Anda di halaman 1dari 10

KOMPETENSI PEMBENTUKAN KALIMAT PENDERITA AFASIA TIDAK LANCAR YANG DISEBABKAN OLEH STROK ISKEMIK*) Oleh Ikhwan M.

Said**) 1. PENDAHULUAN Bahasa adalah fungsi luhur yang paling utama bagi manusia selain fungsi daya mengingat, persepsi, kognisi, dan emosi. Kerusakan atau kelainan di otak dapat menimbulkan gangguan kemampuan berbahasa yang disebut afasia. Afasia adalah gangguan kemampuan berbahasa seseorang (baik lisan maupun tulis) yang disebabkan oleh gangguan atau kerusakan di otak (Kusumoputro, 1999: ). Kerusakan otak itu sendiri dapat disebabkan oleh berbagai ma!am penyakit, tetapi yang paling sering oleh penyakit gangguan peredaran darah di otak dan !edera otak (strok dan trauma) ("unus, 1999:#). $asih terbatasnya perhatian orang terhadap afasia (khususnya di %ndonesia) men&adi alasan ketertarikan penulis untuk mengka&inya selain gaya berbi!ara para penderita strok yang tampilan fisiologisnya berbeda dengan orang'orang normal. (eringkali orang mengira mereka mengalami gangguan ke&i)aan, padahal menderita afasia. *umlah penderita strok di tiga rumah sakit $akassar rata' rata ++ orang,bulan. (ekitar 1 hingga 1-. dari mereka itu dapat mengalami afasia, suatu &umlah yang dapat dikatakan !ukup besar ((aid, ++9: /). 0ntuk pengka&ian ini penulis hanya terfokus pada penderita afasia yang disebabkan oleh strok, khususnya strok iskemik ( nonhemorrhagic stroke = NHS). Afasia yang ter&adi pada mereka lebih disebabkan oleh adanya penyumbatan pada pembuluh darah sehingga penyaluran darah ke otak mengalami gangguan. 1engan kata lain, mereka akan mengalami gangguan berbahasa. Afasia dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai &enis menurut sudut pandang yang berbeda'beda. 0ntuk kepentingan ka&ian ini, penulis menga!u kepada penggolongan afasia berdasarkan tingkat kelan!aran 2erbal yang membedakan afasia lan!ar dan afasia tidak lan!ar ( fluent aphasia and nonfluent aphasia) (3oer)adi, 1999:14). 1i antara kedua &enis afasia tersebut, terpilih &enis afasia tidak lan!ar sebagai ob&ek ka&ian. (e&umlah hal menarik dapat kita ka&i melalui tuturan 2erbal para penderita afasia. (alah satu di antaranya adalah tingkat kelan!aran 2erbal yang sekaligus men&adi permasalahan yang ingin dibahas di sini. 0ntuk mengka&i se!ara mendalam tentang tingkat kelan!aran 2erbal mereka (termasuk penetapan &enis afasia apa yang diderita sesorang), peranan keenam modalitas bahasa (yaitu berbi!ara spontan, menamai, memahami, mengulang, memba!a, dan menulis) tak dapat diabaikan. 5al ini dirasa perlu untuk segera diungkap sehingga penulis memformulasikan &udul tulisan ini men&adi Kompetensi Pembentukan Kalimat Penderita Afasia Tidak Lancar yang Disebabkan oleh Strok skemik! . 1ari &udul ini diharapkan dapat men&a)ab pertanyaan 6Bagaimana tingkat kompetensi tiga dari enam modalitas bahasa (berbicara !"#$a#% &e#a&ai% dan &e&a'a&i) dalam pembentukan kalimat oleh penderita afasia78 (. TIN)AUAN TEORI A 9. *akobson (1941) mengatakan bah)a ahli bahasa harus bertanggung &a)ab dan sepatutnya mempunyai peranan dalam penyelidikan afasia. 3enemuan kekeliruan berbahasa pada afasia akan memberikan pandangan baru terhadap kaidah bahasa se!ara umum terutama oleh linguis dan neurolog. Ada beberapa ka&ian yang perlu dikemukakan berkaitan dengan penyelidikan yang akan dilakukan. (alah satu di antaranya adalah *.%. :ummings. :ummings ( ++4:/) mengatakan bah)a afasia merupakan gangguan semua kemampuan bertutur, yaitu: (1) gangguan pertuturan dan pengenalan simbol, ( ) kehilangan kemampuan membuat, menyatakan, dan menghasilkan perkataan, (#) gangguan memba!a dan menulis, (;) bukan merupakan gangguan mekanisme neuromuskuler tuturan, misalnya disartria (!adel), dan (-) bukan gangguan intelektual, misalnya demensia. <ebih lan&ut, beliau menyatakan bah)a sindrom afasia dapat menentukan letak gangguan di otak, yaitu dengan mengka&i tanda atau ge&ala yang ====================

