Anda di halaman 1dari 5

Groups, Teams, and Their Leadership

1. Introduction Group dan tim berbeda hanya dari keterampilan, kemampuan, nilai-nilai, dan motif dari orang-orang yang terdiri di dalamnya. Group bisa menjadi sangat esensial jika pemimpinnya dapat berdampak melebihi perilaku mereka sendiri. Perspektif group melihat tentang bagaimana karakteristik group yang berbeda dapat mempengaruhi hubungan baik dengan atasan dan diantara bawahannya. 2. Individuals vs Groups vs Teams Anggota tim biasanya lebih memiliki perasaan/kesadaran yang lebih kuat untuk mengidentifikasi diantara mereka sendiri daripada anggota group. seringkali, anggota tim maupun orang luar dapat dengan mudah mengidentifikasi siapa dan siapa yang tidak dalam tim contohnya : seragam atlet. Mengindetifikasi anggota group/kelompok mungkin lebih susah. Tim memiliki tujuan atau pekerjaan yang sama anggota group/kelompok mungkin tidak memiliki kesepakatan yang sama tentang tujuan sebagai mana yang dilakukan oleh tim. Anggota group/kelompok mungkin masuk/ikut serta dalam group/kelompok dengan berbagai macam alasan pribadi, dan hal itu mungkin berbenturan dengan tujuan group/kelompok yang telah ditetapkan. Ketergantungan dalam melakukan tugas biasanya lebih besar pada tim dibandingkan dengan group Contohnya, pemain basket biasanya tidak bisa melakukan tembakan/menembak/shoot kecuali kalau anggota tim yang lainnya memberi operan/pass terhadap mereka. Sedangkan pada anggota group/kelompok seringkali dapat berkontribusi untuk mencapai tujuan dengan bekerja secara independen. Keberhasilan dalam mengerjakan tugas tidak bergantung pada anggota kelompok lainnya. Anggota tim seringkali memiliki tugas yang lebih berbeda dan khusus dibandingkan anggota group anggota group/kelompok sering memainkan berbagai macam peran dalam group/kelompoknya, namun anggota tim seringkali memainkan peran tunggal/utama dalam tim. Penting untuk diingat bahwa perbedaan tersebut hanya dilihat dari satu sisi. Pertimbangan yang lainnya adalah tim merupakan sebuah group/kelompok yg sangat khusus. 3. The Nature of Groups Group dapat dideskripsikan sbg dua atau lebih orang yang berinteraksi dengan satu sama lain sedemikian rupa sehingga setiap orang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh setiap orang yang lain. 3 aspek dari definisi ini sangat penting untuk mempelajari kepemimpinan

