Anda di halaman 1dari 19

MEMAHAMI FAKTOR TIMBULNYA PENYAKIT TERKAIT DENGAN PERILAKU

(Faktor Genetik dan Faktor Perilaku) Mata Kuliah: Psikologi Umum

Disusun oleh: Anisa Pebriani Ayu Mallyya Hera Violita M. Untung Saputra Wisnu Prabowo Yosepha (I31112027) (I31112042) (I31112090) (I31112015) (I31112024) (I31112095)

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Tahun 2012

MEMAHAMI FAKTOR TIMBULNYA PENYAKIT TERKAIT DENGAN PERILAKU Timbulnya suatu penyakit dalam masyarakat tidak serta merta karena penyakit tersebut muncul begitu saja. Apalagi bila sebelumnya penyakit tersebut tidak pernah ditemukan pada masyarakat pendahulunya. Tentu ada faktor penyebab munculnya penyakit tersebut selain faktor lingkungan yang mendukung penyebaran penyakit tersebut. Diantara penyebab-penyebab timbulnya suatu penyakit selain faktor lingkungan adalah faktor perilaku dan sosial-budaya masyarakat. Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh dalam penyebaran penyakit karena ada sebagian penyakit yang timbul karena pola perilaku masyarakat yang dipengaruhi oleh kondisi sosial dan budayanya. Oleh karena itu, dengan mempelajari perilaku masyarakat beserta adat-istiadatnya diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam pengambilan kebijakan kesehatan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dan melakukan pengobatan bagi masyarakat yang telah terjangkit. Faktor-Faktor yang mempengaruhi perkembangan timbulnya penyakit terkait dengan perilaku: 1. FAKTOR GENETIK (TURUNAN) Turunan memilikiperanan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia lahir ke dunia ini membawa berbagai ragam warisan yang berasal dari kedua ibu-bapak atau nenekkakek. Warisan (turunan) tersebut yang terpenting, antara lain bentuk tubuh, raut muka, warna kulit, intelegensi, bakat, sifat-sifat atau watak dan penyakit. Warisan atau turunan yang dibawa nak sejak dari kandungan sebagian besar berasal dari kedua orang tuanya dan selebihnya berasal dari nenek moyang dari kedua belah pihak (ayah maupun ibu). Hal ini sesuai dengan hukum Mendel, yang dicetuskan Gregor Mendel (1857) setelah mengadakan percobaan engawinkan berbagai macam tanaman dikebunnya, antara lain sebagai berikut: a. Apabila bunga ros merah dikawinkan dengan putih, hasilnya bunga ros yang berwarna merah jambu

b. Apabila turunan tersebut (berwarna merah jambu) dikawinkan pada sesamanya (samasama berwarna merah jambu) maka hasilnya adalah: 50% berwarna merah jambu 25% berwarna merah 25% berwarna putih Hukum diatas diyakini berlaku juga untuk manusia. Angka persentase tersebut mengaandung arti warisan yang diterima anak tidak selamanya berasal dari kedua orang tuanya, tetapi dapat juga dari nenek atau kakeknya. Misalnya seorang anak memiliki sifat pemarah. Itu tidak dimiliki oleh ibu-bapaknya tetapi kakeknya. Beberapa contoh pengaruh genetik yang berpengaruh dengan sikap manusia, antara lain: a. Bentuk tubuh dan warna kulit Salah satu warisan yang dibawa oleh anak sejak lahir adalah mengenai bentuk tubuh dan warna kulit. Misalnya ada anak yang memiliki bentuk tubuh gemuk seperti ibunya, wajah seperti ayahnya, rambut keriting dan berwarna kulit putih seperti ibunya. Bila anak yang berpembawaan gemuk seperti ini, bagaimanapun susah hidupnya nanti, dia sukar menjadi kurus, tetapi sebaliknya sedikit saja ia makan, akan mudah menjadi gemuk. Demikin juga dengan rambut keriting, bagaimanapun berusaha untuk meluruskannya, akhirnya akan kembali menjadi keriting. Cukup besar pengaruh turunan (pembawaan) terhadap pertumbuhan jasmani anak. Bagaimanapun tingginya teknologi untuk mengubah bentuk dan warna kulit seseorang, namun factor turunan tdak dapat diabaikan begitu saja. b. Sifat-sifat Sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang adalah salah satu aspek yang diwarisi oleh ibu, ayah, atau nenek dan kakek. Bermacam-macam sifat yang dimiliki manusia, misalnya: penyabar, pemarah, kikir, pemboros, hemat dan sebagainya. Sifat-sifat tersebut dibawa manusia sejak lahir. Ada yang dapat dilihat atau diketahui selagi anak masih kecil dan ada pula yang diketahui sesudah ia besar. Misalnya sifat keras