") makalah disa#ikan dalam Konferensi Linguistik Tahunan Atma $aya %& Sabtu& '( April ')*) "") Dosen +akultas Sastra ,ni-ersitas .asanuddin& /akassstraar0 disebabkan oleh penyakit atau kelainan.Adanya sindrom afasia pada seseorang penderita menun&ukkan suatu gangguan di hemisfer otak kiri yang se!ara fisik banyak berkaitan dengan adanya ke!ekatan tangan kanan (righthander). 3engka&i lain yang perlu dikemukakan ialah (usan >. Kohn. (elain mengkhususkan perhatian kepada aspek fonologi para penderita afasia, ada pernyataan penting dari Kohn yang dapat di&adikan dasar penyelidikan ini, yaitu 6tidak semua maksud dapat dikenali pada pertuturan spontan, banyak pertuturan yang dapat dikumpulkan tetapi banyak yang tidak logik8 ((astra, ++-:/+). (elain kedua pakar di atas, ada satu tin&auan yang patut dikemukakan, yakni (heila >. Blumstein. %a telah menyelidiki dan men&elaskan berbagai perkara yang berkaitan dengan afasia. 1i samping melakukan penyelidikan yang terfokus pada bidang fonologi seperti halnya Kohn, ia &uga memperkuat temuan <e!ours dkk (1941). Blumstein telah menyelidiki pula tentang pertuturan para penderita afasia yang dirangkumnya dalam 6?eurolingisti!s: An O2er2ie) of <anguage @ Brain8 (199;). Berkaitan dengan penyelidikan ini, temuan Blumstein tentang pertuturan, khususnya mengenai pembentukan kata &uga dapat men&adi dasar a!uan. Blumstein mengatakan bah)a penderita afasia masih mampu menghasilkan kata'kata tunggal bermakna )alaupun tidak sefrek)entatif kata'kata &argon (leksikon yang tidak bermakna) (Blumstein, 199;:19). *. METODE PENELITIAN 3enelitian dilaksanakan se!ara +r,ei -e .ri!$i/ a#a0i$i. melalui metode kohort (cohort), yaitu metode penelitian epidemologik yang digunakan untuk mempela&ari dinamika korelasi antara faktor' faktor resiko dan efek, dengan model pendekatan longitudinal ke depan, pendekatan prospekstif (3ratiknya, ++#:1/;). $elalui pendekatan ini, penulis dapat mengetahui tingkat perkembangan kompetensi ketiga modalitas bahasa oleh penderita afasia tidak lan!ar. (e!ara keseluruhan penelitian ini mengambil lokasi Kota $akassar. (e!ara khusus dilakukan di tiga rumah sakit (9(. Aahidin (udirohusodo, 9( <abuang Ba&i, dan 9( 3usat (tok 1adi). Aaktu pelaksanaannya enam bulan (Bebruari s.d. *uli ++9). (ebanyak #+ orang informan men&adi sampel penelitian yang harus memenuhi kriteria %nklusi (positif strok iskemik, positif afasia tidak lan!ar, ber&enis kelamin lelaki dan perempuan, berusia #- s.d. 4- tahun, menyatakan tidak berkeberatan disertakan dalam penelitian, dan dapat berbahasa %ndonesia). 3enentuan sampel dilakukan dengan teknik purposif atau emergent Cmen!uatD (Al)asilah, ++#:4 ) dengan rasio yang !ukup proposional. Eerhadap ke'#+ sampel tersebut dilakukan pengambilan data se!ara bertahap masing'masing tiga kali. Eahap 1 adalah masa akut (yaitu 1; hari terhitung se&ak serangan strok). Eahap adalah satu minggu pas!aakut. 0ntuk Eahap # dilakukan satu bulan setelah Eahap . 3enggunaan teknik inter2ie) ()a)an!ara) tak terstruktur dan instrumen men&adi pilihan dalam pengumpulan data di samping teknik elisitasi (peman!ingan). (elain itu, teknik perekaman akan sering digunakan se!ara bersamaan dengan tu&uan pada saat pengolahan datanya masih dapat didengar kembali tuturan mereka. 1ata yang telah diperoleh diberikan skor melalui dua bentukF (1) skor kasar yaitu &umlah poin yang diperoleh penderita (+ @ 1+) dan ( ) skor norma, yaitu skor yang memberi ukuran penilaian perkembangan kompetensi dengan meru&uk ke Ees EA1%9 yakni dengan menggunakan - angka seperti berikut: Kategori 1 G tidak mungkin (sama sekali tak ada kemampuan bertutur G tak berkompetensi) (+ poin) Kategori G sangat terganggu (1 @ # poin) Kategori # G terganggu (; @ H poin) Kategori ; G sedikit,agak terganggu (4 @ 9 poin) Kategori - G normal (1+ poin) (emua data yang diperoleh dianalisis se!ara kuantitatif dan kualitatif. (emua analisis dilakukan dengan menggunakan 3rogram (3(( 2ersi 1-,+. (etelah selesai analisis kuantitatif, interpretasi segera dilakukan sebagai )u&ud analisis kualitatif. 1. HASIL DAN PEMBAHASAN 1) K"&!e$e# i Pe&be#$+.a# Ka0i&a$ 2a#3 Di-a ar.a# a$a Berbicara S!"#$a# 4BS)

