Anda di halaman 1dari 4

Pembengkakan pada palatum

1. Torus palatinus Torus palatum adalah suatu bentuk eksostosis tulang yang terjadi pada kira kira 20% penduduk dewasa. Kelainan itu seringkali diturunkan karena banyak anggota keluarga mendapatkannya. Insidensi torus palatinus lebih tinggi pada wanita daripada pria. Torus sangat bervariasi dalam ukuran dan bentuk klinis serta cenderung untuk bertambah perlahan lahan dalam semua dimensi sesudah pubertas. Letaknya selalu digaris tengah palatum keras disekitar kedua gigi premolar atau molar. Torus palatinus biasanya berupa pembengkakan sekeras tulang, berbentuk kubah, licin, tunggal tetapi, versi bosselate kadang kadang dijumpai dengan suatu lekuk garis tengah dan beberapa tonjolan setempat. Mukosa yang menutupi adalah merah muda pucat, tipis dan lembut batas dari lesi dilukiskan oleh kontur oval yang timbul dari atap palatum. Torus palatum seringkali tanpa gejala jika tidak kena trauma dan pasien dapat dengan tegas menyatakan bahwa mereka tidak tahu adanya torus sampai suatu peristiwa traumatik terjadi. Ulkus yang diakibatkannya harus selalu dipantau sampai sembuh, jika tidak kunjung sembuh maka iritatan kronis harus diidentifikasi dan dihilangkan. Torus palatum harus dibuang jika merintangi bicara, pengunyahan atau pembuat alat prostetk.

2. Kista Kanalis Insisivus Adalah suatu kista pembengkakan yang terbentuk dari sisa sisa epitel skuomosa atau pernapasan yang terjebak. Dapat terjadi pada semua usia dan dimana saja di sepanjang jalannya kanalis insisivus, tetapi umumnya kista terbatas pada palatum antara kedua insisivus sentral atas pada tinggi kanalis insisivus. Kista kanalis insisivus biasanya tanpa gejala dan dijumpai sebagai temuan yang kebetulan selama pemeriksaan rutin. Kista kista dengan gejala biasanya adalah yang mendapat infeksi bakteri. Jarang kista tersebut timbul seluruhnya dalam jaringan lunak dari papila insisiva, ditempat dimana kista tampak sebagai pembengkakan berfluktuasi, superfisialis dan kecil. Kista kanalis insisivus yang tumbuh baik dapat membuat sepertiga anterior palatum keras membengkak. Gambaran radiografis dari kista kanalis insisivus adalah khas. Kista tampak sebagai suatu radiolusensi berbentuk jantung dan oval simetris, digaris tengah dan berbatas jelas, terletak di antara akar kedua insisivus dan dapat sangat bervariasi ukurannya. Memancarkan akar dan resorbsi akar dari insisivus sentral adalah temuan kadag kadang yang berkaitan dengan lesi lesi kritik yang besar. Kista sama yang terletak lebih ke posterior di palatum dan disebut sebagai kista palatal media. Keyakinan sekarang adalah bahwa kista saluran insisivus dan kista palatal median menggambarkan anomali sama yang dijumpai pada lokasi yang edikit berbeda. Perawatan untuk keduanya adalah enukleasi bedah.

3. Abses periapikal Adalah pembengkakan jaringan lunak berfultuasi, terdiri atas bahan purulen yang berasal dari infeksi bakteri dalam pulpa gigi. Tampak di sekitar gigi sakit, yang sering sekali nyeri pada perkusi, goyang dan sedikit tinggi pada oklusi. Limfadenopati setempat, demam, lemas dan trismus adalah tanda tanda tambahan yang umum. Pemeriksaan yang cermat pada gigi yang mengganggu adalah nonvital. Secara radiografik, biasanya terlihat radiolusensi apikal yang oval. Setiap gigi atas yang abses dapat mengakibatkan pembengkakan palatum. Secara umum pembengkakannya merah ungu, lunak, nyeri tekan dan terletak lateral dari garis tengah, jika gigi posterior atas yang terlibat. Sebaliknya, abses gigi insisivus atas dapat menyebabkan pembengkakan garis tengah pada sepertiga anterior palatum. Aspirasi atau insisi menghasilkan purulen kuning krem atau kuning hijau. Drainase segera, terapi endodontik atau pencabutan diindikasikan untuk mencegah penyebaran infeksi. Antibiotik, analgesik, dan antipiretik dapat juga dibutuhkan.

