Anda di halaman 1dari 8

Mata Kuliah Dosen

: Pengukuran Besaran Listrik : Dicky Arinanda, MT.

Satuan dan Standar Ilmu pengukuran listrik merupakan bagian integral dari pada ilmu fisika. Kebanyakan alat ukur yang digunakan sekarang pada prinsipnya sama dengan alat ukur konvensional, tetapi sudah banyak mengalami perbaikan tentang ketelitiannya. Untuk menetapkan nilai dari beberapa besaran yang bisa diukur, harus diketahui dulu nilai, jumlah dan satuannya. Jumlah biasanya ditulis dalam bentuk angka-angka sedangkan satuannya menunjukkan besarannya.

Pengertian tentang hal ini adalah penting dan harus diketahui dan disetujui bersama oleh teknisi-teknisi antara bangsa-bangsa karena dengan melihat macam satuannya maka dapat diketahui besaran pada alat ukurnya.

Untuk menetapkan sistrem satuan ini dibentuklah suatu komisi standar internasio nal. Sistem satuan yang pertama adalah C.G.S. (Centimeter, Gram, Second) sebagai dasar. Ada dua sistem C.G.S. yang digunakan yaitu C.G.S. elektrostatis dan C.G.S. elektrodinamis. Dalam pengukuran listrik yang banyak digunakan adalah yang kedua. Sistem Satuan C.G.S. dan Satuan Praktis Satuan-satuan praktis yang sering digunakan dalam pengukuran-pengukuran besaran listrik adalah : Arus Listrik ( I ) = Ampere ( A ) Tegangan ( V ) = Volt ( V ) Tahanan ( R ) = Ohm ( W ) Daya Semu ( S ) = Voltampere ( VA) Daya Nyata ( P ) = Watt ( W ) Daya Reaktif ( Q ) = Voltampere reaktif ( VAR ) Induktansi ( L ) = Henry ( H ) Kapasitansi ( C ) = Farad ( F ) Muatan Listrik ( Q ) = Coulomb ( C )

Sistem Satuan M.K.S. Tahun 1901 diusulkan sistem satuam Meter, Kilogram, Second (M.K.S.). Sistem ini merupakan pengembangan sistem C.G.S. dimana panjang dalam meter, berat dalam kilogram dan waktu dalam detik. Sehingga dalam sistem ini adalah sebagai berikut :
11
Pengukuran Besaran Listrik Dicky Arinanda Arifin ST,MT
Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

Luas Volume Kecepatan Gaya

= m2 = m3 = m/det = newton

Kerja, Energi = joule Daya Kuat arus Tegangan Alat Ukur Secara umum alat ukur ada 2 type yaitu : 1. Absolute Instruments Merupakan alat ukur standar yang sering digunakan di laboratorium-laboratorium dan jarang dijumpai dalam pemakaian di pasaran lagi pula alat ini tidak memerlukan pengkalibrasian dan digunakan sebagai standar. 2. Secondary Instruments Merupakan alat ukur dimana harga yang ditunjukkan karena adanya penyimpangan dari alat penunjuknya dan ternyata dalam penunjukan ada penyimpangan maka alat ini harus lebih dulu disesuaikan/dikalibrasi dengan membandingkan dengan absolute instruments atau alat ukur yang telah lebih dulu disesuaikan. = watt = ampere = volt

Metode Pengukuran Ada dua metode yang digunakan dalam suatu pengukuran, yaitu: 1. Metode Nol Dimulai keadaan seimbang . Dihubungkan ke benda yang diukur, keseimbangan terganggu. Hasil pengukuran adalah seberapa besar upaya yang diperlukan untuk mengembalikan ke keasaan seimbang .

11

Pengukuran Besaran Listrik Dicky Arinanda Arifin ST,MT

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

Gambar 1. Contoh alat ukur dengan metode nol, timbangan pasar

2. Metode Defleksi Dimulai dari keadaan seimbang Dihubungkan ke benda yang diukur, keseimbangan terganggu Hasil pengkuran adalah kalibrasi penyimpangan dari keadaan awal kedalam suatu besaran ukur

Gambar 2. Contoh alat ukur dengan metode defleksi, pressure gauge

Mode Operasi 1. Analog Semua informasi ditampilkan, termasuk noise dan besaran yang diukur. Pembacaan besaran secara manual sehingga kerap ada kesalahan pengukuran. Mengandalkan perangkat mekanik, rawan kesalahan karena faktor usia. Lebih murah ongkos produksinya.