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bah)a dari #+ orang sampel terdistribusi ke dalam .a$e3"ri 1 sebanyak / orang ( H,4.) pada Eahap 1, H orang ( +.) pada Eahap , dan orang (H,4.) pada Eahap #. 0ntuk .a$e3"ri ( terdiri atas + orang (HH,4.) pada Eahap 1, + orang (HH,4.) &uga pada Eahap , dan H orang ( +.) pada Eahap #. Ka$e3"ri * terdiri atas orang (H,4.) pada Eahap 1, ; orang (1#,#.) pada Eahap , dan 1/ orang (H+.) pada Eahap #. Eidak ada penderita afasia yang men!apai .a$e3"ri 1 pada Eahap 1 dan Eahap , nanti pada Eahap # didapat ; orang (1#,#.). Kemudian, untuk .a$e3"ri 5 sama sekali tidak ada hingga Eahap #. $engamati perubahan distribusi frekuensi dari tahap ke tahap dan dari kategori ke kategori seperti di atas dapat dipahami sebagai adanya perkembangan kompetensi pembentukan kalimat yang didasarkan atas berbi!ara spontan bagi penderita afasia tidak lan!ar. 0ntuk .a$e3"ri 1 yang pada Eahap 1 ber&umlah / orang (misalnya), se!ara berangsur'angsur berkurang pada tahap'tahap berikutnya. 1emikian &uga halnya dengan .a$e3"ri ( yang meskipun tidak berkurang pada Eahap tetapi menurun drastis pada Eahap #. 0ntuk .a$e3"ri 1 yang pada tahap 1 dan Eahap belum ada, pada Eahap # terdapat ; orang (1#,#.). 0ntuk lebih &elasnya dapat dilihat pada tampilan Eabel 1 berikut.

Grafik Perkembangan Kompetensi Pembentukan kalimat berdasarkan erbi!ara Spontan " S)

(esuai dengan pengklasifikasian kategori bah)a .a$e3"ri 1 bermakna Ctak ada kompetensiD. Artinya, mereka yang berstatus pada kategori ini belum dapat menun&ukkan kemampuan terhadap ketiga modalitas bahasa yang dites (termasuk berbi!ara spontan) seperti ini. Berdasarkan Eabel 1 di atas diketahui adanya perkembangan kompetensi para informan. $isalnya, dari / orang berstatus .a$e3"ri 1 pada Eahap 1 naik ke .a$e3"ri ( pada Eahap sehingga pada tahap ini tersisa H orang. Kemudian, ; dari H orang pada Eahap tersebut naik .e .a$e3"ri ( setelah memasuki Eahap# sehingga pada tahap ini tersisa orang yang masih berstatus .a$e3"ri 1. 3erubahan seperti ini &elas menandakan sebagian besar mereka mengalami peningkatan kompetensi. (atu minggu pas!aakut (Eahap ), (t9 dan (t$ sudah dapat memberikan sedikit informasi dalam bentuk kalimat'kalimat pendek dan tidak lengkap. $isalnya: (t9 : IsayaJbau::n JKam (sambil menggelengkan kepalanya)L. M ,(aya bangun &amJ, ItidaNJtidaN ada (geleng kepala)JnontonKiL. ,EidakJtidak ada, nontonJ,. I!OpaNJ baunJsubuh. tidak...ada bantuJ!u!ukuL.

