Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM FENOMENA DASAR MESIN

PUTARAN KRITIS

Oleh:
NAMA
NIM
KELOMPOK

: MUHAMMAD FAIZAL S
: 1007135523
: 15

LABORATORIUM KONSTRUKSI DAN PERANCANGAN


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU

OKTOBER,2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan praktikum Putaran Kritis ini tepat pada waktunya.
Shalawat beriring salam kita hadiahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad
SAW, karena beliaulah yang membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang
penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini.
Penulis

mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.


Penulis menyadari masih banyaknya kekurangan dalam laporan ini. Untuk
itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat

membangun demi kesempurnaan laporan ini untuk masa yang akan datang.

Pekanbaru, 10 Oktober 2013

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1Latar Belakang................................................................................................1
1.2Tujuan.............................................................................................................1
1.3Manfaat...........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................3
2.1Teori Dasar......................................................................................................3
2.1.1Definisi Putaran Kritis..............................................................................3
2.2Aplikasi...........................................................................................................8
BAB III...................................................................................................................10
METODOLOGI.....................................................................................................10
3.1Peralatan........................................................................................................10
3.2Prosedur Praktikum.......................................................................................12
3.3Asumsi-Asumsi.............................................................................................12
BAB IV..................................................................................................................13
DATA DAN PEMBAHASAN..............................................................................13
4.1Data...............................................................................................................13
4.2Perhitungan...................................................................................................13
4.3Grafik Perhitungan........................................................................................22
4.4Pembahasan...................................................................................................23
BAB V....................................................................................................................25
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................25
5.1 Kesimpulan .................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26

ii

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Dalam bidang konstruksi sifat material yang dapat terdefleksi
merupakan suatu hal yantg sangat menakutkan karena bila saja hal tersebut
terjadi maka struktur yang dibangun baik itu struktur statis maupun
dinamis akan roboh atau mengalami kegagalan. Hal tersebut tentu saja
akan membahayakan jika itu merupakan alat

yang berfungsi untuk

mengangkut orang atu ditempati banyak orang, oleh karena itu perlu
perencanaan yang sangat matang untuk membangun suatu struktur tertentu.
Begitu juga dengan poros, seperti poros turbin pada pembangkit daya
(powerplant) pada saat operasi dengan putaran tertentu poros akan
terdefleksi akibat berat rotor ataupun berat dia sendiri. Defleksi yang
paling besar terjadi pada putaran operasi itulah yang disebut dengan
putaran

kritis,

yang

dapat

membuat struktur poros tersebut gagal

sehingga dalam operasi dihindari kecepatan putar yang demikian. Oleh


karena itu perlu pengetahuan yang dalam mengenai putaran kritis ini.
1.2

Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui karakteristik poros dengan membuat grafik yang
menyatakan hubungan defleksi yang terjadi dengan posisi rotor untuk
berbagai tegangan.
2. Untuk mencari fenomena yang terjadi dengan berputarnya poros pada
tegangan yang telah ditentukan.
3. Mencari putaran kritis yang terjadi dengan berputarnya poros pada
variasi tegangan.

1.3

Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari praktikum putaran kritis kali
ini yaitu:
Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik poros, fenomena yang
terjadi pada poros pada berbagai tegangan dan putaran kritis yang terjadi
pada poros.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dasar
2.1.1

Definisi Putaran Kritis


Putaran kritis adalah batas antara putaran mesin yang
memiliki jumlah putaran normal dengan putaran mesin yang
menimbulkan getaran yang tinggi. Hal ini dapat terjadi pada turbin,
motor bakar, motor listik dan lain-lain. Selain itu, timbulnya
getaran yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pada poros
dan bagian-bagian lainnya. Jadi dalam perancangan poros perlu
mempertimbangkan putaran kerja dari poros tersebut agar lebih
rendah dari putaran kritisnya.
Bila putaran mesin dinaikan maka akan menimbulkan
getaran (vibration) pada mesin tersebut. Batas antara putaran mesin
yang mempunyai jumlah putaran normal dengan putaran mesin
yang menimbulkan getaran yang tinggi disebut putaran kritis. Hal
ini dapat terjadi pada turbin, motor bakar, motor listrik, dll.
Selain

itu,

timbulnya

getaran

yang

tinggi

dapat

mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya.


