Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan selama kegiatan PPL di SMPN 2 Malang, terlihat bahwa sebagian besar siswa belum memanfaatkan buku paket yang telah disediakan sekolah dengan sebaik mungkin. Hal itu tampak ketika sebagian besar siswa dalam proses pembelajaran tidak membawa buku paket yang telah disediakan sekolah tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa kelas VIII SMPN 2 Malang, beberapa siswa mengatakan bahwa mereka malas membawa buku paket karena buku paket yang telah disediakan berukuran besar, sehingga berat untuk dibawa kemana-mana dan kurang efisien.
Selain buku paket, siswa juga menerima LKS dari sekolah, isi LKS tersebut berupa rangkuman materi, contoh soal dan latihan soal. Namun, mereka juga menuturkan masih kurang memahami maksud materi dan soal-soal yang disajikan dalam LKS dan terkadang malas mengerjakan seluruh latihan karena penyajian LKS yang biasa-biasa saja dan kurang menarik. Selain itu siswa juga merasa bahwa materi dalam LKS kurang lengkap. Dari uraian di atas, artikel ini mengulas pengembangan suatu produk media pembelajaran berupa buku saku yang handy, menarik, dan lengkap sehingga buku saku yang dikembangkan diharapkan mampu memberi kemudahan bagi para siswa dalam memahami teori-teori dan konsep dasar matematika. Berdasarkan latar belakang, penulisan ini mempunyai tujuan yaitu untuk mengulas tentang pengembangan media pembelajaran ini yakni buku saku materi luas permukaan bangun ruang untuk jenjang SMP. METODE Pengembangan media pembelajaran buku saku ini dilakukan dengan memodifikasi model 4-D menjadi 3-D. Secara singkat, tahapan dalam penelitian ini antara lain Define (Pendefinisian), Design (Perancangan), dan Develop (Pengembangan). 1. Define (Pendefinisian) Pada tahap pendefinisian ini diperoleh informasi tentang kebutuhan yang ada di lapangan untuk membantu mengembangkan media pembelajaran yang ada sebelumnya. 2. Design (Perancangan) Tahap perancangan dilakukan untuk merancang prototipe produk pengembangan. Prototipe di sini dapat diartikan sebagai bentuk dasar atau model yang menjadi contoh asli. Prototipe juga berarti rancangan awal yang merupakan bentuk dasar dari produk pengembangan 3. Develop (Pengembangan) Tahap pengembangan ini bertujuan untuk memodifikasi prototype produk yang dikembangkan dengan melakukan evaluasi dan revisi sebelum menjadi produk yang efektif Uji produk dilakukan untuk memperoleh data yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan tingkat kevalidan, kepraktisan, serta keefektivitasan produk. Selain itu, untuk menghasilkan produk yang sesuai untuk digunakan oleh siswa SMP. Uji coba produk dilakukan dengan melakukan uji kevalidan Produk pengembangan divalidasi oleh pakar matematika, yaitu dosen matematika dan guru matematika SMP sampai produk memenuhi syarat kevalidan. Selain kevalidan uji coba produk ini menggunakan uji coba kepraktisan dan keefektivan. Uji coba kepraktisan dan keefektivan dilakukan oleh siswa kelas VII SMP. Uji kevalidan dilakukan untuk menentukan apakah produk pengembangan sudah dapat diberlakukan atau tidak. Uji kevalidan dilakukan oleh para pakar matematika. Untuk mengukur tingkat kevalidan produk pengembangan, digunakan teknik analisis sebagai berikut.
x
P=
x
j 1
i 1 4
100%
= jumlah skor jawaban penilaian oleh ahli = jumlah skor jawaban tertinggi
Sedangkan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk merevisi bahan ajar digunakan kriteria penilaian yang diadaptasi dari buku Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan oleh Arikunto. Pedoman Penilaian Kevalidan 2009 : 245) Prosentase (%) 80 100 66 79 55 65 40 55 30 39 Produk Pengembangan (Sumber: Arikunto, Kriteria kevalidan Sangat valid Valid Cukup valid Kurang valid Tidak valid Keterangan Tidak revisi Tidak revisi Tidak revisi Revisi Revisi
Uji kepraktisan dilakukan oleh para praktisi, dalam hal ini siswa SMP, dengan tujuan untuk menguji apakah peroduk pengembangan sudah praktis dan mudah dalam pemakaiannya atau belum. Untuk mengukur tingkat kepraktisan produk pengembangan, digunakan teknik analisis sebagai berikut.
x
P=
x
j 1
i 1 4
100%
x x
i j
= jumlah skor jawaban penilaian oleh ahli = jumlah skor jawaban tertinggi
Sedangkan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk merivisi bahan ajar digunakan kriteria penilaian yang diadaptasi dari buku Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan oleh Arikunto.
