Anda di halaman 1dari 12

Hafiza

Adlina (100907010) Amar Mira Dwi (100907022) Vandi Jufri M (100907032) Danis Turnip (100907034) Frans Kristanto (100907060)

M.Iqbal

(100907062) Rudy Lesmana (100907066) Okky Novendra (100907074) Agus Septian ( 100907084) Ichwannul Muslimin (100907098)

1.Defenisi Continuous Audit Continuous Audit adalah sistem audit yang berkelanjutan secara terus menerus sepanjang tahun, audit ini menggunakan teknologi yang berguna sebagai pendorong kegiatan audit dalam pengecekan error dan verifikasi secara real time.

2. Prosedur Continuous Audit Dalam hal pelaksanaan Continuous Audit yang efisien dan efektif maka harus mengikuti prosedur pelaksaan sebagai berikut :

1. Menentukan area prioritas


Kegiatan memilih area mana organisasi untuk audit harus diintegrasikan sebagai bagian dari rencana tahunan audit internal dan program manajemen risiko perusahaan. Banyak departemen audit internal juga mengintegrasikan dan mengkoordinasikan dengan rencana kepatuhan dan kegiatan lain , jika berlaku . Biasanya , ketika memutuskan area prioritas untuk terus mengaudit , auditor internal dan manajer harus: Identifikasi proses bisnis penting yang perlu diaudit oleh mogok dan daerah berisiko rating. Memahami ketersediaan data audit terus menerus untuk daerah-daerah berisiko. Mengevaluasi biaya dan manfaat dari pelaksanaan proses audit terus menerus untuk area risiko tertentu . Mempertimbangkan dampak dari korporasi terus mengaudit area atau fungsi tertentu. Pilih aplikasi awal untuk mengaudit mana demonstrasi cepat hasil mungkin menjadi nilai besar bagi organisasi .

Setelah proyek percontohan ini berhasil diselesaikan , bernegosiasi dengan auditee yang berbeda dan daerah audit internal , jika diperlukan , sehingga rencana implementasi jangka panjang diimplementasikan . 2. Aturan Monitoring dan Continuous audit Langkah ini berisikan peraturan dalam melaksanakan kegiatan monitoring dan continuous audit dimana aturan aturan ini berguna sebagai guidance pelaksanaan kegiatan monitoring dan continuous audit. 3. Menentukan frekuensi Dalam pelaksanaan kegiatan continuous audit seorang auditor juga harus memperhatikan ritme pelaksanaan audit dengan memperhatikan keadaan internal perusahaan dan tersedianya alat alat pendukung kegiatan continuous audit. 4. Menentukan parameter continuous audit Dalam pelaksaan kegiatan continuous audit diperlukan untuk memperhatikan parameter ataupun standar baik dalam hal penentuan frekuensi kegiatan continuous audit dan sebelum pelaksaan kegiatan continuous audit maka diharuskan parameter sudah ada sehingga dapat mencegah kesalahan dalam pelaksaan kegaiatan continuous audit.

5. Pelaksanaan Setelah menentukan parameter pelaksanaan kegiatan continuous audit yang menjadi landasan pelaksanaan kegiatan continuous audit maka dilaksanakan kegiatan continuous audit yang harus memperhatikan. 6. Menginformasikan hasil continuous audit Hasil dari kegiatan continuous audit kemudian diinformasikan kepada pihak yang terkait dalam struktur organisasi perusahaan.

3. Apakah BRI ( Bank Rakyat Indonesia ) Menggunakan Continuous Audit


Sejak dikeluarkannya Undang-Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 21 tahun 1992 status BRI menjadi perseroan terbatas sejak tanggal 1 Agustus 1992. Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia menjual 30% saham BRI sehingga resmi berganti menjadi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) yang sampai sekarang menjadi bank pilihan nasabah. BRI menerapkan Good Corporate Governance( GCG) dengan berlandaskan pada nilai nilai budaya kerja BRI yaitu integritas, profesionalisme, kepuasaan nasabah, keteladanan dan penghargaan terhadap SDM.

Berdasarkan pada komitmen dan nilai nilai tersebut sesuai dengan surat keputusan dewan direksi dan komisaris BRI Nomor : 01-KOM/BRI/03/2010 NOKEP: S. 14DIR/DKP/03/2010 tanggal 8 Maret 2010. tentang tata laksana kegiatan pengelolaan perusahaan termasuk didalamnya internal audit khususnya pelaksanaan Continuous Audit dalam Sistem pengendalian Internal, terbukti dengan selalu BRI menginformasikan secara berkelanjutan kepada publik terhadap hasil audit melalui penampilan profil usaha dan kegiatan dari BRI, dimana dalam setiap penginformasian hasil audit selalu terjadi perubahan menuju Good Corporate Governance( GCG) dan penggunaan teknologi sebagai based kegiatan Continuous Audit dan menginformasikan tentang struktur organisasi yang ada di BRI disertai dengan job desk nya.

4. Manfaat Yang dihasilkan SPI ( Sistem Pengedalian Internal) bagi PT. BRI
Sistem pengendalian internal merupakan elemen yang sangat penting dalam pengelolaan suatu bank dan merupakan dasar bagi kegiatan operasional bank yang aman, sehat dan dapat berkembang secara wajar. Terselenggaranya sistem pengendalian intern yang handal dan efektif menjadi tanggung jawab dari pengurus dan pejabat eksekutif bank. SPI sendiri pada BRI mengacu pada pencapaian Good Corporate Governance( GCG) terbukti selama 3 tahun belakangan ini BRI telah mencapai dan memperoleh manfaat atas pelaksanaan SPI sebagai berikut :

1.

Menjaga kekayaan organisasi 3 tahun belakangan ini dengan pelaksanaan SPI yang efisien pada BRI terbukti dengan laporan aset dan keuangan perusahaan yang semakin baik dan meningkat terbukti dengan banyaknya bertambah banyaknya cabang bahkan samapai mencapai pelosok pelosok daerah terpencil di Indonesia. Mendorong pencapaian tujuan perusahaan 3 tahun belakangan ini BRI telah mendapat manfaat SPI terhadap pencapaian tujuan BRI, yaitu BRI Go Public, terbukti juga dengan nilai saham dari BRI yang stabil dan cenderung meningkat dilantai bursa, selain itu juga BRI juga sudah melebarkan sayapnya menjadi bank internasional sehingga memudahkan nasabah untuk melaksanakan transaksi di luar negeri.

2.

3.

Terciptanya Good Corporate Governance( GCG) Dengan pelaksanaan SPI terbukti terciptanya Good Corporate Governance( GCG) yang menjadi komitmen BRI dalam menjalankan kegiatan oprasional usaha, BRI telah berhasil menciptakan kegiatan dan alur tanggung jawab pada struktur organisasi yang transparan dan efisien.

Anda mungkin juga menyukai