Jadi dalam perancangan poros perlu mempertimbangkan putaran
kerja dari poros tersebut agar lebih rendah dari putaran kritisnya.
Suatu fenomena yang terjadi dengan berputarnya poros
pada kecepatankecepatan tertentu adalah getaran yang sangat
besar, meskipun poros dapat berputar dengan sangat mulus
pada kecepatan-kecepatan lainnya
Pada kecepatan-kecepatan semacam ini dimana getaran
menjadi sangat besar, dapat terjadi

kegagalan

diporos

atau

bantalan-bantalan. Atau getaran dapat mengakibatkan kegagalan


karena tidak bekerjanya komponen-komponen sesuai dengan
fungsinya, seperti yang terdapat pada sebuah turbin uap dimana
ruang bebas antara rotor dan rumah sangat kecil. Getaran
semacam ini dapat mengakibatkan apa yang disebut dengan
3

olakan poros atau mungkin mengakibatkan suatu osilasi puntir


pada suatu poros, atau kombinasi keduanya.
Mungkin kedua peristiwa tersebut berbeda, namun akan
dapat

ditunjukkan bahwa

masing-masing

dapat

ditangani

dengan cara serupa dengan memperhatikan frekuensi-frekuensi


pribadi dari osilasi. Karena poros-poros pada dasarnya elastic,
dan menunjukkan karakteristik-karakteristik pegas, maka untuk
mengilustrasikan pendekatan dan untuk menjelaskan konsepkonsep dari suku-suku dasar yang dipakai dan digunakan analisa
sebuah sistem massa dan pegas yang sederhana.
2.1.2

Massa bergerak di bidang horizontal


Gambar dibawah memperlihatkan suatu massa dengan berat
W pound yang diam atas suatu permukaan licin tanpa gesekan dan
diikatkan ke rangka stationer melalui sebuah pegas. Dalam analisa,
massa pegas akan diabaikan.
Massa

dipindahkan

sejauh

dari

posisi

keseimangannya, dan kemudian dilepaskan. Ingin ditentukan


tipe

dari

gerakan

maa

dapat

menggunakan persamaan-

persamaan Newton dengan persamaan energi.

Gambar 2. 1 Massa Bergerak di Bidang Horizontal

2.1.3

Massa bergetar di suatu bidang vertical


Gambar dibawah memperlihatkan massa yang digantung
dengan sebuah

pegas

vertical.

Bobot

menyebabkan

pegas

melendut sejauh xo.


Bayangkan massa ditarik kebawah pada suatu jarak x o
dari posisi keseimbangannya dan kemudian dilepaskan dan ingin
diketahui geraknya sebagai efek gravitasi.

Gambar 2. 2 Massa Bergerak di Bidang Vertikal


Massa
frekuansi
horizontal,

yang

yang

bergetar

sama

dengan

secara

vertical

mempunyai

seperti massa yang bergetar secara

osilasi

yang

terjadi

disekitar

posisi

keseimbangan.
2.1.4

Olakan Poros
Akan dibahas olakan poros untuk mengilustrasikan
mengapa poros menunjukkan lendutan yang sangat besar pada
suatu kecepatan dari operasi, meskipun poros dapat berputar
secara mulus pada kecepatankecepatan yang lebih rendah atau
lebih tinggi.
Gambar dibawah menunjukkan sebuah poros dengan
panjang L cm ditumpu oleh bantalan pada ujung-ujungnya,
sebuah piringan yang dipandang sebagai sebuah massa terpusat
dan beratnya W Newton, aksi giroskop dari massa akan diabaikan,
dan selanjutnya akan diasumsikan poros bergerak melalui sebuah