(pelawan atau bandel) sudah dapat dilihat sewaktu anak masih berumur kurang dari satu tahun, sedangkan sifat pemarah baru dapat diketahui setelah anak lancar berbicara, yaitu sekitar 5 tahun. Sifat atau tabiat berbeda dengan kebiasaan. Sifat sangat sukar diubah, sedangkan kebiasaan dapat diubah setiap saat bila dikehendaki dengan sungguh-sungguh. Kebiasaan minum-minuman keras, mabuk, main judi, mencuri, dan sebagainya bisa diubah dan dibuag dari dari diri seseorang. Demikian pula dengan kebiasaan merokok, lambat bangun pagi, tidur siang,malas dan sebagainya. Semuanya dapat diubah dan ditukar dengan kebiasaan yang baik, seperti rajin, lincah, cepat bangun, jujur, suka menolong dan sebagainya. Sifat dan kebiasaan merupakan corak (warna) dari kepribadan seseorang atau suatu suku bangsa. Misalnya suku Jawa, memiliki sifat ramah, lucu, lugu dan sebagainya. Kebiasaan memakai kebaya dan kain batik oleh kaum wanitanya. Orang barat, memiliki sifat sombong, dinamis, suka berterus terang dan sebagainya. Sementara kebiasaan mereka selalu jalan bergegas, disiplin waktu, dan sebagainya. Para ahli psikologi telah membagi tipe-tipe manusia berdasarkan sifat yang dimilikinya. Salah satu pembagian yag dikemukakan oleh Edward Sparanger adalah: Manusia ekonomi Manusia teori Manusia sosial Manusia seni Manusia agama : Memiliki sifat hemat, rajin bekerja, dan sebagainya. : Suka berfikir, meneliti, dan sebagainya. : Suka menguasai dan memerintah. : Suka keindahan dan memiliki perasaan halus. : Suka mengabdi dan taat melaksanakan ibadah.

Untuk mengetahui sifat atau watak anak secara tepat dapat dilakukan dengan melakukan tes kepribadian. Namun, informasi yang diperoleh dari orang tua tentang sifat anak-anaknya merupakan bantuan yang sangat baik bagi guru. Mengetahui sifat atau watak anak mendalam, akan membantu guru untuk mendidiknya. Misalnya, anak yang penakut perlu dibangkitkan semangatnya agar menjadi berani mengemukakan pendapatnya. Demikian pula dengan anak

