanya pada saat seorang perempuan mengalami masa kehamilan untuk yang pertama kalinya. Pada masa kehamilan yang kedua, ketiga, dan seterusnya, upacara pelet

kandhung tetap diadakan, namun tidak semeriah upacara pada saat


mengalami kehamilan untuk pertama kalinya. Dari segi emik ; Ada beberapa nilai yang terkandung dalam upacara pelet kandhung. Nilai-nilai itu antara lain adalah: kebersamaan, ketelitian, gotong royong, keselamatan, dan religius. Nilai kebersamaan tercermin dari berkumpulnya sebagian sanak kerabat untuk berdoa bersama demi

keselamatan bersama pula. Ini adalah wujud kebersamaan dalam hidup bersama di dalam lingkungannya (dalam arti luas). Oleh karena itu, upacara ini mengandung pula nilai

kebersamaan.Nilai ketelitian

tercermin dari proses upacara

itu sendiri. Sebagai suatu proses, upacara memerlukan persiapan, baik sebelum upacara, pada saat prosesi, maupun sesudahnya. Persiapan-persiapan itu, tidak hanya menyangkut peralatan upacara, tetapi juga tempat, waktu, pemimpin, dan peserta. Semuanya itu harus dipersiapkan dengan baik dan seksama, sehingga upacara dapat berjalan dengan lancar. Untuk itu, dibutuhkan ketelitian.Nilai kegotong-royongan tercermin dari keterlibatan upacara. berbagai saling pihak bantu dalam demi

penyelenggaraan

Mereka

terlaksananya upacara. Dalam hal ini ada yang membantu menyiapkan makanan dan minuman, menjadi pemimpin upacara, membantu pemimpin upacara, dan lain sebagainya.Nilai

keselamatan tercermin dalam adanya kepercayaan bahwa


peralihan kehidupan seorang individu dari satu masa ke masa yang lain penuh dengan ancaman (bahaya) dan tantangan. Untuk mengatasi krisis dalam daur kehidupan seorang manusia itu, maka perlu diadakan suatu upacara. Pelet kandhung merupakan salah satu upacara yang bertujuan untuk mencari

keselamatan pada tahap peralihan dari masa di dalam kandungan menuju ke kehidupan di dunia. Nilai religius tercermin dalam doa bersama yang dipimpin oleh kyae atau ulama setempat, pada acara orasol (kenduri) yang merupakan salah satu bagian dari serentetan tahapan dalam upacara pelet

kandhung. Tujuannya adalah agar sang bayi mendapatkan


perlindungan dari Tuhan. Dari segi Etik ; upacara Pelet Khandung tersebut bisa diartikan sebagai sarana penyegaran bagi wanita hamil yang telah menginjak masa kehamilan 7 bulan. Banyak dikalangan masyarakat yang mengadakan acara tujuh bulanan usia kehamilan dimulai dari yang sederhana sampai yang meriah menurut kebiasaan dan adat mereka. Namun, inti dari semua upacara tersebut sebagai tanda rasa syukur kepada Allah SWT, jadi dari sudut pandang agama tidak perlu

menyelenggarakan pesta yang meriah hanya untuk menyambut calon buah hati karena sesungguhnya Allah tidak menyukai sesuatu yang berlebihan, cukuplah bagi mereka agar bersyukur atas nikmat-Nya dan memohon keselamatan bagi calon bayinya.

Anda mungkin juga menyukai