Anda di halaman 1dari 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Dasar 2.1 Larutan Larutan dapat didefenisikan sebagai campuran homogen dari dua zat atau lebih yang terdispersi sebagai molekul atau pun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Disebut homogen karena komposisi dari larutan begitu seragam (satu fasa) sehingga tidak dapat diamati bagian-bagian komponen penyusunnya meskipun dengan mikroskop ultra. Suatu larutan terdiri dari dua komponen yang penting. Biasanya salah satu komponen yang mengandung jumlah zat terbanyak disebut pelarut (solven). Sedangkan komponen lainnya yang mengandung jumlah zat sedikit disebut zat terlarut (solute). Pada umumnya larutan yang dimaksud adalah campuran yang berbentuk cair, meskipun ada juga yang berfasa gas maupun padat. Larutan yang berbentuk gas adalah udara yang merupakan campuran dari berbagai jenis gas seperti nitrogen dan oksigen. Sedangkan yang berbentuk padat adalah emas 22 karat yang merupakan campuran homogen dari emas dengan perak atau logam lain. Karena fasa larutan dapat berbentuk padat, cair, dan gas, berarti ada sembilan kemungkinan jenis larutan (Tabel 2.1). Diantara jenis-jenis larutan ini yang penting adalah larutan gas dalam cair, cair dalam cair, dan padat dalam cair (Yazid, 2005). Tabel 2.1 Kemungkinan jenis larutan Zat terlarut Gas Cair Padat Gas Cair Padat Gas Cair Padat (Yazid, 2005) Pelarut Gas Gas Gas Cair Cair Cair Padat Padat Padat Contoh O2, N2 dalam udara Uap air dalam udara I2 dalam udara O2, CO2 dalam air/darah Alkohol dalam air Garam dalam air N2 dalam paladium (Pd) Hg dalam Au Ag dalam Pb/Au

2.2

Kelarutan Suatu zat dapat larut dalam pelarut tertentu, tetapi jumlahnya selalu

terbatas. Batas itu disebut kelarutan. Kelarutan adalah jumlah zat terlarut yang dapat larut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu sampai membentuk larutan jenuh. Daya larut suatu zat berbeda-beda, tergantung dari sifat zat terlarut dan pelarutnya. Ada beberapa zat yang mudah larut, dan ada pula yang sukar larut. Biasanya kelarutan dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 ml atau per 100 g pelarut (Yazid, 2005). Sebutir kristal gula pasir merupakan gabungan dari beberapa molekul gula. Jika kristal gula itu dimasukkan ke dalam air, maka molekul-molekul gula akan memisah dari permukaan kristal gula menuju ke dalam air (disebut melarut). Molekul gula itu bergerak secara acak seperti gerakan molekul air, sehingga pada suatu saat dapat menumbuk permukaan kristal gula atau molekul gula yang lain. Sebagian molekul gula akan terikat kembali dengan kristalnya atau saling bergabung dengan molekul gula yang lain sehingga kembali membentuk kristal (mengkristal ulang). Jika laju pelarutan gula sama dengan laju pengkristalan ulang, maka proses itu berada dalam kesetimbangan dan larutannya disebut jenuh (Romdhoni, 2012).

2.3

Larutan Jenuh, Tak Jenuh, dan Lewat Jenuh Larutan jenuh adalah larutan yang telah mengandung zat terlarut dalam

jumlah maksimal, sehingga tidak dapat ditambahkan lagi zat terlarut. Pada keadaan ini terjadi kesetimbangan antara solut yang larut dan yang tak larut atau kecepatan pelarutan sama dengan kecepatan pengendapan. Larutan tak jenuh (unsaturated) adalah suatu larutan yang mengandung jumlah solut lebih sedikit (encer) daripada larutan jenuhnya. Larutan lewat jenuh (supersaturated) adalah suatu larutan yang mengandung solut lebih banyak (pekat) daripada yang ada dalam larutan jenuhnya pada suhu yang sama (Yazid, 2005).

2.4

Pengaruh Jenis Zat pada Kelarutan Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat saling

bercampur dengan baik, sedangkan zat-zat yang struktur kimianya berbeda umumnya kurang dapat saling bercampur (like dissolves like). Senyawa yang bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut polar, sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar. Contohnya alkohol dan air bercampur sempurna (completely miscible), air dan eter bercampur sebagian (partially miscible), sedangkan minyak dan air tidak bercampur (completely immiscible) (Romdhoni, 2012).

2.5

Pengaruh Temperatur pada Kelarutan Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi.

Misalnya jika air dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas yang keluar dari dalam air, sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi berkurang. Kebanyakan zat padat kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi. Ada beberapa zat padat yang kelarutannya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi, misalnya natrium sulfat dan serium sulfat. Pada larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara proses pelarutan dan proses pengkristalan kembali. Jika salah satu proses bersifat endoterm, maka proses sebaliknya bersifat eksoterm. Jika temperatur dinaikkan, maka sesuai dengan azas Le Chatelier (Henri Louis Le Chatelier:1850-1936) kesetimbangan itu bergeser ke arah proses endoterm. Jadi jika proses pelarutan bersifat endoterm, maka kelarutannya bertambah pada temperatur yang lebih tinggi. Sebaliknya jika proses pelarutan bersifat eksoterm, maka kelarutannya berkurang pada suhu yang lebih tinggi (Romdhoni, 2012).