yang merasa mindernya, perlu dibangkitkan rasa harga dirinya agar jiwanya tidak semakin tertekan. c. Intelegensi Intelegensi adalah kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah. Kemampuan yang bersifat umum tersebut meliputi berbagai jenis kemampuan psikis seperti abstrak, berpikir mekanis, matematis, memahami, mengingat, berbahasa, dan sebagainya. Kemampuan umum atau intelegensi seseorang dapat diketahui secara lebih tepat dengan menggunakan tes intelegensi. Di sekolah yang tidak memiliki tes intelegensi, nilai rata-rata rapor murid dapat menjadi gantinya karena nilai rapor merupakan gambaran tentang kecerdasan umum setiap anak. Melalui rapor dapat diketahui tingkt kecerdasan anak dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya walaupun belum merupakan gambaran intelegensi yang standar. Untuk mengetahui tingkat intelegensi seseorang secara pasti harus digunakan tes yang standar. Adapun tes intelegensi yang standar antara lain: I. Tes Binet-Simon Ini adalah tes intekegensi yang pertama kali diciptakan oleh Alfred Binet dan Theodore Simon tahun 1908 di Perancis. Tes ini mulanya sangat sederhana dan hanya untuk anak-anak saja. Akhirnya mendapat sambutan baik dari para ahli, sehingga banyak yang menyempurnakannya. Para ahli yang merevisi tes Binet-Simon ialah Kuhlmanun tahun 1912 dan 1922, Lewis Termasn dari Stanford University tahun 1916, Mordan tahun 1932, dan David Merril tahun 1937. Dengan menggunakan tes intelegensi, dapat ditentukan tingkat kecerdasan atau inteligensi quotient (IQ) seseorang. Untuk mencari IQ rumusnya : IQ = (MA/CA) x 100 Keterangan :

MA (Mental Age atau Umur Psikis), yaitu berapa tahun uur yang normal dapat setingkat dengan kecerdasan anak yang bersangkutan. CA (Chronological Age atau Umur Kalender), yaitu umum anak yang sebenarnya menurut penanggalan (kalender). Dibawah ini dijelaskan arti dari angka IQ: 140 ke atas luar biasa cerdas (genius) 120 139 sangat cerdas (superior) 110 119 di atas normal 90 109 normal 80 89 dibawah normal 70 79 bordeline (garis batas) 50 69 debile 26 embicile 0 25 idiot II. Tes Wechsler Ini adalah tes intelegensiyang dibuat oleh Wechsler Bellevue tahun 1939. Tes ini ada 2 macam. Pertama untuk umur 16 tahun ke atas, yaitu Wechsler Adult Inteligence Scale (WAIS), dan kedua tes untuk anak-anak yaitu Wechsler Inteligence Scale for Children (WISC). Tes Wechsler meliputi dua sub yaitu verbal dan performance (tes lisan dan perbuatan atau keterampilan). Tes lisan meliputi pengetahuan umum, pemahaman, ingatan, mencari kesamaan, hitungan dan bahasa. Sedangkan tes keterampiln meliputi: Menyusun gambar Melengkapi gambar

Menyusun balok-balok kecil Menyusun bentuk gambar Sandi (kode angka-angka) Sistem scoring tes Wechsler berbeda dengan Binet-Simon. Jika Binet-Simon menggunakan skala umur maka Wechsler dengan skala angka. Pada tes Wechsler setiap jawaban diberi skor tertentu. Jumlah skor mentah itu dikonversikan menurut daftar tabel konversi sehingga diperoleh angka IQ. Persamaan tes Wechsler dengan Binet-Simon yaitu kedua tes tersebut dilaksanakan secara individual (perorangan). Selain itu Binet-Simon dan Wechsler sebagaimana dikemukakan di atas masih ada lagi tes inteligensi lain yang dipergunakan, yaitu tes army alpha dan beta. III. Tes Army Alpha dan Beta Tes ini digunakan untuk mengetes calon-calon tentara di Amerika Serikat. Tes Army alpha khusus untuk calon tentara yang pandai membaca, sedangkan army beta untuk calon tentara yang tidak pandai membaca. Tes ini diciptakan pada mulanya untuk memenuhi keperluan yang mendesak dengan menyeleksi calon tentara waktu perang dunia II. Salah satu kelebihannya dibandingkan dengan tes Binet-Simon dan Wechsler adalah tes ini dilaksanakan secara rombongan (kelompok) sehingga meghemat waktu. IV. Tes Progressive Matrices Tes inteligensi ini diciptakan oleh L.S. Penrose dan J.C. Laven di Inggris tahun 1938. Tes ini dapat diberikan secara rombongan dan perorangan. Berbeda dengan Binet dan Wechsler, tes ini tidak menggunakan IQ tetapi menggunakan percentile. d. Bakat Bakat adalah kemampuan khusus yang menonjol di antara berbagai jenis kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan khusus itu biasanya berbentuk keterampilan atau suatu bidang ilmu, misalnya kemampuan khusus (bakat) dalam bidang seni musik, seni suara, olahraga, matematika, bahasa, ekonomi, teknik, keguruan, sosial, agama, dan sebagainya. Sesorang umumya memiliki bakat tertentu yang terdiri dari satu atau lebih kemampuan