Pedoman Penilaian Kepraktisan Produk Pengembangan (Sumber: Arikunto, 2009 : 245) Prosentase (%) Kriteria kepraktisan Keterangan 80 100 Sangat praktis Tidak revisi 66 79 Praktis Tidak revisi 56 65 Cukup praktis Tidak revisi 40 55 Kurang praktis Revisi 30 39 Tidak praktis Revisi Uji keefektivitasan dilakukan oleh para praktisi, dalam hal ini siswa SMP. Uji keefektivitasan ini bertujuan untuk menguji apakah produk pengembangan sudah efektif. Untuk mengukur tingkat keefektivitasan produk pengembangan, dilihat dari perbandingan hasil tes beberapa siswa yang diberi buku saku dengan beberapa siswa yang diberi LKS yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah. Selain itu tingkat efektivitas juga dilihat dari seberapa besar manfaat buku saku, hal ini dapat ditunjukkan dengan seberapa cepat siswa dapat menjawab soal tes yang diberikan. HASIL Uji Kevalidan
Dari hasil analisis data hasil validasi oleh dosen matematika sebagai validator pertama, diperoleh nilai kevalidan buku sebesar . Berdasarkan spesifikasi, buku saku yang telah dikembangkan memenuhi kriteria sangat valid dengan keterangan tidak revisi. Untuk validator kedua dalam hal ini guru matematika, diperoleh nilai kevalidan buku sebesar . Berdasarkan spesifikasi, buku saku yang telah dikembangkan memenuhi krieria valid dengan keterangan tidak revisi. Setelah adanya komentar dan saran dari validator, buku saku yang dikembangkan kembali divalidasi guna memperoleh nilai kevalidan yang lebih baik. Hasil dari validasi yang kedua oleh guru matematika diperoleh nilai kevalidan . Berdasarkan spesifikasi yang telah ditentukan, buku saku yang telah dikembangkan memenuhi krieria sangat valid dengan keterangan tidak revisi. Uji Kepraktisan
Dari analisis data kepraktisan dari perolehan nilai untuk masing-masing praktisi, total skor yang diperoleh untuk uji coba kepraktisan adalah . Oleh karena itu baik dari praktisi pertama, kedua, maupun ketiga dapat disimpulkan bahwa buku saku yang telah dikembangkan sangat praktis dengan keterangan tidak revisi.
Uji Keefektifan
Dan untuk analisis keefektifan buku saku, dilihat dari hasil tes siswa. Dari hasil tes siswa. Dari hasil tes siswa terlihat bahwa skor jawaban kedua kelompok siswa yang menggunakan LKS dan buku saku yang telah dikembangkan berbeda. Nilai siswa yang diberi buku saku lebih tinggi dibandingkan dengan nilai siswa yang diberi LKS yang biasa dihunakan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Selain menilai keefektifan buku saku dari nilai hasil tes siswa, kefektifan buku saku juga dinilai dari hasil observasi ketika melakukan penelitian. Berdasarkan observasi, siswa yang menggunakan buku saku terlihat lebih cepat dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan. PEMBAHASAN Buku saku yang telah dikembangkan dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan buku saku yang dikembangkan didalamnya diberikan gambar-gambar dan warna-warna yang menarik minat siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya. Menurut James W. Brown dkk dalam Sudjana (2007:12) yang mengatakan bahwa dari beberapa hasil penelitian Edmund Faison tentang penggunaan gambar menunjukkan bahwa untuk memperoleh hasil belajar secara maksimal, gambargambar harus erat kaitannya dengan materi pelajaran, dan ukurannya cukup besar sehingga rincian unsur-unsurnya mudah diamati. Menurut Levie & Levie dalam Arsyad (2010:8) yang mereviu hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus gambar dan stimulus kata atau visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta dan konsep. Selain itu menurut hasil penelitian Mabel Rudisill dalam Sudjana (2007:13) mengenai gambar-gambar yang lebih disukai anak-anak, menunjukkan bahwa suatu penyajian visual yang sempurna realismenya adalah pewarnaan, karena