2.6

Pengaruh Tekanan pada Kelarutan Perubahan tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair atau

padat. Perubahan tekanan sebesar 500 atm hanya merubah kelarutan NaCl sekitar 2,3 % dan NH4Cl sekitar 5,1 %. Kelarutan gas sebanding dengan tekanan partial gas itu. Menurut hokum Henry (William Henry: 1774-1836) massa gas yang melarut dalam sejumlah tertentu cairan (pelarutnya) berbanding lurus

dengan tekanan yang dilakukan oleh gas itu (tekanan partial), yang berada dalam kesetimbangan dengan larutan itu. Contohnya kelarutan oksigen dalam air bertambah menjadi 5 kali jika tekanan partial-nya dinaikkan 5 kali. Hukum ini tidak berlaku untuk gas yang bereaksi dengan pelarut, misalnya HCl atau NH3 dalam air (Romdhoni, 2012).

2.2 Aplikasi Kurva Kelarutan 2.2.1 Pembuatan Xylitol dari Tongkol Jagung Xylitol adalah senyawa organik yang tergolong gula dengan gugus hidroksi dengan formula (CHOH)3(CH2OH)2. Satu sendok teh xylitol mengandung 9,6 kalori tidak jauh dengan satu sendok teh gula tebu yang mengandung 15 kalori. Xylitol saat ini menjadi bahan pemanis yang tergolong bunga gula. Pemanfaatan xylitol semakin digemari karena sifatnya yang baik bagi kesehatan seperti mencegah kerusakan pada gigi dan dapat digunakan sebagai pemanis bagi penderita diabetes. Adapun bahan baku yang digunakan yaitu tongkol jagung. Tongkol jagung yang utuh dihancurkan menjadi potongan-potongan kecil dengan panjang maksimal 15 cm lalu dimasukkan ke dalam reaktor hidrolisis dengan keadaan operasi 90oC dan 1 atm. Di dalam reaktor ditambahkan katalis HCl 12% dari massa tongkol jagung. Produk dari reaktor adalah ampas tongkol jagung yang mengandung xylosa yang larut dalam asam. Ampas tongkol jagung tersebut kemudian dipisahkan dengan menggunakan filter press untuk mendapatkan xylosa yang masih mengandung asam klorida. Hasil keluaran dari filter press kemudian dilanjutkan ke flash drum untuk memisahkan asam klorida dan air dari campuran xylosa. Campuran xylosa lalu diumpankan ke reaktor hidrogenasi, di mana di dalam reaktor terjadi reaksi antara xylosa dengan gas hidrogen sehingga akan menghasilkan xylitol. Proses yang terjadi mempunyai keadaan operasi 150oC dan pada tekanan 30 atm dengan waktu operasi 1 jam. Katalis yang digunakan pada reaktor adalah katalis Ni. Keluaran dari reaktor lalu didinginkan dengan cooler sehingga suhu mencapai 60oC dilanjutkan ke filter press dan plate frame yang bertujuan untuk memisahkan katalis Ni dari campuran xylitol. Setelah katalis Ni dipisahkan, campuran xylitol dilanjutkan ke evaporator dengan temperatur 120oC

dan tekanan 1 atm untuk menguapkan air yang masih terkandung dalam campuran xylitol. Hasil dari evaporator berupa sirup xylitol yang kental. Xylitol diumpankan ke prilling tower hingga diperoleh produk xylitol yang berupa kristal padat dengan tingkat kemurnian 98%. Keuntungan proses hidrolisis xylitol ini antara lain : - Kemurnian dari xylitol mencapai 98% - Lama operasi lebih cepat dan memperoleh jumlah yang banyak - Biaya produksi lebih murah (Sander, 2011)

2.2.2 Flowchart Aplikasi Kurva Kelarutan : Pembuatan Xylitol dari Tongkol Jagung Mulai Tongkol jagung dihancurkan menjadi potongan-potongan kecil

Dimasukkan ke dalam reaktor hidrolisis dengan suhu 90oC dan tekanan 1 atm

Ditambahkan katalis HCL 12 %

Ampas tongkol jagung dipisahkan dengan menggunakan filter press dan dilanjutkan ke flash drum Campuran xylosa diumpankan ke reaktor hidrogenasi dengan suhu 150oC dan tekanan 30 atm selama 1 jam Ditambahkan katalis Ni

Keluaran dari reaktor didinginkan dengan cooler sehingga suhu mencapai 60oC dilanjutkan ke filter press dan plate frame

Campuran xylitol dilanjutkan ke evaporator dengan suhu 120oC dan tekanan 1 atm

Xylitol diumpankan ke prilling tower hingga diperoleh produk xylitol yang berupa kristal padat

Selesai Gambar 2.1 Flowchart Pembuatan Xylitol dari Tongkol Jagung (Sander, 2011)

Anda mungkin juga menyukai