khusus yang menonjol dari bidang lainnya. Tetapi ada juga yang tidak memiliki bakat serba ada, artinya hampir semua bidang ilmu dan keterampilan, dia mampu dan menonjol. Orang seperti itu tergolong istimewa dan sanggup hidup dimana saja. Bakat (kemampuan khusus) sebagaimana halnya dengan inteligensi merupakan warisan dari orang tua, nenek, kakek, dari pihak ibu dan bapak. Warisan dapat dipupuk dan dikembangkan dengan berbagai macam cara terutama dengan pelatihan dan didukung dana yang memadai. Sesorang yang memiliki bakat tertentu sejak kecilnya, namuntidak memperoleh kesempatan untuk mengembangkannya sebab tidak dapat berkembang. Hal seperti ini dikatakan bakat terpendam. Pada umumnya anak-anak mempunyai bakat dapat diketahui orang tuanya dengn memperhatikan tingkah laku dan kegiatan anaknya sejak dari kecil. Biasanya anak yang memiliki bakat dalam suatu bidang dia akan gemar sekali melakukan atau membicarakan bidang tersebut. Di sekolah, para guru dapat mengetahui, apakah muridnya memiliki bakat atau tidak, dengan melihat rapornya. Bila anak memiliki nilai yang istimewa dalam suatu mata pelajaran tertentu, berarti anak memiliki bakat pada mata pelajaran tersebut. Untuk mengetahui bakat seseorang secara pasti dapat dilakukan dengan menggunakan tes bakat. Beberapa tes bakat yang sudah dikenal antara lain: 1. Tes bakat DAT (Differential Aptitude Test) Melalui tes ini dapat diukur berbagai aspek kemampuan seseorang, yaitu: Kemampuan verbal (bahasa) Kemampuan berhitung (matematika) Berpikir abstrak Kemampuan mekanis Kecepatan dan keteitian 2. Tes bakat GATB (General Apility Bateray) Dengan tes ini dapat diukur: Kemampuan verbal Penguasaan bilangan Pemahaman ruang Pengamatan bentuk

Pengenalan tulisan Koordinasi gerak e. Penyakit atau Cacat Tubuh Beberapa penyakit atau cacat tubuh bisa berasal dari turunan, seperti penyakit kebutaan, syaraf, dan luka yag sulit kering (darah terus keluar). Penyakit yang dibawa sejak lahir akan terus mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak.

Sering kali dikatakan bahwa Manusia ditentukan oleh garis keturunannya. Mereka katakan bahwa orang tua tidak hanya menurunkan sifat-sifat lahiriah pada si anak, namun juga bisa melahirkan karakter si anak yang mencakup sisi kebaikan dan keburukan. Dan yang terpenting yang dibahas oleh para psikolog disini, adanya sebuah perubahan kepribadian (karakter), Cattel berkeyakinan, satu pertiga perubahan kepribadian dipengaruhi oleh faktor genetik dan dua pertiga yang lain dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Namun E. Fromm tidak menyakini bahwa karakter akan statis dimasa usia lima tahun, dan kenyataan selanjutnya bahwa karakter manusia bisa mengalami perubahan. Namun kita katakan bahwa faktor genetik bukanlah sebuah faktor yang menghalangi pengaruh pendidikan. Oleh karenanya, kita tidak melihat dan tidak pula mendengar seorang ibu melarang anaknya untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran, dia akan mempermasalahkan terhadap apa yang diinginkan anaknya atas keberhasilan, bahwasannya pasti tidak akan tercapai, dikarenakan ia beranggapan bahwa si anak telah terwarisi sifat dan akhlaknya. Jadi, selain faktor genetik sebagai faktor yang berpengaruh, juga terdapat faktor lainnya yang sangat bekerja aktif pada diri manusia, diantara yang terpenting adalah: pendidikan, kondisi keluarga, masyarakat, ekonomi, budaya, makanan, udara, iklim dan sebagainya. Dari faktor-faktor tersebut dapat disingkat dengan sebuah kata, yaitu: lingkungan. Oleh karenanya, pengaruh sifat perubahan lingkungan yang ada pada diri manusia ada dua bentuk pemisalan: 1. Sifat dan kriteria yang nampak dalam bentuk kemampuan dan kesiapan manusia, seperti:penyakit TBC, seorang anak yang dilahirkan dari orang tua yang berpenyakit demikian, akan berpotensi pula akan terserang penyakit tersebut. Akan tetapi jika anak tersebut sudah