4. Hiperplasia limfoid jinak ( Hiperplasia Limfoid Folikuler) Adalah suatu proses reaktif, jinak dan jarang, melibatkan proliferasi dari jaringan limfoid palatum. Paling umum mengenai orang di atas usia 50 tahun. Etiologinya tidak diketahui para ahli memperdebatkan, apakah proliferasi tersebut merupakan reaksi terhadap rangsangan setempat dan umum. Secara klinis, lesi subur tersebut timbul di posterior palatum keras dan tumbuh perlahan lahan, baik unilateral maupun bilateral. Pembesaran itu dapat mencapai diameter 3 cm, biarpun pasien jarang mengeluh sakit. Permukaan dari lesi yang lanjut adalah merah muda sampai ungu, tanpa ulserasi dan berbentuk kubah atau gumpalan. Masa tersebut biasanya lunak, tetapi kadang kadang dapat keras pada palpasi. Eksisi bedah adalah perawatan pilihan, diikuti oleh terapi radiasi jika lesinya kambuh. Keadaan itu secara klinis mirip dengan limfoma palatal, lesi limfoepitelial jinak dan syndrome sjogren, sedangkan gambaran histologisnya sering kali menyerupai limfoma nodular. Untunglah hiperplasia limfoid jinak tidak menyebar seperti limfoma.

5. Sialometaplasia yang Nekrosis Adalah suatu lesi reaktif jinak, terutama dari kelenjar liur palatum tambahan, dengan gambaran histologisnya yang dicurigai keganasan. Lesi radang tersebut mulai sesudah trauma, sebagai pembengkakan noduler yang tumbuh cepat pada sisi lateral palatum keras, terutama pada pria dewasa. Infark jaringan akibat dari vasokontriksi dan iskemia diperkirakan masuk dalam patogenesis dari keadaan ini. Palatum lunak dan mukosa pipi jarang terkena dan telah dan telah dilaporkan kasus kasus bilateral. Pada awalnya, sialometaplasia nekrosis adalah nodula kecil tanpa sakit, yang akhirnya membesar dan berulserasi serta menyebabkan sakit. Ukuran pembengkakan jaringan lunak adalah bervariasi dan dapat tumbuh sampai 2 cm. Ulkus sentral yang dalam dengan pseudomembran keabuabuan adalah khas. Permukaan dari ulkus yang cekung tersebut adalah tak teratur dan berbintil bintil serta

tepinya seringkali menggulung. Penyembuhan terjadi secara spontan setelah 4 sampai 8 minggu. Dianjurkan biopsi untuk menentukan lesi lesi dengan gambaran yang sama, seperti tumor kelenjar liur dan limfoma ganas. Sialometaplasia nekrosis menunjukan metaplasia skuomosadari epitel duktus, yang dapat disalahdiagnosakan dengan karsinoma muko epidermoid atau adenokarsinoma dari palatum.

6. Neoplasma Jinak kelenjar Liur Tambahan Adalah neoplasma jinak yang paling umum dari kelenjar kelenjar liur tambahan. Terjadi pada kelenjar kelenjar liur major atau minor dan palatum adalah lokasi yang paling umum jika kelenjar liur tambahan yang terlibat. Terjadi paling sering pada wanita wanita antara usia 30 dan 60 tahun. Cenderung terjadi di lateral garis tengah dan di distal sepertiga anterior palatum keras. Penampilan klinis yang klasik dari adenoma pleomorfik adalah pembengkakan keras tanpa sakit, tanpa ulserasi, berbentuk kubah, tidak teratur. Palpasi dapat dapat menunjukan daerah daerah lebih lunak yang terisolir dan permukaan yang licin atau bulat menonjol. Pembesaran menatap yang berlangsung perlahan lahan selama bertahun tahun adalah khas dan lesi dapat mencapai ukuran yang lebih besar dari 1.5 cm diameternya. Secara histologis, tumor ini mempunyai sel sel epitel dalam susunan seperti sarang, dengan genangan bahan miksoid, kondroid dan mukoid. Kapsul jaringan ikat fibrous yang tampak jelas dan berisi sel sel tumor yang mengelilingi dan biasanya membatasi penyebaran tumor. Biopsi eksisi yang tuntas adalah perawatan yang dianjurkan karena kekambuhan seringkali terjadi setelah enukleasi sederhana atau eksisi yang tidak tuntas. Tumor pada kapsul merupakan penyebab terjadinya kekambuhan. Adenoma monomorfik adalah tumor kelenjar liur jinak yang terjadi dalam palatum. Tumor itu sendiri terdiri atas pola kelenjar biasa, biasanya tipe satu sel dan tidak ada komponen mesnsim seperti pada adenoma pleomorfik. Perawatannya adalah eksisi bedah.