Definisi ini menggabungkan konsep pengaruh timbal balik antara pemimpin/atasan dan bawahan. Anggota kelompok berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. sehingga orang yang menunggu di halte bus tidak akan membentuk kelompok, karena ada umumnya tidak interaksi atau pengaruh antara berbagai individu. Definisi tidak membatasi individu untuk hanya satu kelompok. setiap orang adalah milik sejumlah kelompok yang berbeda. seseorang bisa menjadi anggota dari berbagai layanan, produksi, olahraga, agama, orang tua, dan kelompok relawan secara bersamaan. 4. Group size memiliki pengaruh baik terhadap atasan maupun bawahan. Muncul/timbulnya leader adalah sebagian fungsi dari group size Semakin besar jumlah orang dalam sebuah group/kelompok yang besar dibandingkan dengan kelompok kecil akan mempengaruhi probabilitas/kemungkinan munculnya seseorang sebagai seorang leader/pemimpin. Semakin besar sebuah group/kelompok, lebih besar kemungkinan cliques berkembang. Cliques adalah subgroup terdiri atas individu-individu yang seringkali berbagi tujuan, nilai-nilai, dan harapan yang sama. Karena cliques umumnya memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan anggota individu, maka mereka cenderung memberi pengaruh yang lebih besar terhadap kelompok yang lebih besar. Maka, pemimpin perlu untuk mengindetifikasi dan menangani cliques dalam kelompok mereka, karena banyak konflik intragroup merupakan hasil daripada cliques yang mempunyai nilai, tujuan, dan harapan yang berbeda. Group size juga dapat mempengaruhi leaders behavioral style Pemimpin dengan span of control yang besar cenderung untuk lebih mengintruksikan, menghabiskan sedikit/kurang waktu dengan bawahan, dan menggunakan lebih banyak pendekatan umum ketika mempengaruhi bawahan. Sebaliknya, Pemimpin dengan span of control yang kecil cenderung untuk menunjukkan perhatian yang lebih dan menggunakan lebih banyak pendekatan pribadi ketika mempengaruhi bawahannya. Group size juga dapat mempengaruhi efektivitas group Semakin besar sebuah kelompok, semakin besar kemungkinan akan terlibatnya berbagai keterampilan, nilai-nilai, persepsi, dan kemampuan yang berbeda diantara anggotanya. Juga, tentu saja akan lebih banyak people power yang tersedia untuk melakukan pekerjaan karena meningkatnya size group. 5. Batasan dari manfaat/keuntungan size (Limits to the benefits of size) Additive task : Sebuah tugas di mana output kelompok hanya melibatkan kombinasi output individu. Process loss : Inefisiensi yang dibuat oleh semakin banyak orang bekerja sama.

Social loafing : Fenomena berkurangnya usaha yang dilakukan oleh orang ketika mereka tidak secara individu bertanggung jawab atas pekerjaan mereka. Social facilitation : Orang meningkatkan tingkat kerja mereka karena adanya orang lain

6. Developmental stages of groups Forming ditandai dengan percakapan yang sopan, pengumpulan informasi dangkal tentang sesama anggota, dan kepercayaan yang rendah. penolakan kelompok pemimpin yang potensial muncul dengan karakteristik negatif juga terjadi selama tahap pembentukan. Storming biasanya ditandai dnegan konflik intagroup, meningginya tingkat emosional, dan status diferensiasi sebagai pesaing yang tersisa berjuang untuk membangun persekutuan dan memenuhi peran kepemimpinan kelompok. Norming kemunculan secara jelas seorang pemimpin dan pengembangan norma kelompok dan kekompakan. Performing ketika anggota group/kelompok memainkan peran yang fungsional, saling bergantung yang terfokus pada performance dari group tasks. 7. Group roles adalah sekumpulan tingkah laku yang diharapkan terkait pekerjaan atau posisi tertentu. Task Role Perilaku pemimpin ditandai awalnya dalam dua fungsi yang luas. Salah satunya dengan mendapatkan tugas. Relationship role Hubungan pendukung dalam kelompok kerja. Types of role problems : Dysfunctional roles Salah satu jenis masalah peran yg dapat menghambat performance kelompok. Cth : lebih mementingkan peran sendiri dibanding peran kelompok. Role conflict melibatkan penerimaan pesan bertentangan tentang perilaku yang diharapkan dan pada gilirannya dapat mempengaruhi emosional seseorang kesejahteraan dan kinerja. Intrasender role conflict ketika seseorang menerima sinyal tidak konsisten dari beberapa orang tentang perilaku yang diharapkan. Interrole conflict terjadi ketika seseorang tidak mampu melakukan semua peran itu seperti ia inginkan Person-role-conflict