dipisahkan sejak lahirnya dan dipindahkan ke lingkungan yang sehat, maka memperoleh kesehatannya. 2. Anak yang dilahirkan melalui asal usul genetik yang baik, maka perkembangan anak tersebut nantinya akan beradaptasi dengan lingkungan dimana ia tinggal. Jika ia tinggal dalam lingkungan yang kurang mendukung, maka kemampuannya pun akan pudar. Begitu juga sebagai sesuatu yang mungkin melalui pengaruh iklim dan makanan dapat merubah kondisi badan bagi manusia. Sebagaimana akhlak dan adat setempat dalam sebuah lingkungan akan membuat perubahan pada tingkatan ruh dan kejiwaan manusia. 2. FAKTOR PERILAKU Faktor perilaku adalah faktor yang berasal atau bersumber dari perilaku atau kebiasaan yang di lakukan dalam kehidupan manusia. Faktor ini dapat menimbulkan hal positif dan juga hal negatif. Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika. Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh di salahartikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial. Dalam kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya dipelajari untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat timbulnya masalah kesehatan. Faktor-faktor Yang mempengaruhi Perilaku Sebagai petugas kesehatan masyarakat, tentu kita sangat paham, bahwa keberhasilan mencapai target, keberhasilan pelaksanaan suatu program banyak dipengaruhi dan ditentukan oleh faktor perilaku. Kita dapat mengambil contoh di antaranya, program peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Beberapa program terkait itu, misalnya peningkatan akses jamban masyarakat,

peningkatan peran serta masyarakat pada gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), dan lain sebagainya, menempatkan faktor perilaku masyarakat sebagai hambatan utama mencapai target. Diantara alasan pembenar yang sering diungkapkan (atas kegagalan mencapai tujuan), bahwa merubah perilaku seseorang memang sulit, diperlukan waktu panjang (bahkan beberapa generasi untuk melakukannya). Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku manusia 1. Genetika 2. Sikap adalah suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang terhadap perilaku tertentu. 3. Norma sosial adalah pengaruh tekanan sosial. 4. Kontrol perilaku pribadi adalah kepercayaan seseorang mengenai sulit tidaknya melakukan suatu perilaku. Benjamin Bloom, seorang psikolog pendidikan, membedakan adanya tiga bidang perilaku, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Kemudian dalam perkembangannya, domain perilaku yang diklasifikasikan oleh Bloom dibagi menjadi tiga tingkat:

Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya.

Sikap (attitude)

Sikap merupakan respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosiyang bersangkutan.

Tindakan atau praktik (practice)

Tindakan ini merujuk pada perilaku yang diekspresikan dalam bentuk tindakan, yang merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dansikap yang telah dimiliki. Selain itu, Skinner juga memaparkan definisi perilaku sebagai berikut perilaku merupakan hasil hubungan antara rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respon). Ia membedakan adanya dua bentuk tanggapan, yakni:

Respondent response atau reflexive response, ialah tanggapan yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Rangsangan yang semacam ini disebut eliciting

stimuli karena menimbulkan tanggapan yang relatif tetap.