(t$ :

,:epat, bangun subuh. Eidak ada, bantu !u!uku,. Eerdapat + orang berstatus .a$e3"ri ( pada Eahap 1. 1ua di antara mereka naik ke .a$e3"ri * ketika memasuki Eahap . $emasuki Eahap #, perkembangan kompetensi pembentukan kalimat mereka sangat bagus karena 1- di antaranya meningkat ke .a$e3"ri * dan # orang bahkan melompat ke .a$e3"ri 1. Berikut ini !ontoh penuturan mereka. Ta'a! 16 $AP : IbaunJpagiJtak tOntu kumpulJkukumpul anakJlatihL. ,Bangun pagi tidak tentu. $engumpulkan anak'anak (anggota teater) berlatih,. BA : Ilama sudahJsaya sudahJpQnsiun.yahJolah ragaJ KalanKalanJpagiL. M ,<ama, sudah saya sudah pensiun. "a, olahraga &alan'&alan pagi,. Ta'a! (6 (1g?g : Itidak boleh bOrKaJtidak boleh kOrKaJdilaraRka. dimarai: JmanantukuL ,Eidak boleh beker&a, dilarang. 1imarahi menantuku,. A9 : IbiasaJke kantor &alakaJkakiJ &alakaki. SapeNJ !apeka.L M ,Biasa, ke kantor ber&alan kaki. :apek, !apek, >1 : Ibaun pagiJ baun pagiTa tohJratarata Kam Onam. sekalikali antar anaN keskolah. biasaTa ibuTa. naik pake motor. kada pOtQpOtQL. M ,Bangun pagi rata'rata pukul +H.++, (ekali'sekali antar anak'anak ke sekolah. Biasa pakai sepeda motor. Kadang'kadang naik angkot, 51g9 : Iapa itu aktifita7 ohJ7biasa&i baun &a&a lima subuh.kan malasKaka kerKakerKa ka sendiri disiniL. mauki alatoh7

M ,Apa itu akti2itas7 OhJ biasa bangun'bangun pukul lima karena mau shalat (subuh) toh7 $alas (saya) beker&a karena saya (tinggal) sendiri di sini (rumah),. 0ntuk .a$e3"ri * benar'benar tampak perkembangan kompetensi berbi!ara spontan pada tingkat pembentukan kalimat yang diperoleh mereka. 3ada Eahap 1 hanya ber&umlah orang (H,4.), terus meningkat men&adi ; orang (1#,#.) pada Eahap . Kemudian pada Eahap #, &umlah men&adi &auh lebih besar, yaitu 1/ orang (H+.). 3eningkatan hebat &uga ter&adi pada Eahap # karena ada ; orang (1#,#.) yang berstatus .a$e3"ri 1 (sebagaimana dapat kita lihat pada !ontoh tuturan mereka di atas).

() K"&!e$e# i Pe&be#$+.a# Ka0i&a$ 2a#3 Di-a ar.a# a$a Me#a&ai 4MN) 5asil penelitian menun&ukkan bah)a untuk .a$e3"ri 1 Eahap 1 terdapat 19 orang (H#,#.), Eahap berkurang men&adi 1 orang (;+.), dan Eahap # tersisa ; orang (1#,#.). Ada penurunan distribusi frekuensi dari tahap ke tahap yang berarti pada kategori yang lebih tinggi akan berlaku sebaliknya, yaitu distribusi frekuensi yang meningkat dari tahap ke tahap. 5al ini tampak pada Eahap 1 terdapat 11 orang (#H,4.) dari #+ orang sampel yang berstatus .a$e3"ri ( dan meningkat men&adi 1/ orang (H+.) pada Eahap )alaupun memasuki Eahap # frekuensinya agak menurun kembali, yakni 1orang (-+.). 0ntuk .a$e3"ri * terdapat 1+ orang (1#,#.) yang baru di!apai pada Eahap #,

sedangkan pada Eahap 1 dan Eahap belum ada satu pun. 1emikian pula untuk .a$e3"ri 1% tidak di&umpai pada Eahap 1 dan Eahap . (etelah memasuki Eahap #, hanya terdapat 1 orang (#,#.) dari #+ orang sampel yang dapat men!apai .a$e3"ri 1 dan sama sekali tidak ada yang men!apai .a$e3"ri 5. 5al ini dapat diper&elas melalui tampilan Eabel berikut. .