kopling yang bekerja tanpa menahan lendutan poros. Poros


dipandang

vertical

sehingga

gravitasi

dapat

diabaikan,

meskipun hasil-hasil yang didapatkan akan sama apakah poros


vertikal atau horizontal.
Apabila titik berat dari massa ada disumbu punter, maka
tidak akan ada ketakseimbangan macam apapun yang dapat
menyebabkan poros berputardisuatu sumbu lain diluar sumbu
poros. Namun dalam prakteknya, kondisi semacam ini tidak dapat
dicapai, dan titik berat piringan ada disuatu jarak e yang boleh
dikatakan kecil, dari pusat geometri piringan. Dengan titik berat
yang diluar sumbu putar atau sumbu bantalan, terdapat suatu gaya
inersia yang mengakibatkan poros melendut, dimana lendutan
pusat poros dinyatakan dengan r pada gambar dibawah :
Pusat geometri dari piringan , O adalah sama dengan pusat
poros pada piringan. Ketika poros berputar, titik tinggi T akan
berputar terhadap sumbu bantalan S. Gaya inersia piringan
diseimbangkan oleh apa yang dapat disebut dengan gaya pegas
dari poros ketika poros berputar. Gaya inersia,untuk sebuah massa
yang berpuatr terhadap satu pusat tetap, adalah :
W
(r + e) 2
g
Gaya pegas dari poros dapat dinyatakan dengan Kr, dimana
k adalah laju pegas poros, yakni gaya yang diperlukan per cm
lendutan poros pada piringan. Dengan menyamakan jumlah gayagaya pada gambar dengan nol, dengan termasuk gaya inersia, maka
didapatkan
W
(r + e) 2 kr = 0
g
Dengan menata kembali suku-sukunya:
W 2

r
g
=
e k W 2
g

Kecepatan berbahaya dari operasi suatu poros tertentu


dinyatakan dengan kecepatan putaran kritis atau kecepatan olakan,
yakni kecepatan dimana perbandingan r/e adalah tah hingga.
Operasi pada suatu kecepatan yang mendekati kecepatan kritis
juga

tak

dikehendaki

karena

besarnya perpindahan

pusat

piringan dari sumbu putar. Kecepatan kritis dapat diperoleh


untuk kondisi dimana persamaan diatas sama dengan nol :
k

W 2
=0
g

Sebuah metode alternative adalah dengan menulis laju


pegas k dalam suku-suku suatu beban spesifik dan lendutan
spesifik, beban yang sama dengan berat piringan, yaitu P=W.
Lendutan resultan akan berupa lendutan static dari poros
horizontal, dibawah aksi beban piringan, lendutan static tersebut
dinamakan xst.
k=

P W
=
r X st

Fenomena ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. 3 Olakan Poros


Dimana:
k
: konstanta kekakuan poros (N/m)

: Defleksi (m)
m
: massa (kg)
Defleksi () merupakan keadaan dimana sebuah batang
dengan panjang L yang dikenai beban sebesar P maka akan
mengalami pelendutan sejauh X (mm).
7

Besarnya defleksi untuk setiap material berbeda-beda


bergantung pada posisi pembebanan, modulus elastisitas bahan (E),
Inersia penampang (I), serta panjang batang (L).
Bentuk-bentuk defleksi yang diakibatkan oleh pemberian
beban pada batang dalam berbagai posisi dapat dilihat pada
lampiran.
Defleksi dipengaruhi oleh Momen Inersia poros, dimana
besarnya momen inersia poros dapat ditentukan dengan persamaan
berikut :

Dimana :
I = momen inersia
d = diameter penampang poros (mm)
Sehingga besarnya putaran kritis dapat ditentukan dengan
persamaan berikut :
=
Dimana :
k = konstanta kekakuan pegas (N/m)
m = massa rotor
Bila terdapat beberapa benda yang berputar pada satu
poros, maka dihitung terlebih dahulu putaran-putaran kritis Nc1,
Nc2, Nc3, , dari masing-masing benda tersebut yang seolah-olah
berada sendiri pada poros, maka putaran kritis total dari sistem
Nc,tot dapat ditentukan dengan persamaan berikut :

2.2 Aplikasi
Apabila suatu poros dengan diameter D dan panjang L diberi beban
massa sebesar M, kemudian diputar dengan kecepatan melebihi putaran
8

maksimumnya akan menimbulkan getaran. jika keadaan tersebut dibiarkan


terus menerusnya maka poros dapat mengalami kegagalan (fatigue), inilah
yang dinamakan putaran kritis. Analisis pembebanan dalam perancangan
poros atau komponen mesin sangatlah penting, karena jika beban telah
diketahui maka dimensi, kekuatan, material, serta variabel design lainnya
dapat ditentukan sehingga menghasilkan suatu produk yang berkualitas
dan tahan lama.