Operant

response atau instrumental sebagai akibat

response,

adalah

tanggapan yang

yang timbul

dan

berkembangnya

oleh rangsangantertentu,

disebut reinforcing

stimuli atau reinforcer. Rangsangan tersebut dapat memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme. Oleh sebab itu, rangsangan yang demikian itu mengikuti atau memperkuat sesuatu perilaku tertentu yang telah dilakukan.

Berikut ini berapa referensi yang terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku seseorang. Terdapat beberapa tahapan yang dilalui, sehingga kita dapat mengalami perubahan perilaku. Tahap-tahap tersebut antara lain tahap mengetahui, memahami, mempraktekkan, merangkum, serta tahap evaluasi. 1. Pada tahap pertama, bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku adalah pengetahuan (knowledge). Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Komponen kognitif merupakan representasi yang dipercaya oleh individu. Komponen kognitif berisi persepsi dan kepercayaan yang dimiliki individu mengenai sesuatu kepercayaan datang dari yang telah dilihat, kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek. Sekali kepercayaan telah terbentuk, akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai yang dapat diharapkan dari objek tertentu. Namun kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak terlalu akurat. Kadang-kadang kepercayaan tersebut terbentuk justru dikarenakan kurang atau tiadanya informasi yang benar mengenai objek yang dihadapi. Seringkali komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan atau opini.

2. Tahap kedua adalah tahap memahami (comprehension), merupakan tahap memahami suatu objek bukan sekedar tahu atau dapat menyebutkan, tetapi juga dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek. 3. Tahap selanjutnya, tahap ketiga, tahap aplikasi (application), yaitu jika orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat mengaplikasikan prinsip yang diketahui pada situasi yang lain. 4. Sedangkan tahap ke empat merupakan tahap analisis (analysis), merupakan kemampuan seseorang menjabarkan dan atau memisahkan. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang sudah sampai pada tingkat analisis jika dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram pada pengetahuan atas objek tersebut. 5. Tahap ke lima adalah sintesis (synthesis). Tahap ini menunjukkan kemampuan seseorang untuk merangkum suatu hubungan logis dari komponen komponen pengetahuan yang dimiliki. Sintesis merupakan kemampuan untuk menyusun formulasi baru. Sedangkan tahap terakhir, berupa tahap evaluasi (evaluation). Tahap ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek. Sedangkan menurut Green faktor perilaku dibentuk oleh tiga faktor utama yaitu : 1. Faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai dan tradisi. 2. Faktor pemungkin (enabling factors), yaitu faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan antara lain umur, status sosial ekonomi, pendidikan, prasarana dan sarana serta sumber daya. 3. Faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors), faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku misalnya dengan adanya contoh dari para tokoh masyarakat yang menjadi panutan. Perilaku Sehat Menurut Becker konsep perilaku sehat ini merupakan pengembangan dari konsep perilaku yang dikembangkan Bloom. Becker menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga domain, yakni pengetahuan kesehatan (health knowledge), sikap terhadap kesehatan (health

attitude) dan praktik kesehatan (health practice). Hal ini berguna untuk mengukur seberapa besar tingkat perilaku kesehatan individu yang menjadi unit analisis penelitian. Becker

mengklasifikasikan perilaku kesehatan menjadi tiga dimensi : 1. Pengetahuan Kesehatan Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan, seperti pengetahuan tentang penyakit menular, pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait. dan atau memengaruhi kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan pengetahuan untuk menghindari kecelakaan.

2. Sikap terhadap kesehatan Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, seperti sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular, sikap terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau memengaruhi kesehatan, sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan sikap untuk menghindari kecelakaan. 3. Praktek kesehatan Praktek kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan terhadap penyakit menular dan tidak menular, tindakan terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau memengaruhi kesehatan, tindakan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan tindakan untuk menghindari kecelakaan.