Grafik Perkembangan Kompetensi Pembentukan Kalimat erdasarkan Menamai "MN)

Prafik pada Eabel di atas tetap memperlihatkan adanya perkembangan kompetensi menamai bagi penderita afasia tidak lan!ar. 3erkembangan terbanyak rata'rata ter&adi pada Eahap # karena pada tahap ini ada yang men!apai .a$e3"ri 1. (ementara pada Eahap perkembangan yang ter&adi berupa menurunnya distribusi frekuensi .a$e3"ri 1 dan meningkatnya .a$e3"ri (. $isalnya, pada Eahap 1, 4 dari 19 orang yang berstatus .a$e3"ri 1 naik ke .a$e3"ri ( dan hanya tersisa ; orang pada Eahap #. (atu lagi bukti bah)a pada Eahap ter&adi perkembangan, yaitu terdapat 4 dari 1 orang berstatus .a$e3"ri 1 meningkat ke .a$e3"ri ( ditambah dengan orang yang melompat ke .a$e3"ri * ketika memasuki Eahap #. 0ntuk .a$e3"ri (% pada Eahap 1 hanya terdapat 11 orang dan &umlahnya meningkat men&adi 1/ orang ketika memasuki Eahap . Ketika memasuki Eahap #, / orang dari ke'1/ orang yang berstatus .a$e3"ri ( meningkat ke .a$e3"ri *% selebihnya tetap berstatus .a$e3"ri (, ke!uali terdapat 1 orang yang &ustru menurun kembali ke .a$e3"ri 1 dan 1 orang yang kompetensi menamai tingkat kalimatnya melompat dari .a$e3"ri ( ke .a$e3"ri 1. 1engan demikian, yang men!apai .a$e3"ri * dan .a$e3"ri 1 hingga pada Eahap # masing'masing ber&umlah 1+ dan 1 orang. Berikut beberapa !ontoh pertuturan mereka yang memperlihatkan perkembangan kompetensi pembentukan kalimat. Ta'a! (: 9A : IduaJpoho kOlapaJbuahTa Kuga. rumah diJtQJtOahTaL ,(Ada) dua pohon kelapa dan buahnya &uga. (Ada) pula rumah di tengahnya (di antara kedua pohan kelapa), IpohonJkOlapa dua dOan rumahL. ,Ada dua pohon kelapa dengan rumah,. IanaN pOrQmpuan didiburuJdigigit anKiL. ,anak perempuan digigit an&ing,. IpopoJpOpoJpohon kOlapa. ya iniJiniJini rumahkan7L ,(Ada) pohon kelapa. (Apakah) yang ini rumah7,

$A :

*B : Ta'a! *6

$A :

Itak tau (sambil geleng'gelengkan kepalanya)L Ia::J(menggelengkan kepalanya)L.

9A :

Igambar pohon kelapaJ.bQrbuah. baTak buahTa. ada rumah pOndQ7L M ,(Ada) gambar pohon kelapa yang sedang berbuah. Banyak buahnya. Ada rumah pendek, IaT&i keKar anak. dia lariJtakutL. ,An&ing menge&ar anak'anak. 1ia lari dan takut,.

0K :

Isaya liat ada dua pohon kOlapa. rumahTa puTa satu pintu dan KQndOla. kOlapaTa seperti tagataga. ada Kuga buahTa. satu tiRgi satu pQndOkL. ,(aya melihat ada dua pohon kelapa. 9umahnya mempunyai satu pintu dan &endela. (3ohon) kelapanya seperti tangga'tangga. Ada &uga buahnya. "ang satu (berukuran) tinggi dan yang satu pendek,. IanaNanaN lari dikOKar anKi. perempuan orangTa. dia pakQ spatu hitamL. M ,Anak'anak berlari dike&ar an&ing. 3erempuan orangnya. 1ia memakai sepatu hitam,.