11

Pengukuran Besaran Listrik Dicky Arinanda Arifin ST,MT

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

Gambar 3. Multimeter analog

2. Digital Pembacaan sudah dalam satuan angka, tidak ada kesalahan pembacaan akan tetapi ketelitian terbatas. Mengandalkan perangkat elektronik, cenderung lebih awet. Terdapat keadaan off (besaran masuk dianggap nol), no respond (besaran masuk terukur nilai konstan), dan on (terdapat perubahan besaran terukur, baik naik maupun turun).

Gambar 4. Multimeter Digital Kesalahan Dalam Pengukuran Pada pengukuran listrik selalu dijumpai kesalahan-kesalahan hasil pengamatan. Kesalahan tersebut dapat terjadi karena sipengamat maupun oleh keadaan sekitarnya (suhu) atau dari alat ukur sendiri yang membuat kesalahan. Kesalahan dari konstruksi alat sendiri besarnya ditentukan oleh pabrik. Sebelum dibahas tentang kesalahan ini, maka perlu diketahui beberapa istilah yang dalam pengukuran listrik adalah sebagai berikut: 1. Ketelitian (Accuracy) : angka yang menunjukkan pendekatan dengan harga yang ditunjukkan sebenarnya dari pada besaran yang diukur. Contoh :

11

Pengukuran Besaran Listrik Dicky Arinanda Arifin ST,MT

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

Sebuah amperemeter menunjukkan arus sebesar 10A sedangkan accuracy 1% maka kesalahan pengukurannya adalah 1% X 10A = 0,1A sehingga harga sebenarnya dari hasil pengukurannya adalah (10 + 0,1)A. 2. Presisi : kemampuan dari alat ukur dalam pengukurannya, bila dalam

pengukurannya. Bila dalam pengukurannya kesalahannya kecil, maka presisinya tinggi, presisi ini hubungannya juga dengan accuracy. 3. Sensitivitas : kemampuan alat ukur dengan input yang kecil sudah didapat perubahan output yang besar atau penyimpangan jarum penunjuk yang besar. Satuan sensitivitas: ohm/volt, secara umum sensitivitas ini hanya terdapat pada alat ukur voltmeter dimana tahanan dalam dari voltmeter tersebut besarnya adalah sensitivitas x dengan batas ukur voltmeter 4. Error (kesalahan): Error adalah kesalahan yang mungkin terjadi dalam pengukuran. Kesalahan = Error (), dapat dijabarkan dengan: =M- , dimana:

M = harga pengukuran T = harga sebenarnya ( hitungan teori) Kesalahan Relatif merupakan perbandingan antara besarnya kesalahan terhadap harga yang sebenarnya. Besar kecilnya error menunjukkan presisi dari alat ukur. Kesalahan Relatif (Rasio Kesalahan) dapat dijabarkan: r = ( / T) x 100% 5. Koreksi () Koreksi adalah besaran yang diperlukan untuk memperbaiki error yang terjadi dalam pengukuran. Koreksi dapat dijabarkan sebagai: =T-M Koreksi relatif (Rasio Koreksi) merupakan perbandingan antara besarnya koreksi terhadap nilai yang terukur r =(/M)x100

11

Pengukuran Besaran Listrik Dicky Arinanda Arifin ST,MT

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

Klasifikasi Alat Ukur Pada Standar IEC No. 13B-23, spesifikasi alat ukur diklasifikasikan menjadi 8 tipe, yaitu: 0,05; 0,1; 0,2; 0,5; 1; 1,5; 2,5; dan 5 Dalam pengaturan +/- 0,05%; +/- 0,1%; +/- 0,2%; +/- 0,5%; +/- 1%; +/- 1,5%; +/- 2,5%; dan +/- 5% secara relatif dari harga maksimumnya Pembagian kelas: Kelas 1 = 0,05; 0,1; 0,2 Kelas 2 = 0,5 Kelas 3 = 1,0 Kelas 4 = 1,5; 2,5; 5