Selain Becker, terdapat pula beberapa definisi lain mengenai perilaku kesehatan. Menurut Solita, perilaku kesehatan merupakan segala bentuk pengalaman dan interaksi individu

dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan. Sedangkan Cals dan Cobb mengemukakan perilaku kesehatan sebagai: perilaku untuk mencegah penyakit pada tahap belum menunjukkan gejala (asymptomatic stage). Menurut Skinner perilaku kesehatan (healthy behavior) diartikan sebagai respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang

memengaruhi kesehatan seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan 49kesehatan. Dengan kata lain, perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan.

PERILAKU DAPAT MENYEBABKAN PENYAKIT Beberapa perilaku berikut bisa membuat terjadinya berbagai penyakit, yaitu:

a) Makanan tidak higienis - bisa melukai limpa, lambung, dan usus, menyebabkan keracunan makanan dan menyebabkan parasit masuk dalam tubuh. b) Terlalu banyak makan - makanan tidak dicerna dengan benar akan merusak limpa dan lambung. c) Kelaparan berkepanjangan - menyebabkan kurang gizi, sirkulasi darah dan qi yang buruk, dan mengganggu perkembangan masa puber. d) Terlalu suka makan makanan dingin - mengurangi Yang dalam lambung dan limpa. Bisa menyebabkan rasa dingin ditungkai, diare dan sakit perut. e) Terlalu suka makan makanan panas- meningkatkan Yang dalam perut mengakibatkan napas bau, kehausan, sulit buang air besar, dll.

Kegiatan tubuh dan istirahat sangat terkait dengan keadaan kesehatan kita. a) Terlalu lelah terlalu memforsir fisik dan mental akan menyebabkan penyakit seperti kelelahan mental, pelupa, berat badan turun, insomnia, dan jantung berdebar. b) Terlalu malas gaya hidup bermalas malasan dan tidak aktif akan menyebabkan penyakit tertentu seperti kelesuan, kurang nafsu makan, stamina rendah dan berat badan meningkat.

Diharapkan itu akan terwujud dengan menghindari perilaku penyebab penyakit seperti yang tersebut diatas.

Kelelahan, stress, atau kekurangan latihan fisik Kerja fisik dan istirahat yang normal tidak akan menimbulkan penyakit, dan merupakan syarat dasar untuk membangun konstitusi serta mencegah penyakit. Kelelahan dan stress atau kekurangan latihan fisik dapat menimbulkan penyakit. Kelelahan dan stress berkepanjangan akan melemahkan Qi antipatogen dan mengakibatkan penurunan berat badan, malas, keengganan bicara, palpitasi, insomnia, pusing dan pandangan kabur. Kegiatan seks berlebihan akan melukai Qi ginjal, mengakibatkan gejala defisiensi seperti nyeri dan kelemahan dari daerah lumbal dan sendi lutut, pusing, tinnitus, impotensi, ejakulasi dini, kelemahan dan haid tidak teratur. Kehidupan yang tidak menyenangkan dan kekurangan latihan fisik dapat menganggu sirkulasi Qi dan darah, melemahkan fungsi limpa dan lambung, dan melemahkan daya tahan tubuh. Manifestasi klinis meliputi kelemahan tulang dan tendon, kurang tenaga, tidak nafsu makan, kelemahan, kegemukan, dan napas pendek pada waktu kerja, atau dapat pula menyebabkan penyakit lain. CARA MENGATASI PERILAKU YANG DAPAT MENIMBULKAN PENYAKIT Seperti yang telah di bahas, perilaku dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. Untuk itu, di sarankan kita untuk melakukan hidup sehat. Salah satunya, ikuti 7 jurus berikut ini dan dapatkan kualitas hidup yang lebih baik: 1. Udara bersih, paru-paru pun sehat Untuk terhindar dari gangguan pernapasan, hiruplah udara yang bersih dan sehat. Caranya, tidak perlu repot mencari udara pegungungan, udara pagi pun sangat baik bagi paru-paru Anda. Selain itu hindari pula udara tercemar, seperti asap rokok, asap kendaraan atau debu. Bersihkan rumah dan ruangan kerja secara teratur, termasuk perabot, kipas angin dan AC. 2. Banyak minum air putih Air putih adalah yang terbaik dari minuman apapun. Biasakanlah minum air putih 8-10 gelas per hari. Kebiasaan ini akan membantu menjaga kelancaran fungsi ginjal dan saluran kemih. Upayakan untuk minum air hangat di malam hari dan air sejuk (bukan air