ketika role expectations melanggar nilai-nilai seseorang. Role ambiguity seseorang menerima pesan yang jelas tentang ekspektasi/harapan, tetapi pesan tidak semuanya selaras. Pada role ambiguity, masalahnya adalah kurangnya kejelasan tentang seperti apakah ekspektasi/harapan itu. 8. Group Norms Norma adalah aturan informal yang diadopsi untuk mengatur secara tetap perilaku dari anggota kelompok. Norma menjadi penting dan tepat untuk dilaksanakan ketika : Memfasilitasi kehidupan anggota kelompok Mempermudah atau membuat lebih mudah diprediksi, perilaku apa yang diharapkan dari anggota kelompok. Membantu kelompok untuk menghindari masalah interpersonal memalukan. Mengekspresikan nilai sentral kelompok dan menjelaskan apa yang khas tentang identitas kelompok. Group Cohesion adalah perekat/lem yang membuat kelompok bersama-sama. Kelompok yang sangat kohesif berinteraksi dengan dan mempengaruhi satu sama lain lebih daripada kelompok yang kurang kohesif. Kekompakan yang lebih besar tidak selalu mengarah pada kinerja yang lebih tinggi. Kelompok yang sangat kohesif mungkin memiliki absensi yang lebih rendah dan lebih rendah omset. Kelompok yang sangat kohesif terkadang mengembangkan tujuan bertentangan dengan tujuan organisasi yang lebih besar itu. Overbounding : Kecenderungan kelompok yang sangat kohesif untuk mendirikan pagar atau batas-batas antara dirinya dan orang lain. Groupthink : Orang-orang dalam kelompok yang sangat kohesif sering menjadi lebih peduli dengan berjuang untuk kebulatan suara daripada obyektif menilai berbagai tindakan yang berbeda. Ollieism : Ketika tindakan ilegal yang dilakukan oleh bawahan yang terlalu bersemangat dan setia yang percaya bahwa apa yang mereka lakukan akan menyenangkan para pemimpin mereka 9. Effective Team Characteristics and Team Building Kunci untuk kinerja karakteristik tim yang efektif: Tim yang efektif memiliki misi yang jelas dan standar kinerja yang tinggi. Pemimpin tim yang efektif menghabiskan banyak waktu menilai keterampilan teknis dari anggota tim. Pemimpin yang baik bekerja untuk mengamankan/melindungi sumber daya dan peralatan yang diperlukan untuk efektivitas tim.

Para pemimpin yang efektif menghabiskan banyak waktu perencanaan dan pengorganisasian dalam rangka mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang tersedia. Tingginya kadar komunikasi membantu meminimalkan konflik interpersonal. Empat variabel yang perlu berada pada tempatnya bagi tim untuk bekerja secara efektif Task structure Group boundaries Norms Authority

10. Organizational Shells merupakan suatu komponen tim design yang dibentuk dari yang sudah ada sebelumnya yaitu kondisi dalam organisasi dimana tim ini dibentuk, dari industri dimana organisasi beroperasi, atau bahkan dari lingkungan dimana industri ini ada. Task : struktur tugas, jd masing-masing tim tahu apa tugasnya Boundary : batasan Norms Authority 11. Ginnets Team Leadership Model menyatakan bahwa efektivitas tim dapat dengan baik dipahami dalam hal inputs, processes, dan outcomes. Tahapan proses efektivitas kepemimpinan (TLM) Input terdiri dari karakteristik individual dari bawahan, desain dari tim itu sendiri, dan berbagai sistem organisasi yang menciptakan konteks di mana tim akan beroperasi. Process menyangkut cara di mana tim berperilaku sambil mengerjakan tugas-tugas mereka. Output apakah pelanggan dan klien puas dengan produk mereka, apakah tim mengalami peningkatan dan perkembangan sebagai performance unit, dan apakah bawahan puas menjadi anggota tim 12. Concluding Thoughts about Ginnetts TLM Leaders can influence team effectiveness by: Memastikan tim memiliki tujuan yang jelas dan kinerja yang diharapkan. Merancang atau mendesain ulang input stages variables pada tingkat individu, organisasi dan team design. Meningkatkan kinerja tim melalui pembinaan yang berkelanjutan. Hal ini seharusnya tidak hanya meningkatkan hasil tim tetapi juga membantu untuk menghindari banyak masalah yang dihasilkan tim yang dapat menyebabkan kinerja tim yang kurang optimal.

Anda mungkin juga menyukai