*) K"&!e$e# i !e&be#$+.a# Ka0i&a$ 2a#3 Di-a ar.a# a$a Me#a&ai Me&a'a&i 4MP) 5asil penelitian &uga memperlihatkan bah)a kompetensi memahami tingkat kalimat bagi penderita afasia untuk .a$e3"ri 1 pada Eahap 1 ber&umlah 1H orang (-#,#.), menurun men&adi 1# orang (;#,#.) pada Eahap , dan menurun drastis pada Eahap #. 3erubahan seperti ini &elas menun&ukkan adanya perkembangan yang sangat berarti bagi penderita afasia dalam hal memahami tingkat kalimat. 1ampak lebih lan&ut dari perubahan tersebut tampak pada peningkatan &umlah dari tahap ke tahap untuk kategori'kategori berikutnya. $isalnya, untuk .a$e3"ri ( pada Eahap 1 ber&umlah 1; orang (;H,4.) dan sedikit bertambah memasuki Eahap Belum ada penderita afasia yang berstatus .a$e3"ri * pada Eahap 1. $emasuki Eahap terdapat 1 orang (#,#.) sa&a, namun sampai pada Eahap # meningkat men&adi 9 orang (#+.), sebuah perkembangan yang sangat berarti. (elan&utnya, untuk .a$e3"ri 1 terdapat # orang (1+.) yang &uga diperoleh pada Eahap #. (eperti halnya pada modalitas'modalitas bahasa yang lain, kompetensi (modalitas bahasa) memahami pada tingkat kalimat bagi penderita afasia belum ada yang men!apai .a$e3"ri 5. Agar &elas bagaimana perkembangan grafik kompetensi mereka tentang memahami pada tingkat kalimat, dapat dilihat pada tampilan Eabel # berikut ini

Grafik Perkembangan Kompetensi Pembentukan kalimat erdasarkan Memahami "MP)

$elalui tampilan grafik di atas dapat diketahui bah)a telah ter&adi perkembangan kompetensi memahami pada tingkat kalimat bagi penderita afasia. 3erkembangan itu mulai tampak pada Eahap karena pada tahap ini sudah terdapat 1 orang yang berstatus .a$e3"ri *. Berbeda dengan kompetensi menamai yang baru diperoleh pada Eahap # untuk kategori yang sama . Ka$e3"ri 1 &uga sudah diperoleh pada Eahap #, tetapi belum ada untuk .a$e3"ri 5. (ebanyak # dari 1H orang pada Eahap 1 yang berstatus .a$e3"ri 1 mengalami peningkatan kompetensi memahami pada Eahap . (elebihnya tetap pada kategori semula. Akan tetapi, pada Eahap # ke'1# orang yang masih berstatus .a$e3"ri 1 tadi hampir semuanya meningkat ke .a$e3"ri (% ke!uali 1 orang bahkan # orang di antaranya langsung meningkat ke .a$e3"ri 1. 3erhatikan !ontoh tuturan mereka berikut. Ta'a! (6 (P A9 0K : : : Itidak, salahL. IbOtulL, IularL Isalah, pa7L, IyahJular, pa7L IsalahL, IularL, IagustusL IbOnarL, IpQTSuriL, IputOhL IsalahL, IbOnarL, ImarQtL

A$ : (B :

((emua tuturan di atas merupakan &a)aban atas pertanyaan yang ada dalam instrumen) Ta'a! *6 $9 : $A : B5 : IsallahL, IbOtulL IsalahL, IbOtulL, IpQnsilL IyaJdidiJsalahL, IyaJyah bOtulL

(ebanyak 1; orang pada Eahap 1 berstatus .a$e3"ri ( belum meningkat kompetensi memahami mereka ketika sampai pada Eahap , ke!uali 1 orang sehingga pada Eahap &umlah mereka yang berstatus .a$e3"ri ( men&adi 1H orang setelah ditambahkan dengan mereka yang # orang dari .a$e3"ri 1 tadi. Ketika memasuki Eahap #, separuh dari ke'1H orang mengalami peningkatan dengan rin!ian H

orang meningkat ke .a$e3"ri * dan berikut. Ta'a! (6 AB 1( : IsalahL, IbOtulL

orang langsung meningkat ke .a$e3"ri 1. 3erhatikan !ontoh

: Ibayi lObih kO!ilL, IbOtulL, IpQTSuriL

(1g?g : Ibayi ya kOSilL, IpakOp diba)ah marosL, IaprilL $As : IsalahL, IbOtul pakOpL