es) di siang hari. Tambahkan juga sedikit perasan jeruk lemon atau jeruk nipis. Selain baik untuk menyegarkan diri, minuman ini sekaligus membantu mengeluarkan toksin dari dalam tubuh. 3. Konsumsi menu bergizi dan seimbang Pilihlah menu dengan gizi yang cukup, seimbang, dan bervariasi. Perbanyak konsumsi sayuran hijau dan buah yang mengandung banyak serat dan zat gizi yang diperlukan tubuh serat. Sebisa mungkin hindari junk food dan makanan olahan, serta kurangi konsumsi garam dan gula. Satu lagi, jangan lupa sarapan pagi! Karena sarapan pagi dapat menunjang aktifitas kita sepanjang hari. 4. Seimbangkan antara kerja, olahraga dan istirahat Kerja keras tanpa istirahat sama sekali tidak ada untungnya bagi Anda. Biasakan istirahat teratur 7-8 jam pada malam hari, dan jangan sering begadang atau tidur terlalu malam. Cobalah menggunakan waktu senggang untuk berolahraga ringan atau sekedar melemaskan otot-otot persendian. Dengan berolahraga 2 - 3 kali per minggu, selama 30 - 45 menit, cukup membuat tubuh bugar dan stamina prima. 5. Kontrol kerja otak Otak, seperti halnya tubuh kita, dia juga butuh istirahat. Jangan terlalu memberi beban terlalu banyak, karena otak pun memiliki memori yang terbatas. Lakukan kegiatan di waktu senggang yang membuat otak bekerja lebih santai, misalkan melakukan hobi yang menyenangkan, seperti melukis, membaca novel terbaru atau hanya sekedar mendengarkan musik. 6. Jalani hidup secara harmonis Manusia merupakan mikrokosmos yang harus mematuhi alam sebagai makrokosmos jika ia ingin tetap sehat. Lakukan semua itu sebagai upaya pencegahan dengan selalu mengingat nasihat orang bijak untuk membuat sumur sebelum timbul rasa haus. Gunakan akal sehat! Itu kuncinya, jangan mengorbankan hidup dengan menuruti kesenangan diri lewat kebiasaan hidup yang buruk dan beresiko. Misalkan, minumminuman keras, merokok atau menggunakan obat-obatan terlarang. Cobalah untuk menjalani hidup secara harmonis, sebisa mungkin perkecil resiko terjadinya stres emosional atau psikis.

7. Gunakan suplemen gizi Hanya jika perlu! Tubuh kita memerlukan antioksidan (beta-karoten), vitamin C, vitamin E, dan selenium. Semua zat ini dibutuhkan oleh tubuh untuk meningkatkan vitalitas dan memperpanjang usia harapan hidup. Untuk memperolehnya banyak cara yang bisa dilakukan.Selain mengkonsumsi makanan segar, bisa juga dengan cara mengkonsumsi suplemen kesehatan yang banyak dijual di pasaran. Sebaiknya, penggunaan suplemen makanan lebih dianjurkan sebagai terapi alternatif saja dengan mengutamakan jenis suplemen makanan yang sudah diteliti dan bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA Notoadmojo, S. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. PT Andi Offset. Yogyakarta. Luk Lukaningsih, Zuyina dan Bandiyah, Siti.2011.Psikologi Kesehatan.Yogyakarta:Nuha Medika http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_manusia http://yarobbi.com/artikel-kesehatan/teori-penyebab-penyakit-iii-faktor-perilaku

Anda mungkin juga menyukai