BAB III
METODOLOGI
3.1 Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan pada praktikum putaran kritis ini yaitu:
1. Seperangkat alat uji putaran kritis.
2. Beban (2 variasi)
3. Tachometer
Berfungsi untuk mengukur kecepatan poros.

Gambar 3. 1 Tachometer
4. Mistar
Berfungsi untuk mengukur jarak massa.

Gambar 3. 2 Mistar

10

5. Kunci 14
Berfungsi untuk membuka bantalan pada alat putaran kritis

11

3.2

Prosedur Praktikum
Adapun langkah-langkah praktikum putaran krisi ini yaitu:
1.

Pasang alat uji seperti gambar dibawah ini.

Gambar 3. 3 Alat Uji Putaran Kritis


2.

Pasang semua peralatan seperti pengatur putaran rotor, motor, bantalan,


dan peralatan lain dalam keadaan baik.

3.

Posisikan letak rotor.

4.

Hidupkan motor dan atur tegangan dengan Slide regulator.

5.

Hitung jumlah putaran rotor menggunakan Tachometer.

6.

Ulangi percobaan diatas untuk posisi rotor yang berbeda.

7.

Catat data pengujian.

8.

Lakukan pengolahan data.

9.

Buat grafik hasil pengolahan data.

10. Lakukan pembahasan dan analisa dari hasil pengolahan data serta grafik
yang telah diperoleh.
11. Tarik kesimpulan.

3.3

Asumsi-Asumsi
1. Pertambahan putaran slide regulator dianggap konstan.
2.

Panjang batang poros tetap.

3.

Batang penyangga rotor tidak melendut.

4.

Percepatan Gravitasi 9,81 m/ .

12

BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

L (mm)

m (kg)

a (mm)

b(mm)

640

1.625

160

480

640

1.625

200

440

640

1.625

400

240

Nc (rpm)
1162
1468
1482
1408
1453
1470
1150
1462
1477

V(Volt)
75
100
125
75
100
125
75
100
125

Nc (rpm)
1167
1464
1484
1166
1457
1475
1165
1454
1472

V(Volt)
75
100
125
75
100
125
75
100
125

Tabel 4. 1 Data Poros Satu Beban

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

L (mm)

m (kg)

a (mm)

b(mm)

640

1.625

265

265

640

1.625

245

245

640

1.625

205

205

Tabel 4. 2 Data Poros Dua Beban


Diameter Poros = 20 mm
Modulus Elastisitas (E) = 190 GPa = 190.000 MPa

4.2 Perhitungan
Contoh perhitungan untuk poros yang beri satu beban dengan tegangan 75 V:
Perhitungan untuk a = 160 dan b = 480
Perhitungan inersia
I=

D 4
64

13

I=

204
= 7850mm 4
64

Perhitungan gaya pada poros


P = m g
P = 1, 625kg 9,81m / s 2 = 15,9413N
Perhitungan defleksi

P a b
( L2 a 2 b2 )
6 E I L

7850 160 480


(6402 1602 480 2 )
6 190000 7850 640
= 0, 032833738mm = 0, 00003283373785m

Perhitungan konstanta kekakuan poros


k=

k=

15,9413 N
= 485514,3229 N / m
0, 00003283373785m

Perhitungan putaran kritis


Nc =

60
2

k
m

Nc =

60
2

485514,3229
= 5222,349669rpm
1, 625

Contoh perhitungan untuk poros yang beri satu beban dengan tegangan 75 V:
Perhitungan untuk a = 200 mm dan b = 440 mm
Perhitungan inersia
I=