Ta'a! *: AB 1( : IsalahL, IbOtulL, IpQTSuriL, IputihL, IpQnsilL : Ibayi ya kOSilL, IbOtulL, IpQTSuriL, IkamisL, IrabuL

(1g?g : Ibayi lebih keSilL, IbOnarL, IpQTSuriL, IputihL, IpQnsilL $As : IsalahL, IbOtulL, IpQTSuriL IpQnsilL

0ntuk .a$e3"ri * hanya terdapat 1 orang. %tu pun didapat pada Eahap . (e!ara meyakinkan, satu orang pada Eahap # men&adi meningkat kompetensi memahaminya sampai ke .a$e3"ri 1 bersama' sama. *a)aban mereka nyaris sempurna meskipun ada beberapa kata yang tidak keluar se!ara spontan. 3erhatikan !ontoh berikut. >1 BA Ad( : : IsalahL, IbOtulL, IpQTSuriL, IularL, IrabuL, IsebOlasL, IKuniL, IputihL, IpQnsilL : IsalahL, IbOtulL, IpQTSuriL, IularL, I&umNatL, IduatuKuhL, IputihL, IpQnsilL IsalahL, Ibetul, bOnar takalarL, IeJpoJpQnSuriL, IularL, IseJsQnJsOninL, IputihL, IpQnJpQnsil tulisL

5. PENUTUP 1ari uraian di atas dapat ditarik dua kesimpulan, yaitu kesimpulan se!ara umum dan kesimpulan se!ara khusus. (e!ara umum dapat disimpulkan bah)a didasarkan atas tiga modalitas bahasa yang dika&i (berbi!ara spontan, menamai, dan memahami) dapat diketahui perkembangan kompetensi pembentukan kalimat penderita afasia tidak lan!ar rata'rata berkembang dari )aktu ke )aktu (dari tahap ke tahap). (elain itu, se!ara kategorial taraf penguasaan modalitas mereka rata'rata berada pada .a$e3"ri * 4$er3a#33+). (e!ara khusus dapat disimpulkan bah)a di antara ke'#+ orang penderita afasia tidak lan!ar yang di&adikan sampel tidak ada yang memiliki kompetensi sekaligus ketiga modalitas bahasa yang dika&i. $ereka saling melengkapi, &ika sebagiannya menon&ol pada kompetensi berbi!ara spontan, sebagian yang lainnya akan menon&ol pada kompetensi menamai dan atau memahami. 1isimpulkan pula bah)a di antara ketiga modalitas yang dika&i tersebut, &e#a&ai merupakan modalitas tersulit di!apai oleh mereka karena hingga Eahap # hanya satu informan yang dapat men!apai .a$e3"ri 1 4a3a. $er3a#33+), sedangkan modalitas berbicara !"#$a# dan &e&a'a&i lebih tinggi tingkat perkembangan kompetensinya.