Contoh: Sebuah ampere meter memiliki skala maksimum 3A, hasil pengukuran 0,6A, sedangkan nilai sebenarnya 0,62A. Rasio kesalahan relatif terhadap harga skala maksimal adalah: -0,02/3 = -0,7% Rasio kesalahan terhadap harga penunjuk: -0,02/0,6 = -3,3% Jadi alat ukur tersebut termasuk kategori kelas 1, sedangkan kesalahan pengukuran dalam praktek -3,3% Sebab-sebab kesalahan alat ukur: Medan magnetik dari luar Temperatur lingkungan Pemasanan internal Umur alat ukur Gesekan pada sumbu dan bantalan Letak alat ukur, tidak sesuai papan skala, contoh:

11

Pengukuran Besaran Listrik Dicky Arinanda Arifin ST,MT

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

Metode Koreksi 1. Inherent insensitivity: Alat ukur hanya peka terhadap sinyal yang ingin diukur, Sensor pada alat ukur telah dirancang untuk hanya mendeteksi suatu fenomena dalam spesifikasi tertentu. Contoh: Microphone ultra-sonic, hanya peka terhadap suara pada rentang frekuensi ultra-sonic (>20.000 Hz), suara yang memiliki frekuensi selain itu tidak dideteksi sebagai masukan terhadap sistem pengukuran. 2. High gain feedback: Alat ukur dapat mengkoreksi kesalahan dari perubahan konsidi alat ukur tersebut. 3. Calculated output correction: Error telah diketahui terlebih dahulu, koreksi dilakukan setelah diketahui besarnya sinyal terukur. Contoh: Pengukuran distribusi suara dari suatu speaker pada suatu aula. Keadaan akustik dari ruang tersebut sudah lebih dahulu diketahui sehingga saat melakukan pengukuran, pantulan suara yang seharusnya tidak terjadi akan dihilangkan karena kondisi pantulan sudah diketahui. 4. Signal filtering: Memakai filter untuk menghilangkan gangguan pengukuran. Sinyal yang

ditangkap oleh sensor akan difilter terlebih dahulu sebelum akhirnya memberikan defleksi pada alat ukur. Contoh:

5. Opposing inputs: Memberi input tambahan untuk menghilangkan gangguan

Ukuran Standar Kelistrikan Ukuran standar dalam pengukuran sangat penting, karena sebagai acuan dalam peneraan alat ukur yang diakui oleh komunitas internasional. Ada enam besaran yang berhubungan dengan kelistrikan yang dibuat sebagai standar, yaitu standar amper, resistansi, tegangan, kapasitansi, induktansi, kemagnetan, dan temperatur. 1. Standar ampere Menurut ketentuan Standar Internasional (SI) adalah arus konstan yang dialirkan pada dua konduktor dalam ruang hampa udara dengan jarak 1 meter, di antara kedua penghantar menimbulkan gaya = 2 10-7 newton/m panjang.

11

Pengukuran Besaran Listrik Dicky Arinanda Arifin ST,MT

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

2. Standar resistansi Menurut ketentuan SI adalah kawat alloy manganin resistansi 1 yang memiliki tahanan listrik tinggi dan koefisien temperatur rendah, ditempatkan dalam tabung terisolasi yang menjaga dari perubahan temperatur atmosfer. 3. Standar tegangan Ketentuan SI adalah tabung gelas Weston mirip huruh H memiliki dua elektrode, tabung elektrode positip berisi elektrolit mercury dan tabung elektrode negatip diisi elektrolit cadmium, ditempatkan dalam suhu ruangan. Tegangan elektrode Weston pada suhu 20C sebesar 1.01858 V. 4. Standar Kapasitansi Menurut ketentuan SI, diturunkan dari standart resistansi SI dan standar tegangan SI, dengan menggunakan sistem jembatan Maxwell, dengan diketahui resistansi dan frekuensi secara teliti akan diperoleh standar kapasitansi (farad). 5. Standar Induktansi Menurut ketentuan SI, diturunkan dari standar resistansi dan standar kapasitansi, dengan metode geometris, standar induktor akan diperoleh. 6. Standar temperatur Menurut ketentuan SI, diukur dengan derajat kelvin besaran derajat kelvin didasarkan pada tiga titik acuan air saat kondisi menjadi es, menjadi air dan saat air mendidih. Air menjadi es sama dengan 0 celsius = 273,160 kelvin, air mendidih 100C.

11

Pengukuran Besaran Listrik Dicky Arinanda Arifin ST,MT

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

Anda mungkin juga menyukai