D 4
64

14

I=

204
= 7850mm 4
64

Perhitungan gaya pada poros


P = m g
P = 1, 625kg 9,81m / s 2 = 15,9413N
Perhitungan defleksi

P a b
( L2 a 2 b2 )
6 E I L

7850 200 440


(6402 2002 440 2 )
6 190000 7850 640
= 0, 043108532mm = 0, 00004310853168m

Perhitungan konstanta kekakuan poros


k=

k=

15,9413 N
= 369793,3884 N / m
0, 00004310853168m

Perhitungan putaran kritis

Nc =

60
2

k
m

Nc =

60
2

369793,3884
= 4557, 686983rpm
1, 625

Contoh perhitungan untuk poros yang beri satu beban dengan tegangan 75 V:
Perhitungan untuk a = 400 mm dan b = 240 mm
Perhitungan inersia

15

I=

D 4
64

I=

204
= 7850mm 4
64

Perhitungan gaya pada poros


P = m g
P = 1, 625kg 9,81m / s 2 = 15,9413N
Perhitungan defleksi

P a b
( L2 a 2 b2 )
6 E I L

7850 400 240


(6402 4002 240 2 )
6 190000 7850 640
= 0, 051302715mm = 0, 00005130271539m

Perhitungan konstanta kekakuan poros


k=

k=

15,9413 N
= 310729,1667 N / m
0, 00005130271539m

Perhitungan putaran kritis


Nc =

60
2

k
m

Nc =

60
2

310729,1667
= 4177,879735rpm
1, 625

16

Contoh perhitungan untuk poros yang beri dua beban dengan tegangan 75 V:

17

Perhitungan untuk a = 265 dan b = 265


Perhitungan inersia
I=

D 4
64

I=

204
= 7850mm 4
64

Perhitungan gaya pada poros


P = m g
P = 1, 625kg 9,81m / s 2 = 15,9413N
Perhitungan defleksi

P a b
( L2 a 2 b2 )
6 E I L

7850 265 265


(6402 2652 2652 )
6 190000 7850 640
= 0,111865526mm = 0, 00011186552637 m

Perhitungan konstanta kekakuan poros


k=

k=

15,9413 N
= 142503, 6874 N / m
0, 00011186552637m

Perhitungan putaran kritis


Nc =

60
2

k
m

Nc =

60
2

142503, 6874
= 2829, 293326rpm
1, 625

Contoh perhitungan untuk poros yang beri dua beban dengan tegangan 75 V:

18

Perhitungan untuk a = 265 dan b = 265


Perhitungan inersia
I=

D 4
64

I=

204
= 7850mm 4
64

Perhitungan gaya pada poros


P = m g
P = 1, 625kg 9,81m / s 2 = 15,9413N
Perhitungan defleksi

P a b
( L2 a 2 b2 )
6 E I L

7850 245 245


(6402 2452 2452 )
6 190000 7850 640
= 0,107874424mm = 0, 00010787442450m

Perhitungan konstanta kekakuan poros


k=

k=

15,9413 N
= 147775,9911N / m
0, 00010787442450m

Perhitungan putaran kritis


Nc =

60
2

k
m

Nc =

60
2

147775,9911
= 2881,156602rpm
1, 625

Contoh perhitungan untuk poros yang beri dua beban dengan tegangan 75 V:

19

Perhitungan untuk a = 205 dan b = 205


Perhitungan inersia
I=

D 4
64

I=

204
= 7850mm 4
64

Perhitungan gaya pada poros


P = m g
P = 1, 625kg 9,81m / s 2 = 15,9413N
Perhitungan defleksi

P a b
( L2 a 2 b2 )
6 E I L

7850 205 205


(6402 2052 2052 )
6 190000 7850 640
= 0, 096835434mm = 0, 00009683543397 m

Perhitungan konstanta kekakuan poros


k=

k=

15,9413 N
= 164622, 0742 N / m
0, 00009683543397m

Perhitungan putaran kritis


Nc =

60
2

k
m

Nc =

60
2

147775,9911
= 2881,156602rpm
1, 625

20

21

4.3 Grafik Perhitungan

Grafik 4. 1 Grafik Hubungan Posisi Rotor dan Putaran Kritis Aktual Dua
Beban

Grafik 4. 2 Grafik Hubungan Posisi Rotor dan Putaran Kritis Teoritik Dua
Beban

22

Grafik 4. 3Grafik Hubungan Posisi Rotor dan Putaran Kritis Aktual Satu
Beban

Grafik 4. 4 Grafik Hubungan Posisi Rotor dan Putaran Kritis Teoritik Satu
Beban
4.4 Pembahasan
Dari praktikum putaran kritis yang telah dilakukan, dapat dilihat
fenomena-fenomena yang terjadi saat poros dengan diameter D=20 mm dan
panjang 760 mm yang telah diberi beban rotor dengan massa m=1,625 kg
diputar pada kecepatan tertentu. Mula-mula motor di putar dengan tegangan
75V dan berputar dengan stabil serta mengeluarkan suara yang cukup keras
23