DAFTAR PUSTAKA Aliah, Amiruddin. 199/. 63roblemati! and $anagement of the A!ute %s!hemi! and 5emorrhagi! (troke.8 ($akalah disampaikan dalam 3ertemuan %lmiah Berkala U% BK05). Bakultas Kedokteran 0nhas, $akassar. Al)asilah, A. :haedar. ++#. Pokoknya Kualitatif1 Dasar2dasar /erancang dan /elakukan Penelitian Kualitatif0 3et0 0 3ustaka *aya, *akarta. Basir, 5asma)aty. ++ . 6Baktor 3rognostik Afasia Berdasarkan Eadir pada 3enderita (trok Akut di Beberapa 9umah (akit 3endidikan di Kota $akassar.8 (Eesis 3as!asar&ana 0ni2ersitas 5asanuddin). 3rogram 3as!asar&ana 0nhas, $akassar. Basso, Anna. ++#. Aphasia and its Therapy0 OVford 0ni2ersity 3ress, ?e) "ork. Blumstein, (heila >.. 199;. 6?eurolinguisti!: An O2er2ie) of <anguage @ Brain8 dalam Language1 Psychological and 4iological Aspects& ed. B.*. ?e)meyer, pp. 1+' #H. :ambridge 0ni2ersity 3ress, :ambridge. :umming, <ouis. ++4. Pragmatik& Suatu Perspektif /ultidisipliner. (3ener&emah: >ti (etia)ati dkk.). 3ustaka 3ela&ar, "ogyakarta. 1ard&o)id&o&o, (oen&ono. (>d.). 1991. Linguistik 5eurologi0 (1alam 3><<BA ;). <embaga Bahasa 0nika Atma *aya, *akarta. 1harmaper)ira'3rins, 9eni %.%.. +++. TAD 6: Tes Afasia untuk Diagnosis nformasi 6ehabilitasi . (Eer&emahan "ita 1harma'5illyard). Bakultas Kedokteran 0ni2ersitas %ndonesia, *akarta. Parraffa, $aria. ++/. 6$inimal (tru!tures in Aphasia: A (tudy on Agreement and $o2ement in a ?on' Bluent Aphasi! (peaker8 (Arti!le in 3ress dimuat dalam *urnal <ingua ?o. 1;4 ). ))).else2ier.!om,lo!ate,lingua. *akobson, 9oman. 1941. 6(tudies on :hild <anguage08 (*anua <inguarum (eries $inor 4 ). Ehe 5ague $outon, $outon. Kohn, (usan >.. 199#. 6(egmental 1isorder in Aphasia8 dalam Linguistics Disorders and Pathologies& ed. Perhard Blanken, *urgen 1ittmann, 5annelore Primm, *ohn :. $arshall, dan :laus A. Aalles!h pp. 194' +9. Aalter de Pruyter, ?e) "ork,Berlin.

Kusumoputro, Sidiarto. 1999. Esesmen Afasia. (Dimuat dalam Jurnal Neurona Vol. 16 No. 1 ! "al. !1 !#$. %er"impunan Do&ter Saraf 'ndonesia, Ja&arta.
3apagno, :ostanWa X Annalisi Penoni. ++;. 6Ehe 9ole of (ynta!ti! :ompeten!e in %diom :omprehensionF A (tudy on Aphasi! 3atients.8 (1imuat dalam $ournal of 5eurolinguistics *7 pp. #41'#/ ). ))).else2ier.!om,lo!ate,&neuroling. 3ratiknya, Ahmad Aatik, ++#. 1asar'dasar $etodologi 3enelitian Kedokteran dan Kesehatan. :et. Y. 9a&a Prafindo 3ersada, *akarta. 3oer)adi, Eroeboes. 1999. 61efinisi dan Klasifikasi Afasia.8 (1imuat dalam *urnal ?eurona Yol. 1H ?+. 1' hal. 11' +). 3erhimpunan 1okter (araf %ndonesia, *akarta. (aid, %kh)an $. ++9a. 63erkembangan Kompetensi Berbahasa 3enderita Afasia Eidak <an!ar yang 1isebabkan oleh (trok %skemik8 (Disertasi). 3rogram 3as!asar&ana 0nhas, $akassar. ===========. ++9b. 63olarisasi (istem <eksikal pada Otak $anusia dari Aspek (emantik: Ka&ian Komparatif Eerhadap Kemampuan Bertutur 1ua 3enderita Afasia.8 ($akalah 1isa&ikan dalam (eminar (erumpun %Y 0K$ @ 0nhas di 0K$ $alaysia, ;'- *uli ++9).

(astra, Pusdi. ++-. 6>kspresi Yerbal 3enderita (trok dari (udut Analisis ?eurolinguistik8 (1isertasi). 0ni2ersiti 3utra $alaysia, $alaysia. (uhardiyanto, Eotok. ++H. 6Bagaimana Kata 1isimpan7 (tudi Eerhadap Akses <eksikal pada 3enderita Afasia8. (1alam <inguistik %ndonesia, *urnal %lmiah $<% Eahun ke' ; ?o. ). $<% @ "ayasan Obor %ndonesia, *akarta. "unus, (yafruddin. 1999. 6Anatomi dan (indromologi Afasia.8 (1imuat dalam *urnal ?eurona Yol. 1H ?+. 1' hal 1'1+). 3erhimpunan 1okter (araf %ndonesia, &akarta.

Anda mungkin juga menyukai