7. Neoplasma Ganas Kelenjar Liur Tambahan Adalah neoplasma intraoral ganas, yang paling sering terjadi ditemukan pada kelenjar liur tambahan. Tumor mukoepidermoid paling sering mengenai orang berusia 20-50 tahun, sedangkan karsinoma kistik adenoid biasanya terjadi sesudah usia 50 tahun. Sebagai tambahan, selain pada jaringan pernapasan, gastrointestinal dan reproduksi, sedangkan tumor mukoepidermoid dapat terjadi pada kulit saluran napas atau secara sentral didalam tulang, terutama mandibula. Neoplasma ganas pada kelenjar liur tambahan sering kali terjadi di palatum posterior. Secara klasik tanpa gejala, keras dan berbentuk kubah yang terjadi lateral dari garis tertengah. Jaringan yang menutupi tampak normal dalam tahap dini, tetapi kemudian mukosanya eritematosis, dengan banyak pembuluh permukaan talangiektasia kecil yang multiple. Pertumbuhannya lebih cepat dan lebih sakit dari pada tumor kelenjar liur jinak. Biasanya keras dan akhirnya berulserasi secara spontan, menunjukan pertumbuhan keganasan yang cepat dibandingkan dengan tumor jinak. Indurasi dan atau eksudat mukus yang keluar dari permukaan pembengkakan yang berulserasi adalah jelas untuk karsinoma mukoepidermoid.

Perawatan biasanya eksisi radikal. Prognosisnya bervariasi tergantung pada derajat diferensiasi histologiknya, luasnya lesi bermetastase. Karsinoma kristik adenoid jarang bermetastase tetapi adlaah suatu keganasan yang berinfiltrasi dengan kecendrungan untuk penyebaran jauh melalui invasi perineural karenanya pengamatan sumur hidup perlu dilakukan. Sebaliknya, tumor mukoepidermoid tidak sering bermetastase dan lebih mudah disembuhkan dengan cara pembedahan.

8. Limfoma Primer dari Palatum Limfoma ganas adalah pertumbuhan neoplastik padat dari limfosit atau histiosit yang diklasifikasikan dalam limfoma hodgkin dan non-hodgkin sertta disubdivisikan antara penyakit kelenjar dan luar kelenjar. Limfoma nonhodgkin primer dapat berkembang disetiap daerah yang ada jaringan limfoidnya, termasuk kelenjar kelenjar limfe leher, mandibula dan palatum, maka keadaan tersebut kadang kadang disebut sebagai penyakit limfoproliferatif dalam palatum. Limfoma jarang terjadi pada gusi. Limfoma primer dari palatum terjadi paling sering umunya pada usia diatas 60 tahun, tetapi dapat juga dijumpai pada pasien pasien yang lebih muda, terutama yang terkena AIDS. Limfoma primer dapat soliter atau berkaitan dengan penyakit yang menyebar luas, meskipun biasanya muncul mendahului penyakit yang menyebar. Secara klinis lesi tersebut timbul di perbatasan palatum keras dan lunak. Pembengkakan palatum yang tumbuh lambat itu adlah tanpa gejala, lunak seperti busa, tanpa ulserasi dan jarang mengenai tulang palatum dibawahnya. Permukaannnya sering menggumpal dan berwarna merah muda sampai biru ungu. Pengenalan dini dan biopsi sangat penting, karena penyakit mungkin masih berbatas pada palatum ditahap dini. Limfoma palatum biasanya diradiasi, sedangkan penyakit yang menyebar memerlukan perawatan dengan kemoterapi.

Anda mungkin juga menyukai