namun getarannya kecil. Kemudian tegangan dinaikkan menjadi 100V dan


125V sehingga jumlah putaran poros semakin lama semakin besar. Suara
yang ditimbulkan oleh poros semakin mengecil namun tingkat getarannya
semakin membesar.
Dalam praktikum ini efek suara yang dihasilkan oleh gerakan poros dapat
diabaikan. Fokus terhadap fenomena getaran yang ditimbulkan oleh putaran
poros yang semakin besar seiring dengan banyaknya jumlah putaran poros, hal
inilah yang disebut dengan putaran kritis.
Selain dipengaruhi oleh jumlah putaran, Putaran kritis juga dipengaruhi
oleh posisi beban rotor. Seperti yang terlihat pada tabel pengolahan data,
dimana semakin ketepi posisi beban rotor pada poros, maka semakin besar
putaran kritis yang terjadi. Sebaliknya, semakin ke tengah posisi beban rotor
pada poros, maka semakin kecil putaran kritis yang terjadi. Hal ini berlaku
pada poros yang dikenai satu beban maupun dua beban.
1. Grafik Perbandingan Posisi Rotor Terhadap Nc Percobaan
Dari grafik ini dapat dilihat bahwasannya untuk dua beban dengan
jarak yang sama, semakin jauh posisi rotor dengan tumpuan, maka
semakin besar nilai putaran kritis yang terjadi. Sedangkan untuk satu
beban dengan jarak yang berbeda nilai putaran kritis untuk berbagai
tegangan akan berbeda nilainya.
2. Grafik Perbandingan Posisi Rotor Terhadap Nc Teoritis
Dari grafik perbandingan Posisi Rotor Terhadap Nc Percobaan,
menjelaskan bahwasannya semakin dekat posisi rotor dengan tumpuan,
maka semakin besar pula nilai putaran kritis yang terjadi. Hal ini berlaku
untuk poros yang dikenai satu beban rotor dan juga poros yang di kenai
dua beban rotor dengan jarak yang sama.

24

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah:
1. Dari grafik menyatakan hubungan defleksi yang terjadi dengan posisi
rotor untuk berbagai tegangan bahwasanya untuk dua beban dengan
jarak a dan b sama semakin dekat jarak rotor dengan tumpuan(a) maka
nilai defleksinya semakin kecil, sedangkan untuk satu beban dengan
nilai a dan b berbeda sama dengan dua beban dengan jarak a dan b
sama yaitu semakin dekat jarak rotor dengan tumpuan (a) maka nilai
defleksinya kecil.
2. Fenomena yang terjadi adalah semakin

kecil defleksi, maka akan

semakin besar konstanta kekakuan poros. Semakin besar konstanta


kekakuan poros, maka akan semakin besar putaran kritis.
3. Nilai putaran kritis antara teoritik dengan aktual perbedaan nilai
putaran kritisnya besar.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan antara lain:
1. Perhatikan motor apabila sudah sampai pada putaran kritis, jangan
terlalu lama dibiarkan karena dapat menyebabkan alat uji menjadi
rusak.
2. Amati hasil yang ditunjukan oleh alat ukur dengan teliti sehingga hasil
yang diperoleh akurat.
3. Perhatikan SOP (Standar Operasional Procedure) penggunaan alat agar
tidak terjadi kesalahan dan kerusakan.

25

DAFTAR PUSTAKA
William T. Thomsun. 1998. Thori of Vibration with Application Practice.
Hall int :London
Team Penyusun LKM. 2013. Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin
Bidang Konstruksi dan Perancangan. Jurusan Mesin FT-UR : Pekanbaru
WWW.SCRIBD.COM

26

LAMPIRAN

27

28

29

Anda mungkin juga menyukai