pewarnaan pada gambar akan menumbuhkan kesan realistik. Menurut James W. Brown dkk dalam Sudjana (2007:12) dari hasil penelitian Seth Spauldin tentang bagaimana siswa belajar melalui gambar-gambar, dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Ilustrasi gambar merupakan perangkat pengajaran yang dapat menarik minat belajar siswa secara efektif 2. Ilustrasi gambar membantu para siswa membaca buku pelajaran terutama dalam menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi teks yang menyertainya 3. Dalam booklet, pada umumnya anak-anak lebih menyukai setengah atau satu halaman penuh bergambar, disertai beberapa petunjuk yang jelas. Setelah memperhatikan analisis data hasil uji coba kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa produk buku saku yang telah dikembangkan sudah valid, praktis, dan efektif sehingga
layak digunakan untuk siswa jenjang SMP dalam pembelajaran matematika materi luas permukaan bangun ruang kubus, balok, dan limas. SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang dapat diambil dari pengembangan media pembelajaran buku saku ini adalah setelah diadakannya penelitian guna menguji media pembelajaran yang telah dikembangkan, buku saku materi luas permukaan bangun ruang yang telah dikembangkan layak untuk siswa jenjang SMP. Hal ini karena penilaian dari para validator dan nilai tes siswa serta hasil observasi kegiatan siswa menunjukkan tanggapan yang positif. Dengan produk buku saku yang telah dikembangkan, diharapkan siswa dapat lebih memahami materi dengan baik dan aktif dalam pembelajaran pada materi luas permukaan bangun ruang. Beberapa saran sebagai masukan untuk perkembangan selanjutnya yang dapat disampaikan, antara lain: 1. Bagi guru di sekolah Guru dapat memanfaatkan buku saku yang telah dikembangkan ini untuk memberikan alternatif buku yang handy pada siswa Guru dapat menyebarluaskan buku saku ini untuk keperluan pembelajaran materi luas permukaan bangun ruang untuk jenjang SMP. Guru dapat membuat buku saku untuk materi lain guna menjadi salah satu sumber belajar siswa baik di kelas maupun di luar kelas Bagi calon guru Buku saku ini dikembangkan berdasar pada Four D Model oleh Thiagarajan. Akan tetapi dalam penelitian ini hanya dilakukan sampai pada tahap ketiga, yaitu tahap Develop (Pengembangan). Oleh karena itu, disarankan kepada para calon guru untuk melanjutkan pengembangan sampai pada tahap keempat, yaitu tahap Disseminate (Penyebarluasan) dalam rangka memperkaya dunia perndidikan, khususnya pendidikan matematika. Hal ini dapat dilakukan dengan mengujicobakan produk pada kelas besar, yaitu kelas sebenarnya. Karena pada penelitian ini hanya dilakukan uji coba pada kelompok kecil siswa. Buku saku yang telah dikembangkan ini hanya menggunakan tahapan belajar siswa kedua dan ketiga dalam teori Bruner yakni ikonik dan simbolik. Bagi calon guru dapat mengembangkan suatu media pembelajaran yang lain atau melanjutkan media pembelajaran yang sudah ada dengan melengkapi semua tahap belajar siswa yakni enaktif. Para calon guru dapat melanjutkan penelitian buku ini untuk materi lain sehingga akan semakin memperkaya dunia pendidikan. Para calon guru dapat mendesain bentuk buku saku dengan bentuk-bentuk yang lebih menarik, mungkin dengan bentuk yang tidak biasanya (sebagai contoh bentuk hati)
2.
DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Arsyad, A. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Hartan, Diko, 2012. Pengertian, tujuan, manfaat, dan, fungsi. (Online), (http://der-traumer.blogspot.com/2012/09/pengertian-tujuanmanfaat-dan-fungsi.html), diakses 23 Mei 2013 Sudjana, nana dkk. 2007. Media pengajaran. Bandung: Sinar Bayu Algensindo Offset Watiah, Maifori. 1998. http://digilib.unila.ac.id/98/4/Maifori_Watiah_Bab_II.pdf